9 Tarian Khas Sunda, Yuk Ketahui Apa Saja

Sunda sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia mempunyai ragam kesenian yang memukau. Contohnya berupa tari-tari tradisional yang masih terus dipentaskan hingga masa kini. Tarian khas Sunda tersebut tidak hanya dikenal di kalangan masyarakat Jawa Barat saja, tetapi juga sudah mendunia.

Meski begitu, tidak banyak masyarakat yang mengenal tarian daerah Sunda lainnya. Oleh karena itu, supaya kamu juga lebih mengenal mengenai apa saja jenis-jenis tarian khas Sunda tersebut, di bawah ini akan ada penjelasannya secara lengkap. Yuk simak!

1. Tari Jaipong

Tari Jaipong
Sumber: detik.com

Nama tari jaipong mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Bahkan, beberapa orang pasti akan langsung tahu jika tari satu ini adalah tarian khas Sunda. Ini karena tari jaipong termasuk tari yang populer dan telah diusulkan untuk menjadi warisan budaya tak benda asal Indonesia ke UNESCO.

Baca juga: Pakaian Adat Jawa Barat

Diketahui tari jaipong mulanya muncul di tahun 1980an. Gugum Gumbira adalah  salah satu seniman yang mencetuskan tarian tersebut. Kata “jaipong” sendiri menurut masyarakat Karawang diambil dari bunyi kendang yang secara onomotofe berbunyi jaipong. 

Tepak kendang sering kali dijadikan sebagai iringan tari pergaulan dalam kesenian bajidoran dan kemudian mulai populer sebagai jaipongan. Tepak kendang atau tabuhan kendang inilah yang menjadi daya tarik utama. Berkat tepak kendang tersebut, terciptalah gerakan tari jaipong yang sekarang sudah banyak dikenal di berbagai wilayah. 

2. Tari Merak

Tari merak adalah jenis tarian daerah Sunda lainnya yang cukup menarik. Burung merak diketahui jadi inspirasi utama tarian ini yang tercermin dalam kostum tarian yang mirip dengan bulu burung merak. Dibandingkan dengan tari jaipong, tari merak sudah ada sejak tahun 1955 dan diciptakan oleh Rd. Tjetje Somantri. 

Pada awal penciptaannya, tarian khas Sunda ini ditujukan untuk menghibur delegasi Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955. Selang beberapa tahun setelah Rd. Tjetje Somantri meninggal, Irawati Durban sebagai murid dari Rd. Tjetje, menyempurnakan struktur koreografi dari tari merak. Pengembangan gerakan tersebut pun mulai ditampilkan dalam New York Fair tahun 1965. 

3. Tari Sintren

Tari Sintren
Sumber: instagram.com/bram_dmaestro

Tari sintren adalah jenis tari sakral yang tidak boleh sembarang dimainkan. Tarian daerah Sunda ini biasanya dibawakan oleh seorang wanita dengan mengenakan kostum khusus dan memakai kacamata hitam. 

Menurut asal usul namanya, tari sintren diketahui berupa gabungan kata “si” dan “tren”. “Si” artinya ungkapan panggilan yang berarti dia, lalu “tren” berarti putri. Jadi, bisa dikatakan jika sintren memiliki arti “si putri.” 

Baca juga: Rumah Adat Jawa Barat

Mengingat tari sintren juga bersifat sakral, tarian khas Sunda ini pertama kali dimainkan saat bulan purnama pada waktu yang sunyi karena ada kaitannya dengan roh halus. Namun, lambat laun tari sintren juga dimainkan di siang hari dan kini lebih bertujuan untuk menghibur orang. Bahkan, tari sintren juga pernah dipergunakan para wali dalam menyebarkan agama Islam. 

4. Tari Sampiung

Selanjutnya, ada tari sampiung yang termasuk dalam tarian khas Sunda yang tidak kalah populer. Tari sampiung dipertunjukkan saat peringatan hari-hari penting seperti Rebo Wekasan, Ngaruat, Pesta Panen, dan Seren Taun. 

Menurut sejarahnya, nama tari sampiung diambil dari lagu pengiring tarian ini yang judulnya sampiung. Ada pula masyarakat yang menyebut tari ini sebagai “ngekngek” karena alat pengiringnya lainnya adalah tarawangsa (alat musik gesek) yang dijuluki ngekngek. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang memberi nama tari jentreng. Ini karena waditra pengiringnya berupa jentreng (alat musik petik). 

5. Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk Tilu
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Tari ketuk tilu banyak ditemukan dan dipentaskan di Bogor, Priangan, dan Purwakarta. Tari ini hadir lebih dulu sebelum tari jaipong dan disebut-sebut sebagai cikal bakal tari jaipong. Ada beberapa alat musik yang menjadi pengiring tarian ini seperti rebab, kendang, kecrek, goong, kuanter, dan tiga buah ketuk. 

Kemudian, terdapat tiga gerakan yang khas dalam tarian daerah Sunda ini yaitu gitek, geol, serta goyang. Secara umum, tari ketuk tilu dimainkan saat menyambut musim panen dan sekarang ini berkembang menjadi hiburan bagi masyarakat Sunda.

6. Tari Buyung

Alasan mengapa tarian daerah Sunda ini disebut sebagai tari buyung tidak lain karena penarinya akan membawa buyung (wadah air) saat menari. Dibawakannya buyung diketahui karena gerakan dalam tari buyung menggambarkan gadis desa yang mengambil air di air terjun atau curug. 

Tari ini dimainkan khususnya pada upacara seren taun yang menjadi budaya khas masyarakat Jawa Barat. Pencipta dari tari buyung adalah Emalia Djatikusumah, istri dari sesepuh adat Sunda Pangeran Djatikusumah. 

7. Tari Topeng

Tari Topeng
Sumber: travel.kompas.com

Tari tradisional khas Sunda ini dikenal juga sebagai tari topeng Cirebon. Menurut masyarakat setempat, tarian daerah Sunda ini sudah ada sejak Kesultanan Cirebon. Dalam pementasannya, para penari mengenakan topeng sehingga tidak salah jika tari ini disebut dengan tari topeng. 

Topeng yang digunakan oleh para penari ini juga berbeda-beda. Ketika terjadi pergantian warna topeng, gamelan akan ditabuh lebih keras. Diketahui ada 5 jenis topeng yang digunakan dalam tari topeng. Kelima jenis tersebut diantaranya bisa disimak sebagai berikut. 

Baca juga: Alat Musik Jawa Barat

Topeng Panji

Tari Topeng (2)
Sumber: cirebonkota.go.id

Topeng panji menyimbolkan seseorang yang seseorang yang suci seolah baru terlahir ke dunia. Kesucian dari panji diibaratkan dengan warna putih dalam topeng. Karena perangainya yang disimbolkan dengan kesucian, para pemain yang menggunakan topeng ini membawakan gerakan tari yang halus dan lembut. 

Topeng Samba

Selanjutnya, ada topeng samba dalam tarian daerah Sunda tari topeng. Topeng ini menyimbolkan seseorang yang masuk ke fase kanak-kanak. Sesuai dengan simbol tersebut, gerakan yang dibawakan oleh penari dengan topeng samba didominasi gerakan lucu dan lincah. 

Topeng Rumyang

Topeng rumyang juga mengandung makna khusus. Topeng ini menggambarkan seseorang yang masuk ke masa remaja. Dari gerakannya juga menunjukkan bagaimana layaknya seorang remaja bertindak. Disamping itu, terkandung pula pesan jika manusia harus bertindak dengan penuh kebaikan.

Topeng Tumenggung

Berbeda dengan beberapa topeng sebelumnya, topeng tumenggung atau patih ini menyimbolkan orang dengan sifat yang tegas dan bertanggung jawab. Tidak hanya itu saja, gerakan dalam topeng ini ingin menunjukkan pentingnya kesetiaan dalam karakteristik setiap manusia. 

Topeng Kelana

Topeng kelana dalam tarian khas Sunda menggambarkan seseorang dengan sifat pemarah. Oleh karenanya, para pemain yang menggunakan topeng ini akan memerankan peran jahat. Namun, dibuatnya topeng ini bukan karena tanpa alasan. Justru topeng kelana diharapkan bisa memberikan pelajaran tersendiri bagi para penontonnya supaya tidak bertindak secara murka. 

8. Tari Ronggeng Gunung

Tari ronggeng juga termasuk dalam tarian khas Sunda yang banyak dikenal masyarakat luas. Tari ini tumbuh dan berkembang khususnya di wilayah Ciamis dan Pangandaran. Secara umum, tari ronggeng gunung tidak begitu berbeda dari tari ronggeng pada umumnya. 

Penarinya adalah satu orang perempuan yang dilengkapi dengan aksesoris selendang. selendang tersebut digunakan untuk mengundang laki-laki untuk ikut menari bersama. Untuk menjadi penari ronggeng gunung tidaklah mudah. Penari tersebut harus wanita pilihan yang sudah melewati berbagai latihan dan lelaku khusus. 

Dalam pementasannya, tarian daerah Sunda ini tidak hanya difungsikan sebagai hiburan, melainkan juga sebagai pengantar acara-acara penting seperti panen, pernikahan, khitanan, dan penerimaan tamu penting. Kemudian, untuk musik pengiringnya ada beberapa macam yaitu tiga buah ketuk, gong, dan kendang. 

9. Tari Ronggeng Bugis

Tari Ronggeng Bugis
Sumber: suaranusantara.co

Ada hal yang unik dari asal mula tari ronggeng bugis. Menurut sejarah yang berkembang, tari ronggeng bugis digunakan sebagai penyamaran Sunan Gunung Jati kepada Pajajaran. Penyamaran itu dilakukan dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam di Cirebon. 

Saat pementasan ronggeng bugis, waditra yang digunakan untuk mengiringi tarian terdiri dari kelenang, kendang kecil, gong kecil, dan kecrek. Penari terdiri dari laki-laki yang memakai kebaya dengan warna mencolok. Mereka dirias dengan riasan yang menyolok serta bibirnya digambar dengan miring. Tujuannya supaya tarian ini bisa mengundang gelak tawa dari para penontonnya. 

Namun, riasan dan kostum yang dikenakan tidak selalu paten. Riasan dan kostum bisa berganti-ganti karena tujuan utama dari tarian ini adalah untuk mengundang gelak tawa dari penonton. Begitu juga dengan jumlah penari dalam setiap pementasan juga tidak sama. Tetapi, rata-rata pementasnya berjumlah 4-9 orang. 

Pemahaman Akhir

Sunda sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia, memiliki warisan seni dan budaya yang sangat kaya dan memukau. Tarian-tarian tradisional yang dimilikinya merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan sejarahnya. Meskipun beberapa tarian khas Sunda telah dikenal secara luas, seperti tari Jaipong yang populer, tetapi masih terdapat jenis-jenis tarian lainnya yang mungkin belum begitu dikenal oleh masyarakat secara umum.

Tari-tari khas Sunda memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya dan sejarah suku ini. Setiap tarian memiliki makna, pesan, dan latar belakang sejarahnya sendiri. Tarian-tarian seperti Tari Merak, Tari Sintren, Tari Sampiung, Tari Ketuk Tilu, Tari Buyung, Tari Topeng, Tari Ronggeng Gunung, dan Tari Ronggeng Bugis merupakan contoh nyata bagaimana Sunda mengabadikan cerita, nilai-nilai, dan kearifan lokal melalui gerakan dan musik yang khas.

Keanekaragaman ini menunjukkan bahwa warisan budaya Sunda tak hanya bercerita tentang tarian-tarian yang menakjubkan, tetapi juga tentang warisan budaya yang diperkaya oleh nilai-nilai spiritual, kreativitas, dan pengetahuan lokal. Melalui pementasan dan persembahan tarian-tarian ini, masyarakat Sunda menjaga kehidupan budaya mereka, mempertahankan nilai-nilai tradisional, dan merayakan identitas mereka.

Oleh karena itu, lebih banyak upaya harus dilakukan untuk memahami, melestarikan, dan mengapresiasi berbagai tarian khas Sunda. Dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa kekayaan budaya dan seni ini terus hidup dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Sunda dan Indonesia secara keseluruhan.

Nah, itulah berbagai jenis tarian khas Sunda yang masih sangat populer di era sekarang. Tarian-tarian daerah Sunda tersebut juga memiliki menggambarkan simbol khusus sehingga membuatnya memiliki nilai budaya yang kental.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *