Yuk Ketahui 12 Suku di Pulau Jawa Serta Penjelasannya

Pulau Jawa adalah pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia. Meskipun, pulau ini bukanlah pulau terbesar, namun penduduknya paling banyak. Bahkan, beberapa tahun silam pemerintah mengadakan program transmigrasi untuk pemerataan penduduk. Sehingga sebagian penduduk di Pulau Jawa dipindahkan ke luar Pulau Jawa.

Inilah yang membuat di luar Jawa ada yang keturunan Suku Jawa. Meski begitu, suku di Pulau Jawa sendiri tidak hanya ada satu. Karena Jawa terbagi dalam beberapa provinsi yaitu Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menyebabkan Jawa memiliki berbagai suku.

Suku Betawi

Suku Betawi
Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Suku Betawi adalah suku yang banyak mendiami Jakarta, Bogor, dan sekitarnya. Suku Betawi merupakan keturunan penduduk yang pada masa kolonial dulu bermukim di Batavia sejak abad ke-17. Kelompok etnis ini merupakan perpaduan dari etnis lain yang dulu tinggal di Jakarta. Diantaranya Melayu, Jawa, Bali, Sunda, Bugis, Ambon, Makassar, Arab, Tionghoa, dan India.

Bahasa yang digunakan Suku Betawi sehari – hari adalah bahasa Indonesia dengan penuturan dialek Betawi. Contoh paling jelas adalah pengucapan setiap kata yang diakhiri dengan huruf “e”, sementara Betawi pingir bernada “a” keras seperti huruf ain dalam membaca tulisan Arab.

Suku Betawi memiliki kesenian khas Gambang Kromong, yang merupakan serapan dari seni musik Tionghoa. Namun, dikolaborasikan dengan rebana pada tradisi Arab, orkes Samrah dari Melayu, Keroncong Tugu dari Portugis – Arab, dan Tanjidor dengan latar belakang Belanda. Kesenian lain yang khas adalah Lenong.

Senjata tradisional milik Suku Betawi adalah golok atau bendo bersarung kayu. Rumah tradisionalnya disebut rumah kebaya dan juga rumah panggung Betawi.

Suku Sunda

Suku Sunda
Sumber: lifestyle.okezone.com

Suku Sunda sering juga menyebut diri mereka Urang Sunda. Yang mana berasal dari Tatar Pasundan, wilayahnya mencakup Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan wilayah barat Jawa Tengah. Domilisi mayoritas Suku Sunda adalah di Provinsi Banten dan Jawa Barat.

Sebagian besar Suku Sunda menganut agama Islam. Sebagian sisanya beragama lain, seperti Kristen, dan Sunda Wiwitan.

Budaya yang dimiliki Suku Sunda diantaranya bahasa, dimana dalam keseharian menggunakan Bahasa Sunda. Seni tari yang paling terkenal dari Suku Sunda adalah tari jaipongan. Ada juga tari lain diantaranya tari topeng dan tari merak. Kesenian Wayang Golek juga menjadi kesenian kebanggan Suku Sunda. Dimana biasanya dipentaskan dengan musik degung lengkap dengan sindennya.

Suku Sunda sendiri memiliki makanan khas berupa sayur lodeh, sayur asem, pepes, tutug oncom, dan lalaban. Yang mana makanan ini bisa dijumpai di rumah makan atau warung – warung makan. Dan orang Sunda terkenal menyukai sayur – sayuran serta lalaban. Yuk ketahui juga alat musik tradisional Sunda.

Suku Jawa

Suku Jawa
Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Suku Jawa adalah suku terbesar yang ada di Indonesia, tercatat sedikitnya 40,22% penduduk Indonesia adalah Suku Jawa.

Suku Jawa juga tersebar di sebagian besar daerah – daerah di Indonesia. Sebagai hasil dari transmigrasi yang dulu menjadi program pemerintah. Bahkan di luar negeri, ada juga Suku Jawa yang berdomisili. Seperti di Suriname dan Oseania, Amerika Selatan, dan Kaledonia Baru. Hal ini terjadi karena pada masa kolonial Belanda, Suku Jawa dibawa untuk menjadi pekerja.

Suku Jawa juga sering dikenal sebagai Wong Jawa atau Tiyang Jawi. Dimana, mayoritas suku ini memeluk agama Islam, beberapa menganut Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan Kejawen. Meski menganut agama Islam maupun Kristen, Suku Jawa dipengaruhi juga oleh budaya Kejawen dan Hindu Budha.

Hal ini terlihat dari tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini. Meski tidak menghapus jati diri mereka sebagai pemeluk agama lain. Untuk bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa. Yang mana sebagian ada yang menggunakan Bahasa Jawa campur Bahasa Indonesia. Jawa pun dibedakan lagi menjadi Jawa Ngoko, Ngoko Alus, Krama, Krama Alus, hingga Bahasa Keraton.

Budaya Jawa dibagi menjadi tiga, yaitu budaya Jawa Tengah – DIY, Banyumasan, dan budaya Jawa Timur. Dimana, budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan yang dibalut dalam perwujudan perilaku sehari – hari.

Seni yang berkembang di Suku Jawa tidak bisa lepas dari pengaruh ajaran Hindu – Budha. Seperti halnya Wayang, dengan lakon berdasarkan cerita Ramayana dan Mahabharata. Selain itu, seni lain yang juga mendunia adalah batik, keris, serta musik gamelan. Baju adat Suku Jawa adalah Baju Beskap bagi laki – laki dan Kebaya bagi perempuan. Yuk ketahui juga alat musik tradisioal Jawa Tengah dan alat musik tradisioal Jawa Timur.

Suku Samin

Suku Samin
Sumber: bisniswisata.co.id

Suku Samin lebih sering disebut sebagai Wong Sikep. Masyarakat Wong Sikep ini merupakan pengikut ajaran Samin Surosentiko, dimana ajaran utamanya adalah “sedulur sikep”. Dimana maksudnya adalah mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan.

Diantaranya seperti menolak membayar pajak, menolak peraturan dari kolonial Belanda maupun Jepang. Yang mana sikap ini dinilai menjengkelkan bagi pemerintah kolonial. Hingga saat ini pun, Suku Samin tetap menjunjung tinggi ajaran tersebut.

Suku Samin dulunya mengisolasi diri, hingga pada tahun 70-an mereka baru mengetahui jika Indonesia telah merdeka. Persebaran suku ini berada di kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur. Jumlahnya pun tidak banyak, dan sebagian besar bermukim di kawasan pegunungan Kendeng.

Suku Samin percaya bahwa agama adalah pegangan hidup. Bagi mereka, kitab suci yang mereka anut adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri dari beberapa buku. Ajarannya ditulis dalam bentuk puisi atau tembang Jawa.

Tidak seperti Suku Jawa yang memiliki bahasa Jawa dengan tingkatan tertentu. Suku Samin menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari – hari, namun hanya ada satu jenis yaitu Bahasa Jawa Ngoko.

Pakaian yang dikenakan adalah baju lengan panjang berwarna hitam. Untuk laki – laki mengenakan ikat kepala. Sementara untuk perempuan mengenakan kebaya lengan panjang, dengan bawahan kain di bawah lutut di atas mata kaki.

Suku Arab-Indonesia

Suku Arab Indonesia
Sumber: voa-islam.com

Suku Arab-Indonesia adalah penduduk Indonesia yang memiliki darah Arab dan Pribumi Indonesia. Umumnya, masyarakat suku ini tinggal dan menetap di perkampungan Arab. Seperti Kampung Kauman yang ada di Kota Semarang, dimana sebagian besar masyarakat adalah keturunan Arab Indonesia.

Dalam budaya, suku ini membawa kesusastraan berupa hikayat, babad, syair, serta kasidah. Dimana di dalamnya mengandung unsur – unsur dan karya sastra yang bernuansa Islami. Dengan latar belakang dongeng di negara Timur Tengah, serta dongen Seribu Satu Malam.

Seni musik dari Suku Arab-Indonesia diantaranya gambus, zapin, dangdut, marawis, dan kasidah. Yang mana sudah menjadi musik rakyat yang kerap kali dipertunjukkan di acara peringatan besar tokoh agama Islam.

Untuk pakaian adatnya, Suku Arab – Indonesia memakai gamis. Yaitu busana berupa baju kuruang dari atas ke bawah, lengan panjang, seperti jubah. Ini biasa dikenakan oleh laki – laki maupun perempuan. Serta baju kaftan dan tunik untuk perempuan. Gamis untuk laki – laki terkadang juga dipadukan dengan sarung atau celana pantalon di bagian dalamnya.

Suku Bawean

Suku Bawean
Sumber: netralnews.co.id

Suku Bawean adalah suku yang terbentuk karena percampuran antara keturunan Bugis, Makassar, Banjar, Madura, dan Jawa. Suku ini juga dikenal dengan sebutan Boyan atau Babian. Masyarakat Suku Bawean ini menempati Pulau Bawean, yang terletak 80 mil ke arah utara Surabaya, dan masuk Kabupaten Gresik.

Suku Bawean memiliki budaya – budaya yang terus dilestarikan hingga sekarang. Diantaranya kercengan, yaitu pertunjukan yang sering dipentaskan di acara pernikahan. Penari kercengan akan berbaris atau atau dua baris, memainkan kompang, dan penyanyi duduk di belakang.

Ada juga budaya Cukur Jambul, dimana bayi yang sudah berusia 40 hari akan dicukur. engan bacaan berzanji dan kompang yang ditabuh sambil mencukur kepala sang bayi. Kemudian ada Pencak Bawean, yang biasa ditampilkan pada 17 Agustus atau upacara pernikahan. Yaitu dengan tari permainan pedang.

Lalu ada juga Dikker, yang merupakan alunan pujian dan sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disertai dengan permainan terbangan. Dan Mandiling, yaitu budaya tarian dengan pantun.

Suku Tengger

Suku Tengger
Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Suku Tengger menyebut dirinya juga Wong Tengger atau Wong Brama. Suku ini mendiami dataran tinggi pegununan Bromo – Tengger – Semeru, Jawa Timur. Di wilayah lain, suku ini juga menempati Kabupaten Malang, Probolinggo, Lumajang, dan Pasuruan.

Suku Tengger adalah orang yang taat dalam ajaran agama, yaitu agama Hindu. Dimana, diyakini bahwa masyarakat suku ini adalah keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit. Nama “Tengger” sendiri diambil dari legenda Rara Anteng dan Jaka Seger. Dimana kata “Teng” diambil dari nama Rara Anteng, dan “Ger” diambil dari nama Jaka Seger.

Meskipun menganut ajaran agama Hindu, Wong Tengger tidak menerapkan sistem kasta. Karena, mereka merasa bahwa satu suku semua adalah bersaudara.

Budaya yang begitu kental dan masih dilakukan secara turun temurun adalah Upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini dilakukan di sebuah pura di bawah kaki Gunung Bromo. Bagi Suku Tengger, Gunung Bromo adalah gunung suci.

Upacara ini dilakukan pada tanggal 14 atau 15 bulan kasodo atau kesepuluh dalam penanggalan Jawa. Dimana, upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari.

Suku Osing

Suku Osing
Sumber: liputan6.com

Suku Osing juga dikenal sebagai Lare Osing atau Wong Blambangan. Suku ini mendiami beberapa wilayah di Kabupaten Banyuwangi. Bahasa yang digunakan oleh Suku Osing adalah Bahasa Osing, yang merupakan pengaruh Bahasa Bali dan Jawa Kuno.

Lare Osing dulunya menganut agama Hindu Budha sebagai pengaruh dari Kerjaan Majapahit. Namun, setelah datangnya agama Islam, beberapa penduduk beralih memeluk agama Islam. Kini, mayoritas Suku Osing memeluk agama Islam, dan minoritas memeluk agama Hindu.

Seperti Suku Bali dan Suku Tengger, seni dan budaya Suku Osing kental akan unsur mistik. Seperti Gandrung Banyuwangi, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan, Patrol, Janger, Jaranan, Kendang Kempul, Angklung Caruk, Jedor, dan Jaran Kincak Selain itu, ada juga seni yang sifatnya menghibur tanpa unsur mistik, seperti tembang dolanan untuk anak – anak.

Suku Madura

Suku Madura
Sumber: lontarmadura.com

Suku Madura adalah masyarakat yang berasal dari Pulau Madura dan pulau – pulau di sekitarnya. Suku Madura dikenal memiliki intonasi bicara yang keras dan terdengar kasar bagi orang luas Suku Madura. Namun sebenarnya tidak demikian, Suku Madura sendiri memiliki sifat disiplin, rajin bekerja, dan hemat.

Tradisi yang berkembang di suku ini bernuansa Islam, meskipun terkadang masih melakukan praktik larung sesaji yang disebut dengan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse. Uniknya lagi, Suku Madura selalu menyisihkan uang pendapatan mereka untuk tabungan haji. Tidak peduli orang kaya maupun miskin, hampir semua melakukan hal demikian.

Suku Badui

Suku Badui
Sumber: idntimes.com

Suku Badui dikenal juga dengan Urang Kanekes, merupakan salah satu suku yang berdomisili di Banten, tepatnya Kabupaten Lebak.

Mereka tidak menggunakan teknologi modern meski kini teknologi sudah menjadi bagian dalam kehidupan. Bahkan, mereka juga memiliki keyakinan yang tabu jika mendokumentasikan sesuatu, khususnya bagi Suku Badui dalam.

Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari adalah Bahasa Sunda. Namun, ketika mereka berkomunikasi dengan penduduk luar Suku Badui, mereka akan menggunakan Bahasa Indonesia.

Karena tertutup dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman, Suku Baduy tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Padahal, sejak era Soeharto pemerintah telah berusaha membujuk supaya dibangun sekolah untuk Suku Badui, tapi mereka justru menolak.

Hingga kini, Suku Badui tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah formal. Bagi mereka, pendidikan formal berlawanan dengan adat istiadat. Kepercayaan, cerita nenek moyang, hanya diturunkan lewat lisan secara turun temurun tanpa ada bukti tertulis.

Suku Banten

Suku Banten
Sumber: biem.co

Suku Banten adalah masyarakat yang mendiami daerah kekuasaan Kesultanan Banten. Populasi Suku Banten di Indonesia berdasarkan sensus penduduk adalah 4.657.000 jiwa, atau sekitar 2,1% jumlah penduduk Indonesia.

Bahasa sehari – hari yang digunakan oleh Suku Banten adalah Bahasa Banten, yaitu dialek Sunda yang lebih dekat pada Bahasa Sunda kasar.

Kesenian yang dimiliki oleh Suku Banten terkenal cukup mengerikan, seperti Debus. Dimana, aksi kesenian ini menampilkan para penampil untuk melakukan adegan ekstrim. Seperti memakan bara api, ditusuk, hingga diiris dengan parang. Meski begitu, para penampil kesenian ini tidak kesakitan.

Kesenian lain yang menjadi ciri khas Suku Banten adalah Rudad, Umbruk, Pencak Silat, Tari Topeng, Dzikir Saman, Angklung Gubrag, Dog – dog, Rampak Bedug, dan lainnya. Selain itu, untuk peninggalan warisan leluhur yang begitu terkenal adalah Masjid Agung Banten dan Makam Keramat Panjang.

Meski menampilkan kesenian yang cukup mengerikan, namun mayoritas masyarakat Suku Banten memeluk agama Islam. Yang mana tidak lepas dari budaya keislaman yang begitu kental, karena Banten menjadi salah satu lokasi Kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa.

Suku Cirebon

Suku Cirebon
Sumber: pegipegi.com

Suku Cirebon bermukim di Kabupaten dan Kota Cirebon, dan beberapa daerah di sekitar Cirebon. Masyarakatnya merupakan pemeluk agama Islam sebagai agama yang dianut mayoritas. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari – hari adalah Bahasa Cirebon. Yang merupakan gabungan dari Bahasa Jawa, Sunda, Arab, dan China. Mereka juga menggunakan Bahasa Sunda Cirebon, yang merupakan dialek khas Cirebon.

Tradisi yang masih berkembang hingga saat ini oleh Suku Cirebon adalah Bubur Sura dan Panjang Jimat. Bubur Sura adalah tradisi yang dilakukan di awal tahun baru Islam pada bulan Muharram dalam sistem penanggalan Cirebon. Sementara Panjang Jimat adalah tradisi merawat pusaka – pusaka peninggalan nenek moyang.

Baca juga: Suku di Pulau Sumatera

Pemahaman Akhir

Pulau Jawa memiliki keragaman suku yang kaya dan beragam. Meskipun penduduknya terpadat di Indonesia, pulau ini menyimpan berbagai kelompok etnis yang memiliki budaya, bahasa, dan tradisi yang unik. Beberapa suku yang mendiami Pulau Jawa antara lain Suku Betawi, Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Samin, Suku Arab-Indonesia, Suku Bawean, Suku Tengger, Suku Osing, Suku Madura, Suku Badui, Suku Banten, dan Suku Cirebon.

Setiap suku memiliki ciri khas budaya dan adat istiadat yang membedakannya. Bahasa yang digunakan juga bervariasi, seperti Bahasa Betawi, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Osing, Bahasa Madura, dan Bahasa Banten. Agama yang dianut juga beragam, mulai dari Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu, hingga Kejawen.

Kesenian dan seni tradisional juga menjadi bagian penting dari kebudayaan suku-suku di Pulau Jawa. Setiap suku memiliki tarian, musik, dan seni yang khas, seperti Gambang Kromong dan Lenong dari Suku Betawi, tari jaipongan dan wayang golek dari Suku Sunda, wayang dan gamelan dari Suku Jawa, serta banyak lagi. Makanan khas juga menjadi identitas suku-suku tersebut, seperti sayur lodeh dan pepes dari Suku Sunda, serta berbagai hidangan tradisional lainnya.

Dengan keberagaman suku dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Pulau Jawa, Indonesia menjadi semakin kaya dan unik. Kelestarian dan pemahaman akan budaya-budaya ini sangat penting untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang dan menjaga keberagaman Indonesia.

Itulah suku – suku yang ada di Pulau Jawa beserta pulau di sekitarnya.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Ratih

Penggemar teh yang suka nulis dan jalan - jalan.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *