Mengenal Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan telah menjadi bahasan sejak zaman dahulu. Karena para peneliti menganggap bahwa hal ini akan sangat penting dan berguna. Tidak hanya di masa kini, namun juga di masa depan.

Bahkan, Peter Drucker, sang Guru Manajemen Modern, mengatakan bahwa pentingnya peranan kepemimpinan para manajer dalam suatu organisasi, karena pemimpin mampu merubah keadaan dan membuat tujuan organisasi terwujud sesuai harapan.

Banyak yang beranggapan bahwa pemimpin itu sama seperti bos. Karena keduanya sama – sama berada di posisi puncak dan membawahi staf. Namun, pemimpin bukan hanya sebatas orang yang memimpin dan menyuruh saja. Tapi pemimpin lebih kepada kekuatan yang sangat berpengaruh kepada organisasi, tidak semata – mata hanya jabatan saja.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai kepemimpinan, berikut ini akan dibahas mengenai pengertian kepemimpinan secara umum maupun menurut para ahli. Dan tentunya, akan ada bahasan lengkap mengenai teori – teori kepemimpinan.

Pengertian Kepemimpinan dan Pemimpin Secara Umum

Sumber: inc.com

Dalam bahasa Inggris, kepemimpinan disebut sebagai leadership. Yang mana, leadership ini adalah kata benda yang berasa dari kata kerja to lead. Makna secara harfiah begitu beragam, seperti memimpin, menyebabkan, menggiring, menuntun, memenangkan, serta mengarahkan.

Sementara pemimpin, adalah orang yang memimpin. Jadi, disini tampak perbedaan dari kepemimpinan dan pemimpin. Dimana, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan kegiatan demi mencapai tujuan. Sementara pemimpin adalah pelaku atau orang yang menggerakkan.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sifat. Untuk membentuknya diperlukan pelajaran dari pengalaman memimpin. Jika hanya teori, tentu kurang maksimal tanpa adanya praktik. Oleh karenanya, untuk membentuk seorang pemimpin, tak jarang di perusahaan terdapat pelatihan khusus. Sehingga, pemimpin nantinya dapat memimpin dengan baik para bawahannya.

Baca juga: 10 Gaya Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Para ahli pun turut menyumbangkan pemikirannya mengenai kepemimpinan. Beberapa ahli dengan pengertian kepemimpinannya diantaranya adalah:

Smircich & Morgan, 1982: 258

Kepemimpinan adalah hal yang diwujudkan dalam proses dimana satu atau lebih individu yang berhasil dalam kelompok, serta menyadari realitas adanya orang lain.

Rauch & Behling, 1984:46

Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisir menuju pencapaian tujuan.

Richards & Engle

Selain itu, kepemimpinan menurut Richards & Engle, adalah artikulasi visi, mewujudkan nilai, serta menciptakan lingkungan supaya tujuan dapat dicapai dengan baik.

Jacobs & Jaques, 1990: 281

Menurut Jacobs & Jaques, kepemimpinan adalah suatu proses untuk memberi tujuan pada usaha kolektif, sehingga menyebabkan orang bersedia mengeluarkan tenaga guna mencapai tujuan.

House et al, 1999: 184

Pengertian kepemimpinan menurut House et al, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, serta memungkinkan orang lain untuk memberi kontribusi pada efektivitas serta keberhasilan organisasi.

Lussier N. Robert & Christopher F. Achua, 2007: 6

Sumber: us.sagepub.com

Tak berbeda jauh dengan ahli yang lain, menurut Lussier dan Christopher, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi yang terjadi antara pemimpin dengan pengikutnya. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan.

Teori Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Tak hanya berkenaan dengan definisi, namun banyak juga ahli yang mengemukakan teori – teori kepemimpinan. Teori kepemimpinan menurut para ahli ini semakin berkembang dan menyesuaikan zaman dari waktu ke waktu. Namun, dari berbagai teori yang ada, tidak ada satu pun teori yang paling sempurna. Tidak ada juga yang paling ideal atau efektif untuk semua kondisi.

Meski begitu, teori – teori ini tentu memiliki jasa dalam memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu mengenai kepemimpinan. Yang mana juga dapat dipraktikkan dengan baik oleh para praktisi kepemimpinan. Sehingga, pemahaman mengenai berbagai teori dan hasil riset kepemimpinan begitu penting. Dimana dapat membantu menentukan kebijakan strategis dalam organisasi.

Dan berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai teori kepemimpinan menurut para ahli.

Teori Kehadiran Orang Besar (The Great Man Theory)

Sumber: bahaiteachings.org

Menurut Teori Kehadiran Orang Besar, bahwa pemimpin adalah orang yang dilahirkan, bukan yang dibuat. Penganut teori ini beranggapan bahwa pemimpin besar muncul ketika ada kebutuhan di lingkungannya.

Karena kehadirannya berdasarkan kebutuhan lingkungan akan pemimpin, teori ini seringkali disebut juga sebagai Teori Kemunculan Orang Besar (The Leader Emergence Theory). Yang mana, penganut teori ini percaya bahwa pemimpin itu muncul di tengah – tengah lingkungan, baik organisasi, masyarakat, dan lainnya. Yang muncul untuk membawa orang – orang menuju tujuan tertentu.

Teori ini didasarkan pada studi orang – orang pada masa lalu, yang mana pemimpin besar lahir dari kalangan bangsawan. Sehingga, rakyat jelata atau kaum kelas bawah tidak memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin. Studi ini membawa kesimpulan bahwa kepemimpinan berhubungan dengan keturunan atau silsilah keluarga.

Kemudian, gagasan teori ini membawa pada domain mitos. Yang mana membawa pandangan bahwa manusia luar biasa itu datang secara tiba – tiba, ajaib, seperti pengaruh sihir. Hal ini dibuktikan dengan munculnya tokoh – tokoh pemimpin hebat seperti Hitler, Soekarno, Martin Luther King, Eisenhower, dan Churchill.

Teori Kepemimpinan Alamiah atau Teori Sifat Dasar Kepemimpinan (Trait Theory)

Sumber: enterprisersproject.com

Teori Kepemimpinan Alamiah ini didasarkan pada beberapa asumsi. Diantaranya bahwa seseorang lahir dengan sifat yang diturunkan atau diwariskan dari ayah atau kakeknya. Sifat yang diwarisi ini secara kebetulan cocok untuk menjadi pemimpin.

Penelitian pada teori ini didasarkan pada perkembangan ilmu psikologi. Yang beranggapan bahwa setiap orang memiliki sifat yang diwariskan. Dan fokusnya adalah menemukan sifat kepemimpinan ideal dengan mempelajari karakteristik pemimpin besar yang dinilai sukses sebelumnya. Jika sifat kepemimpinan ini dapat ditemukan pada orang lain, maka orang lain juga dimungkinkan dapat menjadi pemimpin yang besar.

McCall dan Lombardo (1983), berhasil mengidentifikasi empat ciri utama yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam memimpin. Ciri tersebut diantaranya adalah:

1. Memiliki stabilitas emosional dan ketenangan. Dimana, orang yang tenang, percaya diri, terutama ketika sedang mengalami stres dapat lebih baik memimpin. Karena dia dapat mengatasi dirinya dengan baik meski saat emosi dan stres.

2. Bersedia mengakui kesalahan. Memang sulit mengakui kesalahan apalagi posisinya sebagai pemimpin. Ego dan gengsi sudah memenuhi hati. Bahkan, beberapa orang memilih menutupi kesalahan daripada harus mengakuinya. Pemimpin yang baik, ketika melihat suatu perbuatannya sudah jelas merupakan kesalahan. Maka ia akan mengakuinya daripada membuang energi untuk menutupinya dan berdalih.

3. Memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Dimana seseorang yang dapat berkomunikasi, negosiasi, membujuk orang lain demi mencapai tujuan dengan cara yang tepat tanpa memaksa.

Dalam konteks dunia politik saat ini, terdapat fakta mengejutkan. Bahwa belum tentu sifat kepemimpinan akan langsung menurun pada generasi berikutnya. Contohnya, anak – anak raja saat ini belum tentu memiliki sifat dasar yang cocok untuk menjadi pemimpin. Mereka menjadi pemimpin hanya dikarenakan sistem monarki yang dianut oleh negaranya.

Baca juga: 7 Cara Membangun Mental Positif

Teori Perilaku Kepemimpinan (Behavior Theory)

Sumber: gailmarrahypnotherapy.com

Teori kepemimpinan menurut para ahli selanjutnya adalah teori perilaku kepemimpinan. Dimana, teori ini sangat berlawanan dengan The Great Man Theory dan Trait Theory. Teori perilaku kepemimpinan lebih berfokus pada apa yang dapat dikerjakan oleh pemimpin, bukan siapakah pemimpin tersebut.

Misalnya saja, pemimpin memiliki sifat dasar yang keras dan cenderung emosional. Namun, di suatu peristiwa, ia dapat memberikan keputusan yang tegas serta dapat menolak dengan tegas segala bentuk kecurangan dan hasutan dari rekan lainnya. Dengan demikian, pemimpin yang memiliki sifat dasar keras tersebut telah menjelma menjadi seorang yang tegas dalam memberikan keputusan baik.

Dalam teori ini, dipercaya bahwa pemimpin itu dapat dibuat, bukan dilahirkan. Dan tolok ukur kesuksesan kepemimpinan ini didasarkan pada perilaku yang dapat dikenali dan dipelajari.

Teori perilaku kepemimpinan ini dibagi lagi menjadi lima teori. Diantaranya adalah Teori Peran, Consideration VS Initiating Structure Theory by Ohio State University, Michigan Stati University Theory, Teori Kisi – kisi Manajerial (Manajerial Grid), dan Teori X dan Y dari Douglas Mc Gregor.

Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa Teori Perilaku Kepemimpinan ini tidak tertarik meneliti sifat atau kemampuan bawaan seseorang. Justru lebih tertarik pada apa yang sudah pemimpin lakukan. Jika kesuksesannya terlihat sebagai tindakan yang dapat dijelaskan atau dideskripsikan, maka akan menjadi relatif lebih mudah bagi orang lain untuk melakukan kepemimpinan dengan cara yang sama dengan pemimpin tersebut. Sehingga lebih mudah dipelajari dan diadopsi sifat – sifatnya. Sehingga dapat berhasil dalam memimpin.

Teori Perilaku Kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dipelajari, tidak hanya suatu hal yang diwariskan. Dan teori ini lebih mudah dikembangkan, karena terdapat keberhasilan atau kegagalan pemimpin serta tindakan apa yang dilakukannya. Dan hasil penelitian yang telah ada, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku dengan kesuksesan dalam kepemimpinan.

Salah satu pemimpin yang dapat dicontohkan dalam Teori Perilaku Kepemimpinan ini adalah Bill Gates. Pendiri Microsoft Inc., yang diyakini sebagai pemimpin bisnis dengan kriteria teori ini. Dimana kepemimpinan Bill Gates bukanlah hasil warisan, melainkan usaha kerja kerasnya untuk mendirikan dan mensukseskan Microsoft hingga saat ini.

Teori Kepemimpinan Perilaku Khusus (Specific Behavior Theory)

Sumber: inc.com

Teori Kepemimpinan Perilaku Khusus ini menilai bahwa pemimpin hebat adalah pemimpin yang memiliki perilaku spesifik dan istimewa. Sementara pemimpin yang gagal tidak memiliki perilaku yang spesifik.

Teori kepemimpinan menurut para ahli ini dikemukakan oleh Garry Yukl, Hemphil dan Coons, Gibbs, serta Carter. Dimana, mereka mengusulkan karakteristik khusus seorang pemimpin yang berhasil.

Karakteristik tersebut diantaranya adalah dapat membangun ide, berinteraksi dengan bawahannya secara informal, mendukung dan membantu anak buah, membangun iklim organisasi, mengorganisir struktur pekerjaan, berkomunikasi formal dengan anak buah, memberikan reward and punishment kepada anak buah, menentukan target, membuat keputusan yang cepat dan akurat, melatih dan mengembangkan keterampilan karyawan, serta membangkitkan antusiasme anak buah.

Teori Kepemimpinan Perilaku Khusus ini terbilang sangat menarik. Karena, teori ini jarang dijelaskan dalam buku, namun banyak yang mengadopsi teori ini dalam bisnis. Jika teori ini sesuai, maka kepemimpinan adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Setiap orang dapat menjadi pemimpin yang hebat, apabila skill tertentu untuk menjadi pemimpin dapat diidentifikasi. Dan kini pun tersedia pelatihan kepemimpinan yang banyak dikembangkan, baik oleh perorangan maupun lembaga.

Dalam pelatihan ini, peserta akan dilatih beberapa keterampilan yang mendukung keberhasilan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Materi yang diberikan biasanya berupa teknik komunikasi yang efektif, menulis laporan bisnis, hingga mengatasi konflik dan evaluasi kinerja. Ada juga keterampilan lain yang diberikan, seperti teknik negosiasi, manajemen waktu, menentukan target, dan membuat keputusan.

Keberadaan Teori Kepemimpinan Perilaku Khusus ini menambah keyakinan bahwa kepemimpinan itu dapat dipelajari. Teori ini meyakinan bahwa usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan adalah suatu hal yang dapat terjadi.

Teori Kepemimpinan Partisipatif

Sumber: killerinnovations.com

Teori Kepepemimpinan Partisipatif adalah teori kepemimpinan yang melibatkan anggotanya dalam pengambilan keputusan. Dimana, proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan pemahaman pada berbagai permasalahan yang diputuskan. Harapannya, keputusan dapat dilaksanakan dengan baik.

Dengan pengikutsertaan anggota atau pengikut dalam pengambilan keputusan, pengikut akan lebih berkomitmen dalam menjalankan pekerjaannya. Nantinya, persaingan antar pengikut dapat diminimalisir, serta lebih kolaboratif sehingga dapat bekerja untuk tujuan yang sama.

Pengikut akan memiliki komitmen besar terhadap keputusan yang sudah dibuat tersebut. Keputusan yang dibuat bersama – sama ini akan lebih baik, jika dibandingkan dengan keputusan yang hanya dibuat oleh satu orang saja, atau pemimpinnya saja. Dan dalam Teori Kepemimpinan Partisipatif ini memiliki dua gaya kepemimpinan. Yang pertama adalah Gaya Kepemimpinan Rensis Likert, dan yang kedua adalah Gaya Kepemimpinan Kurt Lewin.

Pemimpin yang menganut teori ini, mengambil keputusan dengan melibatkan orang lain. Orang lain yang dimaksud dapat bawahannya, pengikutnya, rekan, atau pemangku kepentingan lainnya. Tidak secara otokratis dengan mengambil keputusan sendiri. Tetapi, agar menjadi kontrol terhadap para pengikutnya, kepemimpinan partisipatif ini membuat kerja secara berkelompok. Yang nantinya, jawaban pertanyaan mengenai bagaimana pemimpin partisipatif dipengaruhi oleh yang lainnya, akan menghasilkan jawaban yang bervariasi.

Meskipun Teori Kepemimpinan Partisipatif ini mengedepankan pengambilan keputusan secara bersama – sama, namun tetap semua ini dilihat dari konteks keputusan yang diambil. Jika keputusan yang diambil mengenai cara untuk menerapkan tujuan, pengikut dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Sementara jika pembahasannya mengenai evaluasi kinerja bawahan, maka pengambilan keputusan tentu tergantung pada atasan.

Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership Theory)

Sumber: 123rf.com

Teori Kepemimpinan Situasional ini mengandung pengertian bahwa tindakan terbaik dari pemimpin, tergantung pada banyak faktor. Faktor ini merupakan faktor situasional yang ada di lingkungan organisasi yang dipimpinnya.

Saat sebuah keputusan dibutuhkan, pemimpin tidak hanya akan menggunakan satu gaya kepemimpinan. Pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Dan menentukan gaya kepemimpinan yang efektif ini tidak sesederhana itu. Dimana, seorang pemimpin harus melakukan analisis terhadap lingkungan organisasi sebelum memilih salah satu gaya kepemimpinan.

Faktor utama yang mempengaruhi keputusan situasional adalah tingkat kualitas motivasi dan kemampuan pengikut. Yang mana, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor internal pada setiap situasi tertentu. Dan hubungan antara pengikut dan pemimpin dapat menjadi faktor lain yang mempengaruhi perilaku pemimpin dan pengikut.

Persepsi pemimpin terhadap pengikut akan mempengaruhi penentu gaya kepemimpinan, termasuk juga situasi organisasi yang terjadi.

Teori Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Leadership Theory)

Sumber: blog.intakeq.com

Setelah dijelaskan Teori Kepemimpinan Situasional di poin sebelumnya, pada poin ini Teori Kepemimpinan Kontingensi memiliki keterkaitan dengan Teori Kepemimpinan Situasional. Teori ini beranggapan bahwa kecakapan pemimpin dalam menjalankan tugas sangat tergantung pada berbagai faktor situasional.

Faktor yang ada di dalamnya termasuk gaya kepemimpinan yang disukainya. Serta kemampuan dan perilaku pengikut, dan faktor situasional lainnya. Dari faktor – faktor ini, pemimpin akan mendapatkan refleksi pantulan (contingent) dari apa yang ditangkap dari lingkungannya. Dari sini, pemimpin akan yakin untuk melakukan perilaku tertentu untuk memimpin pengikut – pengikutnya.

Teori Kepemimpinan Kontingensi adalah teori yang memiliki pendapat bahwa tidak ada cara terbaik untuk memimpin. Dan gaya kepemimpinan yang terbukti efektif di situasi tertentu, belum tentu juga akan berhasil diterapkan oleh pemimpin lain di tempat lain. Efeknya, pemimpin yang efektif di satu tempat, kemungkinan tidak akan efektif dan tidak berhasil jika diterapkan di situasi lain. Atau ketika faktor di sekitarnya tidak sama.

Teori ini membuktikan fenomena adanya pemimpin yang sukses di situasi tertentu. Namun, ketika dihadapkan pada situasi yang lain, hasilnya gagal. Bukan karena pemimpin tersebut tidak mampu memimpin, namun bisa dikarenakan pemimpin tersebut salah memilih gaya kepemimpinan.

Teori Kepemimpinan Kontingensi hampir sama dengan Teori Kepemimpinan Situasional. Yang mana keduanya meyakini bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang benar – benar efektif di segala kondisi. Bedanya, Teori Kepemimpinan Situasional lebih fokus pada perilaku dan faktor situasional tertentu yang harus diadopsi oleh seorang pemimpin. Sementara Teori Kepemimpinan Kontingensi memiliki pandangan yang lebih luas, bahwa faktor kontingensi kemampuan pemimpin dan variabel situasional lain mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan.

Baca juga: 8 Cara Menyampaikan Pendapat yang Baik

Teori Kepemimpinan Transaksional

Sumber: nykdaily.com

Teori Kepemimpinan Transaksional menyatakan, bahwa pemimpin bekerja melalui penciptaan struktur yang jelas. Tentang apa yang diminta dari para pengikutnya, serta penghargaan yang akan didapatkan sebagai buah dari kepatuhan mengikuti perintah. Hukuman tidak selalu disebutkan dengan jelas, namun pengikut mengerti betul serta sistem formal juga dilakukan secara disiplin.

Tahapan awal dari Kepemimpinan Transaksional ini adalah proses negosiasi, dimana karyawan diberikan gaji serta imbalan lainnya. Dan bagi perusahaan, mendapatkan kewenangan terhadap para karyawannya.

Saat pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan ini mengalokasikan tugas kepada karyawannya, maka para karyawan dianggap memiliki tanggung jawab penuh untuk tugas yang diamanatkan tersebut. Tidak peduli, apakah karyawan tersebut mampu melakukan serta memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukannya.

Ketika pekerjaan tersebut salah dan tidak berjalan sebagaimana yang dimaksud, maka karyawan inilah yang akan dianggap bersalah. Mereka akan dihukum untuk kegagalan yang telah dibuat ini, sama halnya ketika mereka dihargai ketika melakukan suatu keberhasilan.

Biasanya, para pemimpin yang menganut teori ini menggunakan manajemen dengan pengecualian. Yang menyatakan, bahwa ketika pekerjaan berjalan sesuatu dengan apa yang diharapkan, maka tidak perlu adanya perhatian khusus. Jika menghendaki adanya pengharapan atau target khusus, maka manajemen perlu menerapkan pujian dan penghargaan. Sementara untuk kinerja di bawah standar, diperlukan adanya tindakan korektif.

Secara asumsi mendasar, Teori Kepemimpinan Transaksional ini memiliki empat faktor. Diantaranya adalah prinsip jual beli atau konsep penghargaan vs ancaman, yang menyatakan bahwa orang akan termotivasi dengan penghargaan serta hukuman yang diterapkan. Yang kedua, adalah sistem sosial yang akan bekerja dengan baik ketika ada komando yang jelas.

Untuk yang ketiga, pada saat para pengikut setuju melakukan pekerjaan, maka bagian dari kesepakatan yang telah dibuat adalah memberikan semua kewenangan kepada pemimpin. Dan yang terakhir, tugas utama dari pengikut adalah melakukan apa yang pemimpin inginkan.

Teori Kepemimpinan Transaksional ini memiliki dasar kontingensi, yang mana reward atau hukuman tergantung pada kinerja yang diperlihatkan. Teori kepemimpinan ini masih populer digunakan dalam praktek manajerial, meskipun tak sedikit penelitian yang menganggap teori ini masih terbatas.

Keterbatasan yang paling terlihat adalah adanya asumsi rasional manusia yang sebagian besar didorong oleh adanya reward, seperti uang dan hadiah, meski sederhana. Hal ini menjadikan kemudahan dalam memprediksi pengikut. Percobaan pada teori ini didasarkan pada percobaan laboratorium yang terkontrol. Yang juga mengabaikan faktor emosional yang kompleks serta nilai sosial kemanusiaan.

Dalam kenyataannya, beberapa praktik membuktikan adanya kebenaran teori Behaviorisme, yang menguatkan pendekatan transaksional ini. Yang mana diperkuat oleh situasi penawaran dan permintaan kerja, serta efek kebutuhan seperti pada teori Hierarki Abraham Maslow.

Teori Kepemimpinan Transformasional

Sumber: skipprichard.com

Menurut banyak pihak, Teori Kepemimpinan Transformasional ini akan memberi banyak pengalaman yang baik. Pemimpin memberikan segenap energi untuk mencapai tujuan organisasinya. Pemimpin juga selalu peduli pada pengikut dan menginginkan para pengikutnya berhasil.

Dasar asumsi dari Teori Kepemimpinan Transaksional ini ada tiga, yang pertama adalah orang akan sukarela mengikuti pemimpin yang dapat menginspirasi mereka. Yang kedua, pemimpin dengan visi dan semangat kerja atau passion, dapat meraih hal dan tujuan – tujuan besar. Dan yang ketiga, antusiasme dan energi dari pemimpin dapat menjadi pemacu supaya pemimpin dan pengikut dapat mencapai tujuan organisasi.

Secara terbuka, pemimpin yang menggunakan gaya Kepemimpinan Transformasional ini berusaha untuk mengubah organisasi. Namun, membuat janji secara diam – diam kepada para pengikutnya, bahwa mereka akan diubah. Banyak hal yang dijanjikan, salah satu contohnya adalah untuk menjadi seperti pemimpinnya yang sukses. Dalam beberapa hal, pengikut merupakan produk dari proses transformasi. Pemimpin yang menggunakan gaya transformasional seringkali merupakan pemimpin yang karismatik, namun tidak narsis. Yang berhasil karena kepercayaan pada diri sendiri bukan kepercayaan pada orang lain.

Namun, ada juga perangkap bagi pemimpin yang menganut teori kepemimpinan ini, yaitu adanya semangat dan kepercayaan yang salah tentang kebenaran dan realitas. Karena bisa saja, banyak pemimpin yang terlalu bersemangat justru membawa pengikutnya menuju jurang tak berdasar. Hanya karena seseorang percaya bahwa anggapannya benar. Sebenarnya tidak berarti bahwa mereka benar.

Energi yang membuat orang – orang bekerja dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk menyerah. Pemimpin yang menganut teori Transformasional seringkali memiliki antusias yang tinggi dan semangat yang besar. Hal ini tentu baik, namun ada juga dampak negatifnya. Yaitu jika diterapkan tanpa henti, dapat membuat para pengikutnya kelelahan.

Tak mengherankan, karena pemimpin cenderung melihat visi dengan kacamata gambar besar secara umum saja, tidak secara rinci. Yang menjadikan musuh seringkali mengintai. Jika sang pemimpin tidak memiliki orang untuk mengurus informasi ini, maka kepemimpinan mereka dapat dipastikan gagal.

Pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan transformasional ini berusaha melakukan transformasi. Namun, jika organisasi tidak memerlukan transformasi dan orang – orang di dalamnya sudah merasa nyaman, maka hal ini justru dapat membuat sang pemimpin frustasi. Yang mana contohnya terjadi pada pemimpin pada masa perang, pada situasi yang tepat mereka akan menentukan caranya sendiri dan bertanggung jawab secara pribadi menyelamatkan seluruh perusahaan.

Baca juga: Kepemimpinan dalam Organisasi

Pemahaman Akhir

Kepemimpinan telah menjadi topik yang dibahas sejak zaman dahulu karena dianggap penting dan berguna. Peter Drucker, sang Guru Manajemen Modern, menekankan peran penting para manajer dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara mengubah situasi dan menginspirasi orang lain.

Pemimpin bukan hanya sebatas bos yang memberikan perintah, tetapi pemimpin memiliki pengaruh yang kuat terhadap organisasi. Pengertian kepemimpinan secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain demi mencapai tujuan. Pemimpin adalah pelaku yang menggerakkan dan membawa perubahan.

Para ahli memberikan berbagai definisi mengenai kepemimpinan, seperti Smircich & Morgan yang menyatakan kepemimpinan sebagai proses yang diwujudkan dalam kelompok. Richards & Engle menyatakan bahwa kepemimpinan adalah artikulasi visi dan menciptakan lingkungan untuk mencapai tujuan. House et al. berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Terdapat berbagai teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli. Teori The Great Man berfokus pada pemimpin lahir dari kalangan bangsawan. Teori Trait berfokus pada sifat kepemimpinan yang diwariskan. Teori Perilaku berfokus pada perilaku yang dapat dipelajari. Teori Partisipatif berfokus pada keterlibatan pengikut dalam pengambilan keputusan. Teori Situasional dan Kontingensi berfokus pada faktor situasional yang mempengaruhi kepemimpinan. Teori Transaksional berfokus pada transaksi dan penghargaan dalam kepemimpinan. Teori Transformasional berfokus pada pemimpin yang menginspirasi perubahan dan transformasi.

Tidak ada satu teori kepemimpinan yang paling sempurna atau efektif untuk semua situasi. Kepemimpinan tergantung pada konteks, karakteristik pemimpin, dan situasi organisasi. Pelatihan dan pengembangan kepemimpinan penting untuk membentuk pemimpin yang efektif dan sukses dalam mencapai tujuan organisasi.

Itulah teori kepemimpinan menurut para ahli yang dijabarkan menjadi 10 poin. Teori kepemimpinan ini tidak ada yang paling baik untuk semua. Yang terbaik adalah yang paling tepat digunakan di organisasi yang tepat. Bisa jadi, suatu teori kepemimpinan akan berhasil di organisasi tertentu, namun gagal di organisasi lainnya. Kuncinya adalah, teori diterapkan pada kondisi dan situasi yang tepat, serta pemimpin dan pengikut yang tepat. Sehingga dapat berjalan sesuai dengan keinginan.


Sumber artikel:

http://repository.umy.ac.id/

Artikel Terbaru

Avatar photo

Ratih

Penggemar teh yang suka nulis dan jalan - jalan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *