Teori pembelajaran adalah salah satu topik yang menarik untuk dipelajari dalam ruang lingkup psikologi pendidikan. Manusia akan selalu mempelajari hal-hal yang baru di sepanjang hidupnya. Mulai dari pembelajaran yang formal seperti mengikuti sekolah dan kursus. Hingga pembelajaran yang non formal seperti mengamati alam bebas dan mendiskusikan suatu topik materi dengan orang lain secara santai.
Daftar Isi
Pengertian Teori Pembelajaran
Pitchard (2009) menyatakan bahwa teori pembelajaran adalah sebuah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau percobaan. Teori ini memperoleh sebuah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar. Tujuannya bervariasi, bisa jadi untuk menambah ilmu, pengetahuan, hingga keterampilan, melalui proses belajar berdasarkan instruksi-instruksi tertentu. Hasil akhir dari proses pembelajaran adalah perilaku yang berubah, terbentuk, atau terkontrol.
Schunk (2012) menyatakan bahwa teori pembelajaran adalah proses mengumpulkan serta memodifikasi pengetahuan, keterampilan, strategi, kepercayaan, sikap dan perilaku. Mulai dari pengetahuan dan keterampilan yang berbentuk kognitif, linguistik, sosial, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dan prinsip yang diterapkan pada konteks pendidikan.
Di dunia psikologi pendidikan, terdapat beberapa macam teori pembelajaran. Pada awalnya, satu teori dan teori lainnya dianggap berbeda dan memiliki karakteristiknya masing-masing. Namun demikian, dalam praktiknya, berbagai macam teori tersebut akan melengkapi satu sama lain. Tidak ada satu teori sempurna yang dapat selalu memastikan proses belajar mengajar menjadi baik. Oleh karena itu, mari kita simak beberapa teori pembelajaran di bawah ini.
Teori Pembelajaran Behavioristik
Pengertian
Teori pembelajaran behavioristik menjelaskan proses belajar sebagai peristiwa yang observable atau dapat diamati (Schunk, 2012). Perbedaan satu teori pembelajaran dengan teori lainnya dapat dilihat dari bagaimana teori tersebut mengatasi masalah yang krusial. Sebagian teori lebih fokus pada bagaimana proses pembelajaran terjadi. Lalu, sebagian teorinya, lebih fokus terhadap peran memori, peran motivasi, serta peran regulasi diri pada siswa.
Tokoh-tokoh psikologi ternama yang membahas teori behavioristik adalah Thorndike dan Pavlov. Kedua tokoh tersebut menekankan pada adanya hubungan antara stimulus dan respon dalam perilaku. Thorndike percaya bahwa respon terhadap stimulus akan menguat jika diikuti oleh adanya konsekuensi menyenangkan. Eksperimen Pavlov menunjukkan tentang bagaimana beberapa stimulus dapat dikondisikan untuk memunculkan respon tertentu.
Classical Conditioning
Classical conditioning atau pengkondisian klasik adalah sekumpulan proses yang melibatkan unconditional stimulus dan neutral stimulus. Kedua stimulus tersebut akan mengubah unconditioned response menjadi conditioned response. Contoh yang paling populer adalah eksperimen Pavlov mengenai anjing dan produksi saliva. Hasilnya, anjing tidak hanya merespon stimulus berdasarkan kebutuhan biologisnya (rasa lapar) saja, melainkan hasil dari sebuah proses belajar (suara lonceng).
Operant Conditioning
Operant conditioning adalah sebuah teori pembelajaran yang disusun oleh B. F. Skinner. Menurut Skinner, reinforcement atau penguatan akan memperkuat respon ketika stimulus dimunculkan. Terdapat tiga dasar utama dalam model ini yaitu stimulus (antecedent), respon (perilaku), dan penguatan (konsekuensi). Konsekuensi dari sebuah perilaku akan menentukan respon di waktu mendatang. Konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi perilaku. Di sisi lain, konsekuensi berupa hukuman akan menurunkan frekuensi perilaku.
Baca juga: Psikologi Pendidikan
Teori Pembelajaran Sosial Kognitif
Pengertian
Albert Bandura merupakan salah satu tokoh psikologi terkenal yang merintis teori pembelajaran sosial kognitif (Schunk, 2012). Sosial kognitif adalah teori yang menekankan bahwa seseorang belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya. Berdasarkan teori Bandura, fungsi manusia dilihat sebagai sekumpulan interaksi yang meliputi faktor personal, perilaku, dan peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar.
Teori pembelajaran sosial kognitif memiliki perspektif bahwa seseorang dapat belajar untuk menetapkan mimpi, meregulasi kognisi, emosi, dan perilaku. Kunci dari regulasi diri terdiri atas self-observation, self-judgment, dan self-reaction. Dengan mengamati orang lain, seseorang dapat mempelajari sebuah pengetahuan, aturan, keterampilan, dan perilaku yang baru.
Belajar adalah aktivitas memproses informasi secara kognitif yang direpresentasikan sebagai sebuah aksi. Secara aktif, proses belajar terjadi melalui proses mengamati model, mendengarkan instruksi, dan terlibat dengan bahan berwujud cetak (buku) maupun elektronik. Konsekuensi dari sebuah perilaku dinilai sangat penting. Perilaku yang menghasilkan konsekuensi menyenangkan akan dipertahankan, sedangkan perilaku yang menghasilkan konsekuensi buruk akan dihapus.
Modelling Process
Modelling adalah sebuah proses penting dalam teori pembelajaran sosial kognitif. Proses modelling meliputi perubahan perilaku, kognitif, dan afektif sebagai akibat dari mengobservasi orang lain. Karena terkesan meniru orang lain, modelling sering kali disalah artikan sebagai proses imitasi. Padahal, modelling memiliki konsep yang lebih inklusif dan kompleks. Fungsi utama dari modelling adalah membuat ekspektasi bahwa seseorang akan berhasil seperti orang lain, serta meningkatkan motivasi, atensi, retensi, dan produksi.
Motivational Process
Seperti yang kita tahu, proses belajar sosial kognitif secara tidak langsung akan meningkatkan motivasi di dalam diri. Motivasi tersebut akan muncul ketika sebuah goal, mimpi, atau tujuan telah ditentukan. Goal dan mimpi yang spesifik akan meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri. Sementara itu, goal yang bersifat jangka pendek akan sangat efektif bagi anak-anak muda. Selanjutnya, goal yang paling efektif adalah yang tidak terlalu mudah namun tidak terlalu sulit, yaitu challenging but attainable goal.
Self-Efficacy
Self-efficacy atau efikasi diri adalah kepercayaan seseorang akan dirinya sendiri bahwa ia mampu dan capable melakukan sesuatu. Efikasi diri adalah persepsi seseorang terhadap kapabilitasnya untuk melakukan sebuah aksi. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri dapat meningkatkan peluang kesuksesan siswa.
Misalnya, seorang siswa mengetahui jawaban dari pertanyaan yang disampaikan oleh gurunya. Namun, karena efikasi diri yang rendah, ia tidak berani dan takut salah dalam menjawab pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, peluang untuk mendapatkan nilai akan turun.
Baca juga: Mengenal Teori Perkembangan Manusia
Information Processing Theory
Pengertian
Information processing theory atau teori pemrosesan informasi termasuk dalam salah satu teori pembelajaran di dunia psikologi pendidikan. Teori pemrosesan informasi fokus pada atensi, persepsi, encoding, dan penyimpanan memori di dalam otak (Schunk, 2012). Dewasa ini, pemrosesan informasi pada individu telah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah komunikasi, teknologi komputer, dan neurosains.
Dengan kata lain, teori pemrosesan informasi fokus pada proses memproses informasi, menyimpan informasi tersebut di dalam memori, dan memanggil memori tersebut jika diperlukan. Seperti yang kita ketahui, manusia mendengar dan mendapatkan banyak sekali informasi di setiap harinya. Nah, tentunya manusia akan memilah dan memilih informasi mana yang harus diingat dan dilupakan. Terdapat tokoh psikologi yang ahli dalam bidang ini yaitu Gestalt.
Attention
Kata attention, atensi, atau perhatian tentu tidak asing lagi di telinga kita. Di dalam lingkup sekolah, guru dan orang tua sering mengeluhkan anak dan siswanya yang sulit untuk memberi perhatian saat pelajaran. Terdapat beberapa siswa yang sulit untuk memperhatikan sebuah instruksi atau arahan dari guru saat diberikan tugas. Mungkin kamu sedang bertanya-tanya, sebenarnya, apa itu atensi?
Atensi adalah fokus pada suatu stimulus tertentu dengan cara mengabaikan stimulus yang lain. Agar stimulus dapat masuk ke dalam memori, harus ada atensi atau perhatian. Oleh karena itu, terkadang, stimulus harus dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian. Meski demikian, atensi manusia itu sangat terbatas. Mulai dari suara, bau, dan penglihatan, terkadang kita tidak dapat memfokuskan atensi pada banyak hal secara bersamaan.
Perception dan Rehearsal
Stimulus yang diterima oleh panca indera akan disadari setelah terjadi proses persepsi. Persepsi adalah sebuah proses mental untuk menginterpretasi stimulus yang dipengaruhi pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi dan banyak faktor lainnya. Atau dengan kata lain, persepsi adalah memberi makna pada stimulus yang berada di sekitar kita saat diterima oleh senses atau panca indera.
Ketika sedang mempelajari dan menghafal materi pelajaran, seringkali kita mengucapkannya dan menuliskannya berulang-ulang. Yes, proses ini dinamakan rehearsal, yaitu mengulang-ulang informasi yang sudah diterima sehingga dapat meningkatkan penyimpanan memori. Cara ini terbilang efektif untuk mengingat-ingat dan menghafalkan sesuatu agar mudah menempel pada otak atau ingatan.
Tiga Komponen Sistem Memori
Sistem memori manusia memiliki tiga komponen penting. Pertama adalah sensory register, yaitu komponen yang menerima informasi lalu menahannya dalam waktu yang sangat singkat. Kedua adalah short term memory atau working memory, yaitu komponen yang menyimpan informasi dengan jumlah terbatas dalam waktu beberapa detik. Ketiga adalah long term memory, yang menyimpan informasi dalam waktu yang lama dan jumlah yang lebih banyak (atau tak terbatas).
Tiga Komponen Long Term Memory
Long term memory atau memori jangka panjang memiliki tiga komponen penting. Pertama adalah episodic memory, bagian dari long term memory yang menyimpan image pengalaman personal. Karakteristik khasnya adalah memori yang berkaitan dengan waktu dan tempat. Contohnya adalah menghadiri pesta ulang tahun teman dan menghadiri upacara kelulusan sekolah.
Kedua adalah semantic memory, bagian dari long term memory yang menyimpan fakta, konsep, dan pengetahuan umum. Misalnya adalah materi pelajaran matematika yang diperoleh saat sekolah atau kuliah. Ketiga adalah procedural memory, bagian dari long term memory yang menyimpan informasi bagaimana cara dan langkah-langkah melakukan sesuatu. Sebagai contoh, mengingat bagaimana cara menyalakan komputer.
Baca juga: Ruang Lingkup Psikolog
Teori Pembelajaran Proses Kognitif
Pengertian
Teori pembelajaran selanjutnya adalah berkaitan dengan proses kognitif, yaitu peran penting proses kognitif dalam proses pembelajaran. Terdapat sejumlah hal yang terlibat dalam proses kognitif seseorang saat berpikir. Yaitu metakognisi, problem solving, belajar menggunakan konsep, instruksi dan teknologi, dan penerapan ilmu yang bersifat instruksional. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
Skill Acquisition
Skill acquisition atau akuisisi keterampilan, adalah berkembangnya sebuah kompetensi dalam domain tertentu. Terdapat dua jenis keterampilan, yaitu keterampilan umum dan keterampilan spesifik. Keterampilan umum dapat diaplikasikan pada domain yang cukup luas, sementara keterampilan spesifik hanya pada domain-domain tertentu. Contoh keterampilan umum adalah kemampuan untuk memecahkan masalah kognitif, motorik, dan sosial. Sementara contoh keterampilan spesifik adalah kemampuan menyelesaikan soal matematika dalam bentuk akar dan pangkat.
Metakognisi
Metakognisi adalah kesadaran dan kontrol yang penuh dalam aktivitas kognitif (Schunk, 2012). Disebut sebagai metakognisi karena memiliki arti cognition about cognition. Keterampilan metakognisi sangat berperan penting pada berbagai aktivitas kognitif. Seperti komunikasi, persuasi, dan komprehensi oral, serta kemampuan menulis, persepsi, atensi, memori, self-control, dan pemecahan masalah.
Terdapat dua keterampilan yang berkaitan dengan metakognisi. Pertama, seseorang harus mengetahui tentang keterampilan, strategi, dan sumber daya yang diperlukan. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk mencari ide utama, mengulang-ulang informasi, membentuk asosiasi, serta menggunakan gambar. Hal lainnya adalah kemampuan menggunakan teknik memori, mengorganisasi, serta mencatat dan menggarisbawahi hal-hal penting.
Kedua, seseorang tersebut harus mengetahui bagaimana dan kapan mereka harus menggunakan keterampilan dan strategi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Proses-proses ini perlu dimonitor untuk mengecek level pemahaman, prediksi hasil, dan evaluasi efektivitas dalam berusaha. Juga melibatkan aktivitas untuk merencanakan (planning), menentukan alokasi waktu, dan berganti aktivitas lain jika menghadapi kesulitan.
Motivasi
Pengertian
Selanjutnya, kita akan beralih ke motivasi, sebuah topik yang sering sekali dikaitkan dengan teori pembelajaran. Motivasi adalah proses untuk mempertahankan perilaku yang akan mengarahkan pada tujuan dan mimpi (Schunk, 2012). Teori ini memiliki keterkaitan dengan kognitif karena berhubungan dengan bagaimana seseorang menetapkan mimpi dan tujuannya (merencanakan dan memonitor perilaku).
Karakteristik dari motivasi adalah tidak dapat diobservasi dan dilihat secara langsung. Melainkan, dapat dilihat melalui indeks perilaku dan aktivitas-aktivitas yang menunjang mimpi serta tujuan. Definisi lainnya, motivasi adalah konsep yang dapat memahami kita mengapa seseorang tergerak untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Di sekolah, siswa termotivasi untuk belajar dengan cara aktif dalam kegiatan di kelas dan menanyakan hal pada guru jika ada yang belum paham.
Dibandingkan dengan diam saja ketika tidak memahami materi, siswa yang termotivasi akan memunculkan usaha yang lebih ekstra. Di waktu luang, siswa akan menghabiskan waktunya untuk membaca buku, menyelesaikan puzzle, dan bermain komputer (tentunya dengan tujuan yang bermanfaat). Singkatnya, motivasi dapat meningkatkan aktivitas siswa yang mereka senangi dan minati.
Goal Theory
Goal theory atau teori mimpi, adalah salah satu konsep baru yang dipelajari pada motivasi manusia. Berdasarkan teori ini, terdapat hubungan yang penting antara mimpi, ekspektasi, atribusi, orientasi motivasi, dan achievement behaviour. Dalam konteks pendidikan, goal theory digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku siswa dalam menggapai mimpi dan tujuannya.
Baca juga: Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Lain
Regulasi Diri
Pengertian
Regulasi diri adalah proses yang digunakan secara sistematis untuk menjaga fokus mereka terhadap pikiran, perasaan, dan aksi dalam menggapai mimpi. Pada awalnya, regulasi diri sering dikaitkan dengan perilaku klinis seperti agresi, adiksi, gangguan seksual, konflik interpersonal, dan lain sebagainya. Namun, saat ini, regulasi diri sudah mulai berkembang ke dunia pendidikan dan teori pembelajaran (Schunk, 2012).
Penerapan Regulasi Diri
Saat ini, regulasi diri dapat ditunjukkan dalam berbagai macam bentuk. Pada dasarnya, regulasi diri terdiri dari perilaku individu yang meregulasi dirinya sendiri untuk fokus dalam belajar dan menggapai mimpi. Di satu sisi, ternyata, regulasi diri juga berkaitan dengan variabel kognitif dan afektif. Dalam proses pembelajaran, regulasi diri dapat membantu siswa untuk meningkatkan efikasi dan kepercayaan diri. Hal ini membuat seseorang menjadi lebih optimis dan memiliki iklim emosional yang positif.
Perkembangan
Pengertian
Definisi perkembangan dari perspektif teori pembelajaran adalah perubahan dari waktu ke waktu untuk mampu bertahan hidup (Schunk, 2012). Perubahan-perubahan tersebut terjadi dengan progresif dalam rentang perkembangan manusia (tidak hanya dalam satu titik waktu saja). Perkembangan memiliki keterkaitan yang erat dengan pembelajaran. Sebagai contoh sederhana, perkembangan kognitif akan berjalan seiring dengan perkembangan kemampuan belajar.
Perspektif Perkembangan
Nature versus nurture, apakah kemampuan belajar itu sudah bawaan dari lahir atau hasil dari pengaruh lingkungan, atau keduanya. Stability versus change, apakah waktu perkembangan manusia itu fleksibel atau akan kritis pada waktu-waktu tertentu. Continuity versus discontinuity, apakah perkembangan terjadi pada hal-hal yang kecil, atau berkembang sekaligus dalam bentuk yang besar. Structure versus function, apakah perkembangan terdiri dari perubahan fungsi kognitif, atau terdiri dari perubahan proses kognitif.
Pengaruh Keluarga
Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, salah satunya adalah faktor keluarga (Schunk, 2012). Pengaruh keluarga yang pertama adalah mengenai status ekonomi, yang mana ditentukan oleh pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Status ekonomi keluarga dipercaya dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. Meski demikian, tidak selamanya anak yang lahir dari keluarga kurang mampu akan terlambat perkembangannya.
Pengaruh Media Elektronik
Dewasa ini, anak-anak sering terpapar oleh berbagai jenis media elektronik seperti televisi, komputer, internet, video game, dan lain sebagainya. Ternyata, media elektronik dapat memberi dampak pada perkembangan kognitif, belajar, dan pencapaian anak. Terlalu sering menonton televisi dan bermain video game akan menurunkan aktivitas belajar anak karena jam belajar yang tersita waktunya.
Baca juga: Teori Kepribadian Erik H. Erikson
Pemahaman Akhir
Teori pembelajaran adalah topik menarik dalam psikologi pendidikan yang mempelajari proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau percobaan. Proses belajar dapat terjadi melalui pembelajaran formal maupun non-formal. Dalam ruang lingkup psikologi pendidikan, terdapat beberapa teori pembelajaran yang saling melengkapi.
Teori pembelajaran behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati. Teori ini menekankan hubungan antara stimulus dan respon dalam perilaku. Classical conditioning dan operant conditioning adalah dua konsep penting dalam teori behavioristik yang menjelaskan bagaimana stimulus dan konsekuensi dapat memengaruhi perilaku.
Teori pembelajaran sosial kognitif menekankan bahwa belajar terjadi melalui pengamatan dan interaksi sosial. Albert Bandura adalah tokoh terkenal dalam teori ini. Proses modeling dan self-efficacy adalah dua konsep penting dalam teori pembelajaran sosial kognitif. Melalui proses modeling, individu dapat mempelajari pengetahuan dan perilaku baru dengan mengamati orang lain. Self-efficacy adalah kepercayaan individu terhadap kemampuannya sendiri untuk melakukan suatu tindakan.
Teori pemrosesan informasi memfokuskan pada proses pemrosesan informasi di dalam otak. Proses atensi, persepsi, dan penyimpanan memori adalah komponen penting dalam teori ini. Individu menggunakan atensi untuk memilih informasi yang relevan dan proses pemahaman. Kemudian, informasi tersebut disimpan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang.
Teori pembelajaran proses kognitif menekankan peran penting proses kognitif dalam pembelajaran. Metakognisi, problem solving, belajar menggunakan konsep, instruksi dan teknologi, serta penerapan ilmu instruksional adalah komponen utama dalam teori ini. Regulasi diri juga merupakan aspek penting dalam pembelajaran, di mana individu mengatur diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan dan mimpi.
Motivasi memainkan peran penting dalam pembelajaran. Goal theory menjelaskan hubungan antara mimpi, ekspektasi, atribusi, orientasi motivasi, dan perilaku pencapaian. Regulasi diri dan pengaruh keluarga juga memengaruhi perkembangan dan pembelajaran individu.
Dalam praktiknya, berbagai teori pembelajaran ini saling melengkapi dan tidak ada satu teori yang sempurna. Pemahaman tentang berbagai teori pembelajaran ini dapat membantu para dosen dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Yup, itulah penjelasan lengkap mengenai pengertian dan beberapa teori pembelajaran dari sudut pandang psikologi pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak sekali teori pembelajaran yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tiap-tiap teori tidak ada yang sempurna dan akan saling melengkapi satu sama lainnya. Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai, selamat belajar.
Sumber:
Pritchard, A. (2009). Ways of Learning: Learning Theories and Learning Styles in the Classroom 2nd Edition. New York: Routledge.
Schunk, D. H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective 6th Edition. Boston: Pearson Education.
Komentar