6 Senjata Tradisional Jawa Timur Serta Penjelasannya

Senjata tradisional merupakan salah satu produk dari kebudayaan yang pada zaman dahulu memiliki bermacam kegunaan dalam kehidupan manusia. Senjata tersebut pada umumnya tercipta karena manusia ingin melakukan pertahanan diri terhadap serangan kelompok lain. Selain itu, kerasnya alam yang mengharuskan manusia untuk bertahan hidup semakin mendesak manusia pada zaman dahulu untuk menghasilkan kreativitas dan inovasi.

Melalui kreativitas dan inovasi tersebut, lahirlah sistem persenjataan yang bersifat tradisional. Yakni jarak serang yang dekat, sederhana, serta menggunakan material yang mudah didapat dari alam sekitar.

Penggunaan senjata oleh manusia zaman dahulu ternyata membawa dampak bagi perubahan budaya yang bisa dirasakan hingga kini. Melalui berbagai dimensi waktu dan zaman, terdapat senjata tradisional yang mampu beradaptasi mengikuti kebutuhan manusia pada zamannya tanpa melupakan eksistensinya yang terdahulu. Proses tersebut menghasilkan sebuah pola “keluhuran” yang pada suatu waktu akan dapat dihormati dan dilestarikan oleh manusia pada kebudayaan yang bersangkutan.

Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang memiliki jumlah total kabupaten atau kota yang jumlahnya terbanyak di Indonesia. Di samping itu, Provinsi ini adalah provinsi yang memiliki wilayah terluas dibandingkan enam (6) provinsi lain yang terdapat di Pulau Jawa. Dengan luas wilayah seperti itu, lahirlah berbagai kebudayaan yang khas. Di antaranya yaitu kesenian, kuliner, hingga senjata tradisional yang digunakan masyarakatnya.

Untuk dapat mempertahankan wilayah yang luas, tentu terdapat peran senjata di dalamnya. Sehingga senjata tradisional dan peperangan adalah dua hal yang saling berhubungan. Oleh sebab itu, kita sebagai generasi penerus harus menghormati eksistensi senjata tradisional yang telah berjasa besar dalam berbagai perjuangan mempertahankan tanah air kita. Berikut adalah penjelasan yang disertai gambar mengenai jenis-jenis senjata tradisional Jawa Timur yang kedudukannya memiliki keluhuran di hati masyarakat. Simak terus, ya!

Clurit

Clurit
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Clurit adalah senjata tradisional Jawa Timur yang memiliki tiga kegunaan utama dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur. Pertama, alat untuk menyerang dan melakukan pertahanan diri ketika berperang. Kedua, perlengkapan dalam berkebun dan bertani. Dan ketiga, instrumen dalam upacara adat.

Bagi masyarakat Kabupaten Madura di Jawa Timur, senjata clurit ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka sampai sekarang. Masyarakat Madura biasanya menggunakan senjata clurit sebagai senjata bagi carok. Mereka merapalkan doa-doa untuk memanggil khodam sehingga clurit menjadi lebih sakti ketika digunakan.

Senjata tradisional clurit mempunyai bilah yang berbentuk melengkung. Bilah yang melengkung itulah yang menjadi ciri khas paling mudah untuk dikenali dari senjata ini. Panjang dari bilah clurit tersebut bervariasi. Satuan panjang clurit yakni 5 (paling kecil) dan 1 (paling besar).

Bahan yang digunakan yaitu kayu-kayuan seperti kayu kembang, kayu jati, kayu temoho, dan lain sebagainya. Untuk sarung pegangan tangannya menggunakan kulit kerbau agar menyerap keringat dan menghindari sabitan yang meleset. Sedangkan untuk bilah cluritnya, digunakanlah besi-besi premium sama jenisnya seperti besi yang digunakan untuk membuat rel kereta api.

Untuk mendapatkan kesakralan dalam proses penciptaannya, pengrajin clurit biasa melaksanakan puasa pada bulan Maulid setiap tahunnya. Setelah berpuasa, pengrajin akan melakukan ritual kecil di tempatnya bekerja. Selama proses pembuatan clurit berlangsung, diyakini bahwa jika ada orang lain yang mengganggu si pengrajin, maka orang tersebut akan mendapatkan kesialan bahkan penyakit.

Lama waktu yang diperlukan untuk membuat satu bilah keris yakni berkisar antara 2 hingga  4 minggu sebelum tercipta bentuk clurit yang diinginkan.

Baca juga: 7 Senjata Tradisional Bali

Caluk

Caluk
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Caluk adalah senjata tradisional Jawa Timur khususnya daerah Kabupaten Tuban. Senjata ini termasuk ke dalam salah satu senjata tradisional yang sangat unik karena memiliki kapak kecil yang berada di pangkal dekat dengan tangan. Dengan panjang sekitar setengah meter, caluk adalah senjata yang nyaman untuk dipakai.

Bagian pendek dari senjata caluk digunakan untuk memotong. Sedangkan bagian yang lebih panjang biasanya difungsikan untuk menggapai buah-buah siap panen yang terlalu tinggi di atas pepohonan.

Selanjutnya, bahan untuk membuat caluk ini ternyata sangat mudah untuk ditemukan. Yaitu berupa besi-besi stainless atau bekas leburan rel kereta api. Besi tersebut melalui proses penempaan yang cukup lama hingga tercipta senjata caluk yang kokoh namun tetap ringan ketika digunakan. Gagangnya terbuat dari kayu sehingga nyaman ketika digenggam.

Secara kegunaan, caluk adalah alat yang pada zaman dahulu digunakan untuk berperang. Bahkan pada peristiwa agresi militer Belanda kedua, masyarakat Tuban menggunakan senjata tradisional Jawa timur ini untuk melakukan perlawanan.

Di Jawa Timur sendiri, ada sebuah daerah yang sangat terkenal akan keterampilannya dalam pembuatan caluk. Daerah tersebut berlokasi di Kecamatan Rengel, Tuban, Jawa Timur. Konon katanya, bermula dari sinilah lahir caluk yang sakti mandraguna bernama Caluk Trantang. Nama tersebut diambil dari nama pembuatnya, yaitu Ki Trantang.

Pada zaman sekarang, senjata caluk sudah menjadi barang langka yang sulit ditemukan keberadaannya. Oleh sebab itu, senjata ini hanya dijadikan koleksi benda-benda pusaka oleh para kolektor.

Buding 

Buding
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Buding adalah senjata tradisional Jawa Timur, tepatnya daerah Banyuwangi. Senjata ini tidak terlalu populer di masyarakat, sehingga agak terasa asing di telinga banyak orang. Buding ini bisa ditemukan di daerah pemukiman dari Suku Osing di Banyuwangi.

Suku Osing menggunakan senjata ini untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari, seperti membelah bambu, memotong kayu, dan sebagainya. Namun, jika mereka merasa terancam maka senjata buding ini bisa digunakan sebagai alat untuk membela diri. Ancaman tersebut dapat berasal dari serangan musuh maupun terkaman binatang buas di hutan.

Senjata tradisional Jawa Timur ini memiliki panjang total 57 cm. Jika bagian gagangnya saja, 18 cm. Panjang sarung 29 cm. Serta panjang ornamen pada sarung sepanjang 10 cm.

Secara bentukannya, senjata buding bisa dibilang sangat memiliki kemiripan dengan pisau dapur atau golok modern. Senjata ini juga memiliki sarung seperti yang terdapat pada pedang. Sarung tersebut berguna untuk melindungi bagian yang tajam agar tidak cepat rusak dan berkarat. Sarung tersebut terbuat dari kayu dan memiliki ornamen seperti kepala naga, ular, bunga, dan sebagainya.

Mari kita populerkan senjata buding ini agar kita bisa turut berpartisipasi dalam menjaga warisan leluhur!

Baca juga: 7 Senjata Tradisional Papua

Kudi

kudi
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Kudi adalah senjata tradisional Jawa Timur yang memiliki seribu kegunaan. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat di Jawa Timur menyebutnya dengan istilah “Gaman”. Julukan Gaman tersebut berarti senjata yang serba bisa. Sifat serba bisa tersebut sangat relevan dengan kebutuhan pekerjaan masyarakat di pedesaan yang berangkat dari sektor pertanian dan perkebunan.

Dengan menggunakan kudi, semua pekerjaan masyarakat yang terbilang masih sederhana bisa terselesaikan. Pekerjaan tersebut antara lain menebang pohon pisang, memisahkan kulit kayu, memotong kayu bakar menjadi kecil-kecil, dan sebagainya. Dengan begitu, kudi juga telah memberikan kehidupan bagi masyarakat dengan sifatnya yang serba bisa.

Panjang dari kudi ini berkisar antara 35 cm dari gagang hingga ujung tajamnya. Lebarnya yakni 10 cm, sehingga tergolong ringan ketika melakukan pekerjaan berat sekalipun. Oleh sebab itu, senjata kudi ini dirasa sangat membantu pekerjaan manusia.

Senjata tradisional Jawa Timur ini memiliki desain berupa pisau yang ditambah dengan setengah lingkaran. Desain tersebut membuat daya potong menjadi semakin besar. Dengan daya potong yang besar ditambah material besi yang padat, membuat kudi ini bisa memotong benda apa saja.

Pada zaman dahulu, senjata kudi digunakan untuk melakukan pertempuran sebagai senjata jarak dekat untuk menebas musuh yang berada di jalurnya.

Hingga kini, masyarakat Jawa Timur masih menggunakan kudi sebagai peralatan wajib ketika melakukan aktivitas pertanian.

Keris

Keris
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Keris adalah senjata tradisional Jawa Timur yang memiliki ujung yang runcing serta kedua sisi senjata yang tajam. Dengan bentuk dan ketajaman seperti itu, keris termasuk ke dalam jenis senjata tikam.

Kegunaannya yang utama yaitu untuk menyerang, berburu, serta mempertahankan diri. Oleh karena itu, bentuknya diciptakan kecil sehingga fleksibel untuk dibawa kemana-mana. Ketika dibawa, keris lebih dominan untuk diselipkan di bagian depan agak ke samping dari perut.

Hingga saat ini, tidak ada orang yang tahu mengenai sumber pasti awal mula kapan munculnya senjata ini.

Senjata keris ini memang tidak hanya ditemukan di Jawa Timur saja, melainkan juga terdapat di Jawa Tengah dan Madura khususnya. Sentra kerajinan keris juga telah banyak tersebar ke berbagai wilayah di Pulau Jawa sejak abad ke-19. Meskipun sudah bertahan sejak lama, kualitas yang dihasilkan oleh para pengrajin keris di zaman sekarang tidaklah kalah jika dibandingkan dengan keris buatan zaman dahulu.

Dalam proses pembuatan senjata tradisional ini ada serangkaian ritual yang harus dipenuhi oleh si pengrajin. Persiapannya yakni memilih di antara hari Jumat pon, Sabtu wage, atau Minggu kliwon. Selain itu, proses pembuatan keris juga membutuhkan sesaji.

Di era modern seperti sekarang, senjata tradisional Jawa Timur ini telah berubah fungsinya. Yaitu menjadi properti ketika terdapat acara pernikahan. Keris buatan masyarakat Jawa juga sangat diminati oleh orang-orang dari berbagai penjuru dunia sebagai bahan antik untuk dikoleksi.

Bionet

bionet
Sumber : pdbifiles.nos.jkt-1.neo.id

Bionet adalah senjata tradisional Jawa Timur yang digunakan untuk keperluan perang. Pada zaman dahulu, bionet adalah senjata kecil yang dipersiapkan jika terjadi pertempuran jarak dekat.

Bentuk dari senjata bionet ini yakni kecil, ramping, dan lurus. Ujungnya dibuat runcing untuk tujuan melancarkan aksi penyerangan. Keruncingan ujung senjata dibalut dengan sarung agar tidak mencelakai si pengguna.

Di era sekarang, bionet tidaklah lagi digunakan sebagai senjata dalam pertempuran. Bionet lebih diperuntukkan sebagai koleksi dan pajangan.

Desain bionet yang dibuat melengkung pada bagian gagangnya bertujuan untuk menghabisi musuh dalam satu serangan kejutan yang menimbulkan efek kritis. Oleh sebab itu, penggunaan senjata bionet ini tidaklah cocok apabila digunakan dalam pertempuran terbuka karena pola serangannya akan mudah terbaca.

Pemahaman Akhir

Senjata tradisional merupakan bagian dari kebudayaan masa lalu yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Senjata tersebut bermacam-macam dan digunakan untuk pertahanan diri serta untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah kerasnya alam. Kreativitas dan inovasi manusia pada masa lalu menciptakan sistem persenjataan tradisional yang sederhana dan mudah didapat dari alam sekitar.

Penggunaan senjata tradisional pada masa lalu membawa dampak pada perubahan budaya yang masih dirasakan hingga saat ini. Jenis-jenis senjata tradisional Jawa Timur, seperti clurit, caluk, buding, kudi, dan keris, memiliki nilai sejarah dan kegunaan yang berbeda-beda dalam kehidupan masyarakat. Senjata-senjata tersebut juga mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang ada di Jawa Timur.

Clurit adalah senjata serba guna yang digunakan untuk pertahanan, kebun, dan upacara adat di Madura. Caluk, khususnya di Tuban, memiliki kapak kecil di pangkalnya yang unik. Buding di Banyuwangi digunakan untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari dan juga sebagai alat bela diri. Kudi memiliki seribu kegunaan bagi masyarakat pedesaan di Jawa Timur. Sedangkan keris, senjata tikam, menjadi simbol keberanian dan keindahan seni ukir tradisional.

Meskipun di era modern senjata-senjata ini sudah tidak digunakan lagi dalam pertempuran, namun mereka masih dihargai dan dijaga keberadaannya sebagai bagian dari warisan budaya. Senjata tradisional Jawa Timur ini bukan hanya koleksi, tetapi juga menjadi simbol identitas dan nilai-nilai leluhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus, kita perlu menghormati eksistensi senjata tradisional ini dan turut melestarikannya sebagai bagian dari kebudayaan kita.

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai keluhuran senjata tradisional Jawa Timur. Setelah membacanya pasti kamu bisa lebih menghargai warisan para leluhur sekecil apapun peninggalan mereka, ya!

Baca juga: 18 Alat Musik Jawa Timur

Jangan pernah minder tentang budaya negeri kita sendiri, karena sesungguhnya kita mempunyai lebih banyak keanekaragaman dibandingkan negeri-negeri asing di luar sana. Semoga pengetahuan yang dibagikan ini bisa bermanfaat dalam membantu kamu belajar tentang kebudayaan. Sekian dan Terima kasih.


Sumber:

http://repository.dinamika.ac.id/

https://www.timesindonesia.co.id/

Artikel Terbaru

Avatar photo

Fajar Kurniawan

Halo. Saya adalah seorang mahasiswa Sastra Indonesia Unsoed yang menggemari budaya, sejarah, bahasa, dan sastra.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *