7 Senjata Tradisional Jawa Tengah Serta Penjelasannya

Senjata adalah sebuah benda yang dapat memberikan pertahanan diri bagi pemakainya. Sebuah senjata merupakan hal yang penting bagi masyarakat yang hidup di lingkungan alam yang keras, rawan konflik serta terjajah. Dengan begitu, persaingan dalam hal kemutakhiran di bidang persenjataan adalah hal yang wajar. Persaingan tersebut membawa satu kelompok masyarakat untuk berinovasi dalam penciptaan sebuah senjata khasnya masing-masing.

Dengan begitu, penciptaan sebuah senjata akan menciptakan masyarakat yang aman dan mampu mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain. Pertahanan dan penyerangan menggunakan senjata telah terjadi sejak zaman prasejarah. Pada zaman tersebut, kelompok manusia saling bertempur untuk memperebutkan wilayah serta ladang yang kaya akan bahan pangan.

Pertempuran dan perebutan wilayah kekuasaan yang telah dialami oleh manusia dalam sejarah dapat diamati melalui berbagai penggambaran di dinding goa, relief candi, maupun cerita rakyat yang hidup di suatu daerah. Melalui bukti-bukti tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pada zaman dahulu manusia telah menggunakan senjata sebagai alat yang sangat vital dalam kehidupan berkelompok. Penggunaan senjata pada zaman dahulu digambarkan masih bersifat tradisional.

Sifat tradisional yang ada pada senjata diperoleh berdasarkan bahan bakunya yang masih bergantung pada alam, Teknik pembuatannya yang sederhana, serta desain yang simpel dan monoton.

Seiring perkembangan zaman, senjata yang dahulunya dipergunakan sebagai alat untuk membela diri maupun kelompok telah beralih menjadi benda-benda pusaka, properti tata busana, dan sebagainya. Meskipun begitu, masih terdapat kelompok masyarakat yang menggunakan senjata tradisional sebagai alat untuk membantu berbagai keperluan.

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai senjata-senjata tradisional Jawa Tengah yang masih hidup dan memiliki guna dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Yuk, simak terus ya!

Keris

keris Solo
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Keris adalah senjata tradisional Jawa Tengah yang sangat terkenal kemasyhuran dan bentuknya. Senjata ini memang banyak dijumpai di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Hal tersebut dikarenakan sejak zaman kuno, keris telah memiliki arti yang begitu penting terutama dalam perkembangan sejarah kebudayaan bangsa Indonesia.

Pada masa kerajaan Majapahit dan Mataram Islam, keris adalah benda yang mempunyai makna mendalam sehingga menjadi sebuah benda yang sangat penting bagi keberadaan sebuah kerajaan. Keris atau disebut juga “Curiga” atau “Dhuwung” termasuk dalam kategori benda yang dinamakan tosan aji  (tosan berarti besi dan aji berarti dihormati karena memiliki kelebihan). Oleh karena itu, perawatan dari senjata keris ini menjadi sangat spesial.

Senjata keris merupakan salah satu khasanah budaya asli Indonesia yang luar biasa. Melalui relief candi-candi Jawa serta prasasti batu, dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki kemampuan menciptakan karya seni pahat serta pengolahan besi yang cukup bagus. Dalam prasasti yang ditemukan di Desa Dakuwu, Magelang, Jawa Tengah misalnya, terdapat gambar-gambar serta tulisan dalam huruf palawa yang menunjukkan gambar seperti kapak, sabit, belati, pisau, serta keris. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara pada masa itu telah mengenal seni pahat yang memiliki kualitas tinggi.

Dalam masyarakat Jawa terdapat sebuah kepercayaan tentang senjata tradisional keris, yaitu bahwa keris diyakini memiliki daya magis sebab pembuatannya disertai dengan laku tapa brata terutama dari para empu yang membuat keris. Oleh sebab itu, bilah keris sangat jarang sekali dikeluarkan dari warangkanya. Namun, jika ditemui kondisi yang sangat terdesak atau terpaksa, keris akan ditarik dengan penuh hati-hati dan rasa hormat.

Untuk memperoleh senjata tradisional Jawa Tengah tersebut, perlu dilaksanakan sebuah upacara pula. Selain itu, keris yang dimiliki oleh seseorang dalam budaya masyarakat Islam Nusantara juga disertai pemberian nama. Hal tersebut adalah sesuatu yang biasa. Pemberian nama juga dilakukan kepada benda-benda lain yang dianggap memiliki kesaktian.

Baca juga: 15 Alat Musik Jawa Tengah

Thulup

Thulup
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Thulup adalah senjata tradisional Jawa Tengah yang berbentuk silinder dengan anak panah yang cara penggunaannya adalah dengan ditiup. Senjata ini memiliki kesamaan dari segi bentuk dan cara kerja dengan senjata khas Kalimantan Barat, yakni sumpit. Namun, thulup memiliki ukuran yang lebih pendek jika dibandingkan dengan sumpit.

Senjata tradisional Jawa Tengah ini terbuat dari bahan yang sangat mudah dijumpai di alam, yaitu bambu. Bambu tersebut dipilih yang sudah berusia agak tua agar memiliki daya tahan sehingga tidak mudah pecah ketika digunakan. Bambu tersebut kemudian dipotong dengan ukuran 10-15 cm sesuai dengan rongga bambunya.

Peluru dari thulup disebut sebagai anak thulup. Anak thulup tersebut biasanya terbuat dari bambu kecil yang telah dibuat runcing ujungnya atau bisa juga berupa buah-buahan serta tanah liat. Agar dapat melukai musuh, peluru yang telah dipilih akan dilumuri dengan cairan racun alami sehingga mampu melumpuhkan target ketika mengenai anggota tubuhnya.

Kegunaan dari senjata thulup tersebut yaitu sebagai senjata ketika berburu. Thulup memiliki kelebihan tidak mengeluarkan suara yang bising serta tidak memerlukan energi yang banyak. Dengan begitu, si pengguna biasanya hanya tinggal menunggu target buruan lewat tanpa harus menggiring atau melakukan pengejaran. Jika serangan yang dilakukan mengenai leher atau kepala dari binatang, maka dalam hitungan 5-10 menit, binatang tersebut akan pingsan atau bahkan mati terkena racun.

Pada zaman sekarang, senjata ini sudah tidak digunakan sebagai alat untuk berburu lagi, melainkan hanya digunakan sebagai mainan anak-anak. Peluru yang digunakan juga umumnya terbuat dari kertas yang tidak berbahaya bagi anak-anak.

Plintheng

Plintheng
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Plintheng adalah senjata tradisional Jawa Tengah yang memiliki daya pegas untuk melontarkan peluru. Daya pegas tersebut berasal dari karet yang ada pada sisi atasnya. Senjata ini dalam bahasa Indonesia disebut dengan nama ketapel.

Pada zaman dahulu, plintheng juga digunakan sebagai alat untuk melakukan aksi perjuangan melawan penjajahan Belanda. Meskipun bersifat tradisional, namun nyatanya jika digunakan oleh orang yang memiliki keterampilan dan akurasi, plintheng mampu menjadi senjata yang mematikan.

Bahan baku pembuatannya yaitu kayu yang memiliki 2 cagak, karet sebagai penghasil daya pegas, serta sehelai kulit hewan maupun kain sebagai tempat untuk menaruh peluru. Kayu 2 cagak yang dipilih biasanya yang memiliki kekuatan serta tidak licin ketika dipakai, contohnya kayu pohon teh tehan, jambu, serta rambutan. Kayu tersebut kemudian diberi lubang untuk mengikat karet di masing-masing cagaknya. Setelah karet terpasang, kulit binatang dikaitkan dengan karet sehingga menjadi satu kesatuan yang solid.

Untuk peluru dari senjata tradisional Jawa Tengah ini pada umumnya menggunakan batu, kerikil, maupun buah-buahan yang masih hijau. Di era modern seperti sekarang, plintheng kebanyakan berguna sebagai hiburan bagi anak-anak. Melalui senjata plintheng, anak-anak bisa berlatih ketepatan dan akurasi.

Kudi

kudi
Sumber : banyumasku.com

Kudi adalah sebuah senjata tradisional Jawa Tengah, khususnya dari Kabupaten Banyumas yang berfungsi serba bisa. Senjata kudi ini bisa dibilang merupakan senjata khas masyarakat Banyumas. Hal tersebut dapat diamati melalui setiap hari jadi Banyumas, selalu dijumpai sosok Bawor (maskot Banyumas) yang menenteng kudi di tangannya.

Bagi orang Banyumas, kudi adalah alat yang serba bisa dalam membantu pekerjaan atau kondisi apapun. Dalam pekerjaan Bertani misalnya, kudi bisa membantu dalam memotong kayu penyangga tanaman rambat. Begitu pun di sektor kehidupan lain seperti berburu, mencari kayu di hutan, dan membentuk ukiran.

Karena kegunaannya yang multifungsi tersebut, bahkan masyarakat Banyumas sering dijumpai hanya menggunakan satu alat saja, yaitu kudi ini ketika bekerja dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan memotong kayu dan bambu. Tak jarang pula ada orang yang mampu merampungkan pembuatan meja, kursi, maupun gubug tanpa alat lain selain kudi.

Di Banyumas sendiri terdapat tiga jenis kudi yang biasa digunakan oleh masyarakat. Pertama, kudi biasa yang memiliki manfaat untuk segala jenis bidang pekerjaan dan kondisi. Kudi jenis ini memiliki panjang sekitar 40 cm serta lebar 12 cm. Kedua, kudi melem. Jenis kedua ini memiliki bentuk yang meruncing di ujungnya seperti ikan melem, memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan kudi biasa yakni panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Kudi ini digunakan untuk membuat penyekat dan pagar rumah. Ketiga, kudi arit yang berguna untuk mencari kayu bakar, mengambil dedaunan yang tinggi serta mencari nira kelapa. Kudi arit memiliki panjang sekitar 35 cm dan lebar 11 cm.

Bentuk senjata tradisional Jawa Tengah ini jika kita amati akan mirip dengan postur dari salah satu tokoh pewayangan, yaitu Bawor. Tokoh pewayangan tersebut merupakan maskot dari Kabupaten Banyumas. Selain itu, bentuk kudi umumnya dianggap melambangkan sosok manusia, yaitu mulut (bagian ujung yang membengkok), perut (bagian yang mblenduk), serta  kaki (bagian gagang senjata).

Baca juga: 12 Suku di Pulau Jawa Serta Penjelasannya

Tombak Kyai Pleret

Tombak Kyai Pleret
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Tombak Kyai Plered adalah senjata tradisional Jawa tengah yang memiliki kaitan dengan sejarah Kerajaan Mataram, Kerajaan Demak, Kabupaten Pati, serta Kota Solo. Menurut cerita dari salah satu sumber, asal mula tombak tersebut tercipta dari alat vital Syekh Maulana Maghribi yang ditarik oleh seorang perempuan bernama Rasawulan.

Syekh Maulana Maghribi yang pada suatu waktu tengah melakukan pengelanaan di hutan, berhenti beristirahat di tepi sebuah danau yang tenang airnya. Di saat yang bersamaan, seorang  perempuan bernama Rasawulan sedang mandi di danau tersebut. Syekh lalu mengintipnya. Ajaibnya, si perempuan Rasawulan tiba-tiba merasakan getaran di dalam rahimnya yang membuat dirinya hamil. Rasawulan tak lama kemudian menyadari bahwa ada laki-laki yang mengintipnya mandi. Ia lalu marah besar dan menghampiri Sang Syekh, lantas Rasawulan melampiaskan kemarahannya dengan menarik alat kelamin dari Syekh Maulana Maghribi.

Anehnya, ketika alat kelamin dari Sang Syekh itu berada di genggaman tangan Rasawulan, tiba-tiba benda tersebut berubah menjadi sebilah tombak. Di kemudian hari, tombak itu diberi nama Tombak Kanjeng Kyai Pleret.

Berdasarkan sejarahnya, anak yang dikandung oleh si Perempuan Rasawulan kelak diberi nama Raden Kidang Telangkas di Tarub. Anak tersebut merupakan pengguna pertama dari tombak yang menjadi tombak pusaka secara turun temurun. Silsilah keturunannya yaitu sebagai berikut : Getas Pendowo, Ki Ageng Nis, Ki Ageng Pamanahan, Danang Sutawijaya, Sunan Sedo Krapyak, Sultan Agung, Sunan Seda Tegalarum, Prabu Amangkurat, dan terakhir Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Hingga saat ini, tombak Kyai Plered sebagai senjata tradisional Jawa Tengah masih menjadi pusaka nomor wahid di Keraton Yogyakarta. Tidak semua orang bisa menjamah benda pusaka ini kecuali Sultan dan para Pageran Sepuh.

Condroso

condroso
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Condroso adalah senjata tradisional Jawa Tengah yang juga ditemukan di berbagai daerah di Nusantara, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta. Senjata ini berbentuk seperti tusuk kondhe yang digunakan sebagai hiasan pada sanggul di busana pernikahan adat wanita Jawa.

Sejak zaman dahulu wanita Jawa memang sudah dikenal sebagai wanita yang mampu menjaga diri sendiri. Bahkan ketika kondisi yang mendesak di tengah pertempuran pun, para wanita di Jawa tetap mampu untuk melindungi dirinya sendiri. Yaitu dengan senjata condroso ini. Dengan bentuk yang berkamfulase pada rambut, mereka ternyata menyelipkan sebuah benda yang sangat tajam nan mematikan.

Dengan membawa senjata tajam yang diselipkan pada ikatan rambut mereka, para pejuang wanita pada zaman dahulu mampu mengelabui laki-laki yang lengah dan tergoda. Di samping itu, condroso ini juga digunakan terutama oleh para mata-mata ketika melakukan pekerjaan mereka.

Meskipun bentuk dari senjata tradisional Jawa Tengah ini tidak seperti senjata tajam pada umumnya, namun condroso tetap memiliki peran yang sangat besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda. Dengan ujung yang diasah menjadi sangat runcing, para pejuang wanita akan menggunakannya dengan cara menusukkan pada bagian vital dari tubuh musuh. Cara yang demikian adalah salah satu taktik membunuh musuh yang pada zamannya digunakan oleh banyak negara-negara di dunia.

Pada zaman sekarang, senjata condroso sudah tidak ditemukan lagi. Namun, kamu dapat membayangkannya melalui gambaran tusuk konde dengan ujung yang sangat runcing.

Wedhung

Wedhung Jawa Tengah
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Wedhung adalah sebuah senjata tradisional Jawa Tengah yang pada zaman dahulu lebih banyak digunakan oleh masyarakat biasa. Meskipun begitu, keberadaannya kurang populer jika dibandingkan keris. Senjata tradisional ini berbentuk seperti pisau dapur besar yang dilengkapi dengan penutup senjata. Penutup senjata tersebut pada umumnya ditambahkan hiasan berupa ukir-ukiran yang menambah nilai estetik dari wedhung. Penutup senjata tersebut bernama serangka.

Senjata tradisional Jawa Tengah ini terbuat dari bahan besi pada bilahnya. Bilah tersebut didesain memiliki satu mata bilah yang sangat tajam. Dengan begitu, senjata ini mampu menjadi senjata tikam yang mempunyai luka yang fatal. Di bagian gagangnya, digunakan bahan kayu jati sehingga membuat senjata wedhung nyaman ketika digenggam.

Pada zaman sekarang, sudah jarang sekali menemukan keberadaan senjata wedhung ini. Selain bentuknya yang unik dan bernilai seni, sejarah yang dimiliki oleh senjata tersebut juga menarik para kolektor baik dari dalam negeri maupun luar negeri tertarik mengoleksi wedhung sebagai pajangan maupun koleksi rumahan.

Baca juga: 6 Senjata Jawa Timur Serta Penjelasannya

Pemahaman Akhir

Senjata merupakan benda yang memberikan pertahanan diri bagi pemakainya, dan dalam lingkungan alam yang keras, rawan konflik, serta terjajah, senjata menjadi hal penting bagi masyarakat. Persaingan dalam bidang persenjataan adalah wajar dan mendorong masyarakat untuk berinovasi dalam menciptakan senjata khasnya masing-masing. Penciptaan senjata bertujuan menciptakan masyarakat yang aman dan mampu mempertahankan diri dari serangan kelompok lain. Penggunaan senjata telah ada sejak zaman prasejarah, dan melalui berbagai penggambaran di berbagai media, manusia telah menggunakan senjata sebagai alat vital dalam kehidupan berkelompok.

Senjata pada zaman dahulu bersifat tradisional dengan bahan baku alami, teknik pembuatan sederhana, dan desain simpel. Seiring perkembangan zaman, senjata beralih menjadi benda-benda pusaka, properti tata busana, dan lainnya. Meskipun begitu, masih ada kelompok masyarakat yang menggunakan senjata tradisional untuk berbagai keperluan.

Di Jawa Tengah, terdapat beberapa senjata tradisional yang masih hidup dan memiliki fungsi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

  • Keris: Senjata terkenal yang memiliki makna mendalam dalam sejarah kebudayaan Indonesia.
  • Thulup: Senjata berbentuk silinder dengan anak panah yang digunakan sebagai alat berburu.
  • Plintheng: Juga dikenal sebagai ketapel, senjata ini memiliki daya pegas untuk melontarkan peluru.
  • Kudi: Senjata serba bisa dari Banyumas, digunakan dalam berbagai pekerjaan dan kondisi.
  • Tombak Kyai Pleret: Tombak dengan cerita unik dan menjadi pusaka nomor wahid di Keraton Yogyakarta.
  • Condroso: Senjata berbentuk tusuk kondhe yang digunakan oleh pejuang wanita pada zaman dahulu.
  • Wedhung: Senjata yang mirip pisau dapur besar dengan penutup senjata bernama serangka.

Meskipun beberapa senjata tradisional ini kini telah menjadi bagian dari sejarah dan karya seni, peran dan nilai historisnya tetap dihargai dan menjadi bagian dari identitas budaya Jawa Tengah.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai jenis-jenis senjata tradisional Jawa Tengah yang wajib kamu ketahui. Semoga tulisan tersebut mampu menambah pengetahuan kamu mengenai luasnya budaya negeri ini ya! Sekian dan terima kasih.


Sumber :

https://media.neliti.com/media/publications/220891-makna-keris-dan-pengaruhnya-terhadap-mas. pdf

https://budaya-indonesia. org/

Artikel Terbaru

Avatar photo

Fajar Kurniawan

Halo. Saya adalah seorang mahasiswa Sastra Indonesia Unsoed yang menggemari budaya, sejarah, bahasa, dan sastra.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *