Psikologi Perkembangan: Manusia dan Tahapan Perkembangan

Hallo readers tambah pinter! Artikel kali ini akan membahas mengenai perkembangan manusia dari aspek fisik, kognitif, psikososial, psikoseksual, hingga moral yang berperan penting dalam perkembangan anak.

Wah, seru banget nih ya, karena pembahasan kali ini akan lebih mendetail ke dalam kehidupan sehari-hari mengenai perkembangan manusia. Readers juga bisa sekalian melihat readers ada dalam tahapan perkembangan yang mana. Yuk, kita baca artikelnya  bareng-bareng!

Tahapan Perkembangan Manusia Secara Umum

Tahap Perkembangan Manusia Secara Umum
Sumber : PublicDomainPictures dari Pixabay

Perkembangan manusia merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup atau konsep ini biasa dikenal dengan life-span development (perkembangan rentang kehidupan). Psikologi perkembangan berperan untuk membantu manusia dalam memahami perkembangan manusia dari mulai menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, hingga menangani tahapan perkembangan jika terdapat masalah dalam perkembangan tersebut.

Papalia, Feldman, dan Martorell (2014) menjelaskan bahwa terdapat delapan periode perkembangan manusia yang secara umum telah diterima oleh masyarakat industrial di Barat. Berikut ini adalah delapan periode perkembangan manusia yang mencakup perkembangan fisik, kognitif, serta psikososial :

Baca juga: Mengenal Teori Perkembangan Manusia

Periode Pranatal (Pembuahan-Kelahiran)

A. Perkembangan fisik :

  • Kehamilan terjadi melalui pembuatan normal atau arti lain.
  • Gen berinteraksi dengan lingkungan yang memengaruhi dari awal.
  • Struktur tubuh dasar dan bentuk organ serta pertumbuhan otak mulai berkembang dengan cepat.
  • Pertumbuhan fisik adalah hal yang paling cepat dalam rentang kehidupan.
  • Kerentanan terhadap lingkungan memiliki pengaruh yang besar.

B. Perkembangan kognitif :

  • Berkembangnya kemampuan untuk belajar dan mengingat serta untuk merespons stimulus sensori.

C. Perkembangan psikososial :

  • Fetus merespons suara ibu dan mengembangkan keinginan terhadap hal tersebut.

Periode Bayi dan Batita (Lahir-3 tahun)

A. Perkembangan fisik :

  • Semua indra dan sistem tubuh beroperasi saat kelahiran untuk berbagai tingkatan.
  • Otak tumbuh dalam kompleksitas dan sangat sensitif terhadap lingkungan yang memengaruhi.
  • Pertumbuhan fisik dan perkembangan keterampilan motorik sangat cepat.

B. Perkembangan kognitif :

  • Kemampuan belajar dan mengingat telah muncul, bahkan pada waktu diminggu-minggu awal.
  • Berkembangnya kemampuan untuk menggunakan simbol serta untuk memecahkan masalah pada akhir tahun kedua.
  • Kemampuan komprehensif serta penggunaan bahasa berkembang dengan cepat.

C. Perkembangan psikososial :

  • Bentuk kelekatan dengan orang tua dan orang lain.
  • Berkembangnya kesadaran diri.
  • Terjadinya perpindahan tergantung dengan orang lain menjadi otonom.
  • Ketertarikan pada anak lain meningkat.

Periode Awal Masa Anak (3-6 tahun)

A. Perkembangan fisik :

  • Pertumbuhan fisik menetap, penampilan lebih langsing, proporsi lebih matang.
  • Nafsu makan berkurang dan masalah tidur merupakan hal yang biasa.
  • Muncul dominasi penggunaan tangan kanan atau kiri.
  • Keterampilan motorik halus dan kasar meningkat.

B. Perkembangan kognitif :

  • Pemikiran terkadang egosentris, namun tumbuh pemahaman terhadap perspektif orang lain.
  • Kognitif yang belum matang, sehingga menghasilkan ide-ide yang tidak masuk akal mengenai dunia.
  • Kemampuan memori serta bahasa meningkat, sehingga intelegensi menjadi dapat diperkirakan.
  • Adanya pengalaman prasekolah dan TK.

C. Perkembangan psikososial :

  • Konsep diri dan pemahaman mengenai emosi menjadi lebih kompleks, harga diri bersifat global.
  • Kemandirian, inisiatif, dan kontrol diri meningkat.
  • Identitas gender mulai terbentuk.
  • Bermain lebih imajinatif, lebih elaboratif, dan biasanya lebih sosial.
  • Alturisme, agresi, dan merasakan respons takut adalah hal yang umum.
  • Keluarga masih merupakan pusat dari kehidupan sosial, tapi keberadaan anak lain menjadi penting.

Periode Pertengahan Masa Anak (6-11 tahun)

Periode Pertengahan Masa Anak
Sumber : bottomlayercz0 dari Pixabay

A. Perkembangan fisik :

  • Pertumbuhan fisik melambat.
  • Kekuatan dan keterampilan atletik meningkat.
  • Sakit pernapasan merupakan hal yang biasa, tetapi secara umum kesehatan lebih baik dibandingkan periode perkembangan sebelumnya.

B. Perkembangan kognitif :

  • Sifat egosentris berkurang.
  • Anak mulai berpikir logis tapi konkret.
  • Kemampuan memori dan berbahasa meningkat.
  • Pencapaian kognitif mengizinkan anak-anak mendapatkan manfaat dari sekolah formal.
  • Beberapa anak menunjukan kebutuhan pendidikan khusus.

C. Perkembangan psikososial :

  • Konsep diri menjadi lebih kompleks, berdampak pada harga diri.
  • Terjadinya peralihan kontrol dari orang tua ke anak.
  • Teman sebaya dianggap penting.

Periode Remaja (11-20 tahun)

A. Perkembangan fisik :

  • Pertumbuhan fisik dan lainnya berubah dengan cepat dan mendalam.
  • Terjadinya kematangan reproduksi.
  • Risiko kesehatan utama muncul dari isu-isu perilaku, gangguan makan, serta penggunaan narkoba.

B. Perkembangan kognitif :

  • Kemampuan berpikir abstrak dan penggunaan penalaran ilmiah berkembang.
  • Pemikiran yang belum matang bertahan di beberapa sikap dan perilaku.
  • Fokus pendidikan pada persiapan memasuki pendidikan tinggi atau dunia kerja.

C. Perkembangan psikososial :

  • Pencarian identitas, termasuk indentitas seksual menjadi penting.
  • Hubungan dengan orang tua secara umum baik.
  • Kelompok sebaya mungkin memaksakan pengaruh positif maupun negatif.

Baca juga: Mengenal Psikologi Pendidikan

Periode Peralihan dan Dewasa Muda (20-40 tahun)

A. Perkembangan fisik :

  • Kondisi fisik berada di puncak, kemudian menurun perlahan.
  • Pilihan gaya hidup memengaruhi kesehatan.

B. Perkembangan kognitif :

  • Pemikiran dan pertimbangan moral menjadi lebih kompleks.
  • Pilihan pendidikan dan pekerjaan dibuat, terkadang setelah melalui periode eksplorasi.

C. Perkembangan psikososial :

  • Sifat kepribadian dan gaya menjadi relatif stabil, tetapi perubahan kepribadian mungkin dipengaruhi oleh tahap dan kejadian dalam kehidupan.
  • Hubungan intim dan gaya hidup pribadi terbentuk, tetapi mungkin tidak untuk selamanya.
  • Hampir semua orang menikah dan menjadi orang tua.

Periode Pertengan Masa Dewasa / Paruh Baya (40-65 tahun)

A. Perkembangan fisik :

  • Terjadi penurunan secara perlahan pada kemampuan sensoris, kesehatan, stamina, dan kekuatan mungkin telah dimulai, namun perbedaan individu sangatlah luas.
  • Perempuan mengalami menopause.

B. Perkembangan kognitif :

  • Kemampuan mental telah mencapai puncaknya, memiliki banyak pengalaman untuk menyelesaikan masalah secara praktis.
  • Kuantitas hasil kreativitas menurun, tetapi meningkat pada aspek kualitas.
  • Beberapa orang sukses dalam karir dan berada di puncak kekuasaan, bagi yang lain burnout atau terjadi perubahan karir.

C. Perkembangan psikososial :

  • Kesadaran akan identitas terus berkembang, terjadinya transisi paruh baya.
  • Adanya dua tanggung jawab untuk merawat anak dan orang tua sehingga dapat menyebabkan stres.
  • Anak mulai meninggalkan rumah, sehingga rumah terasa kosong atau sepi.

Periode Dewasa Akhir / Lanjut Usia (65 tahun keatas)

Periode Dewasa Akhir
Sumber : Kim Heimbuch dari Pixabay

A. Perkembangan fisik :

  • Sebagian besar orang mengalami penurunan pada kemampuan fisik dan kesehatan, namun tetap sehat dan aktif.
  • Merespons sesuatu menjadi lambat yang disebabkan pada beberapa aspek fungsi.

B. Perkembangan kognitif :

  • Sebagian besar orang waspada secara mental.
  • Walaupun terdapat penurunan pada memori serta intelegensi, hampir semua orang menemukan cara untuk mengatasi hal ini.

C. Perkembangan psikososial :

  • Terjadinya pensiun dari dunia kerja, hal ini mungkin disebabkan adanya tawaran pilihan baru dalam menggunakan waktu.
  • Individu mengembangkan strategi yang lebih fleksibel untuk mengatasi rasa kehilangan dan kematian yang akan terjadi.
  • Hubungan dengan keluarga serta teman dekat memberikan dukungan yang penting.
  • Pencarian makna hidup adalah hal penting.

Perkembangan Moral : Kohlberg

erkembangan Moral Kohlberg
Sumber : Tumisu dari Pixabay

Setelah mengetahui mengenai perkembangan manusia dari aspek fisik, kognitif, psikososial, dan juga psikoseksual, maka readers juga akan mengetahui perkembangan manusia dari aspek moral.

Perkembangan moral yang terjadi pada manusia ini juga sama pentingnya dengan aspek-aspek perkembangan manusia yang lainnya. Perkembangan moral akan membantu individu untuk dapat mengambil peranan dalam masyarakat dengan baik melalui nilai-nilai moral yang berlaku.

Baca juga: 7 Teori Pembelajaran

Enam Tahap Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg, terdapat enam tahapan dalam perkembangan moral yang dapat dikaitkan dalam tiga tingkat. Tiga tingkat tersebut adalah tingkat prakonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat pascakonvensional.

Penilaian moral pada anak kecil belum memiliki suatu struktur yang jelas. Oleh karena itu, Kohlberg baru memulai penelitiannya pada anak-anak sekitar enam tahun (Bertens, 2011), yaitu :

  1. Tingkat prakonvensional

Pada tingkat ini anak mengakui adanya aturan-aturan yang baik serta buruk mulai mempunyai arti baginya, tetapi hal tersebut dihubungkan dengan reaksi orang lain.

Yang menonjol pada tingkat ini adalah motif-motif yang sifatnya lahiriah dan bisa mengalami banyak perubahan. Tingkat prakonvensional dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

A. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan

Perbuatan anak didasarkan pada otoritas konkret yang berasal dari orang tua maupun guru serta atas hukuman yang akan diterima, jika anak tidak patuh. Anak membatasi kepentingan diri dan belum memandang kepentingan orang lain.

Kekuatan untuk akibat perbuatan adalah perasaan dominan yang menyertai motivasi moral ini. Misalnya, anak kecil tidak memukul adiknya karena hal tersebut dilarang oleh ibunya dan jika hal ini dilanggar maka anak akan mendapatkan hukuman.

B. Tahap 2 : Orientasi relativis instrumental

Perbuatan diibaratkan instrumen (alat) yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan terkadang juga kebutuhan orang lain. Anak mulai menyadari kepentingan orang lain, namun hubungan antara manusia dianggap seperti hubungan orang di pasar: tukar-menukar.

Hubungan timbal balik antara manusia adalah mengenai “jika kamu melakukan sesuatu untuk aku, maka aku akan melakukan sesuatu untuk kamu”, bukannya mengenai rasa terima kasih, keadilan, atau loyalitas.

2. Tingkat konvensional

Biasanya anak mulai beralih ke tingkat ini antara umur sepuluh dan tiga belas tahun. Pada tingkat ini, perbuatan-perbuatan yang dilakukan mulai dinilai atas dasar norma-norma umum serta kewajiban dan otoritas.

Disebut dengan tahapan konvensional, karena pada tingkat ini anak mulai menyesuaikan penilaian serta perilakuya dalam kelompok sosialnya. Singkatnya, anak mengidentifikasi diri dengan kelompok sosialnya beserta norma-normanya. Tingkat kedua ini mencakup tercakup dua tahapan, yaitu :

C. Tahap 3 : Penyesuaian dengan kelompok atau orientasi menjadi “anak manis”

Anak mengambil sikap sesuai dengan harapan dari orang tua, guru, atau sebagainya. Anak ingin bertingkah laku wajar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Jika anak menyimpang dari norma-norma kelompoknya, ia merasa malu dan bersalah.

Dalam tahap ini, anak mulai menyadari pentingnya maksud dari suatu perbuatan. Perbuatan adalah baik, asalkan maksudnya baik. Misalnya, anak membantu ibunya di dapur dengan mencuci piring, walau terdapat gelas pecah. Perbuatan tersebut tetap dianggap baik, karena maksudnya baik.

D. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban (law and order)

Peribahasa “right or wrong, my country” adalah contoh spesifik mengenai sikap anak pada tahap keempat ini. Pemahaman anak mengenai kelompok diperluas : dari kelompok akrab ke kelompok yang lebih abstrak, seperti suku bangsa, negara, agama.

Tekanan diberikan pada aturan-aturan tetap, otoritas dan pertahanan ketertiban sosial. Perilaku yang baik adalah melakukan kewajibannya, menghormati otoritas dan mempertahankan ketertiban sosial yang berlaku demi ketertiban itu sendiri.

3. Tingkat pascakonvensional

Kohlberg menyebut tingkat ketiga ini disebut juga sebagai “tingkat otonom” atau “tingkat berprinsip”. Tingkat ini hidup moral dipandang sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip-prinsip yang dianut dalam batin.

Pada tingkat ini, individu mulai menyadari bahwa kelompoknya tidak selamanya benar. Menjadi anggota suatu kelompok tidak menghindari bahwa kadang kala individu harus berani mengambil sikapnya sendiri. Tingkat pascakonvensional dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

E. Tahap 5 : Orientasi kontrak-soail legalistis

Pada tahap ini, disamping apa yang disetujui dengan cara demokratus, baik-buruknya tergantung dari nilai-nilai serta pendapat-pendapat pribadi. Adanya hukum yang berlaku diperitmbangkan, tetapi tetap ada kemungkinan untuk mengubah hukum, asalkan hal tersebut terjadi untuk kegunaan sosial.

Selain dari segi hukum, perjanjian adalah hal yang sifatnya harus ditepati. Suatu janji harus ditepati, walaupun berakibat merugikan karena hal tersebut berasal dari persetujuan yang bebas.

F. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika yang universal

Menurut penelitian Kohlberg, hanya sedikit individu yang mencapai tahap keenam ini. Pada tahap keenam, individu mengatur tingkah laku serta penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi.

Tahapan ini berfokus pada prinsip-prinsip etis serta hati nurani yang  berlaku secara universal. Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya berkaitan dengan keadilan, kesediaan membantu sesama, persamaan hak manusia, serta menghormati sesama. Setiap orang yang melanggar prinsip-prinsip hati nurani tersebut akan mengalami penyesalan yang mendalam.

Ciri Khas Perkembangan Moral

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kohlberg, terdapat empat sifat yang menandai seluruh perkembangan moral, yaitu (Bertens, 2011) :

  1. Sifat pertama : Tahap-tahap perkembangan selalu berlangsung dengan cara yang sama, dalam artian bahwa anak mulai dari tahap pertama kemudian berpindah ke tahap kedua, dan seterusnya. Semua tahapan harus dijalani menurut urutan, tidak mungkin meloncat-loncat.
  2. Sifat kedua : Individu hanya dapat mengerti penalaran moral satu tahap di atas tahap di mana ia berada. Untuk itu, jika seorang anak berada di tahapan kedua, ia hanya dapat mengerti penalaran moral pada tahap ketiga, tetapi tidak tahap keempat keatas.
  3. Sifat ketiga : Individu secara kognitif merasa tertarik pada cara berpikir satu tahap di atas tahapan yang sedang ia jalani. Hal ini dikarenakan cara berpikir pada tahap berikutnya dapat memecahkan dilema moral yang dialami.
  4. Sifat keempat : Perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya terjadi saat individu mengalami ketidakseimbangan kognitif dalam penilaian moral. Artinya bahwa individu sudah tidak menemukan penyelesaian masalah terhadap dilema moral yang dihadapi.

Baca juga: Manfaat Psikologi Keluarga

Pemahaman Akhir

Perkembangan manusia dari berbagai aspek, termasuk fisik, kognitif, psikososial, psikoseksual, dan moral. Perkembangan manusia adalah proses yang terjadi sepanjang rentang kehidupan dan merupakan bagian penting dalam memahami perkembangan anak.

Pada tahapan perkembangan manusia secara umum, terdapat delapan periode yang mencakup berbagai aspek perkembangan, mulai dari pranatal hingga lanjut usia. Setiap periode memiliki ciri khas masing-masing, dan setiap individu akan mengalami tahapan-tahapan tersebut secara berurutan.

Selain itu, artikel ini juga mengulas tentang perkembangan moral menurut teori Kohlberg. Kohlberg mengidentifikasi enam tahapan perkembangan moral yang terbagi dalam tiga tingkat, yaitu prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Tahapan-tahapan tersebut mencerminkan tingkat kompleksitas pemikiran moral individu.

Perkembangan moral ini memiliki ciri khas, seperti urutan yang berlangsung secara berurutan, pemahaman moral pada satu tahap di atas tahap yang sedang dialami, dan ketertarikan pada cara berpikir satu tahap di atas. Perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya terjadi saat individu mengalami ketidakseimbangan kognitif dalam penilaian moral.

Dalam memahami perkembangan manusia, baik dari aspek fisik, kognitif, psikososial, psikoseksual, dan moral, penting bagi pembaca untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki perjalanan perkembangan yang unik dan berbeda. Dosen dan orangtua perlu memahami dan menghormati tahapan perkembangan anak untuk memberikan dukungan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Bagaimana tanggapan readers setelah membaca artikel ini? Sekarang readers sudah bisa tahu dong ya, readers ada dalam tahap perkembangan yang seperti apa. Dan perlu diingat jika masing-masing tahap perkembangan tidak mungkin diloncati tetapi harus dilewati satu-persatu.


Sumber :

Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Papalia, D.E., Feldman, R.D., & Martorell, G. (2014). Perkembangan Manusia. Jakarta : Salemba Humanika

Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian I : Teori-teori Psikodinamik (klinis). Yogyakarta : Kanisius

Artikel Terbaru

Avatar photo

Priskila

Memiliki prinsip bahwa setiap orang mempunyai alasannya masing-masing untuk menghasilkan sebuah keputusan atau berperilaku. Hobi menulis yang ditekuninya dari sejak kecil ternyata membuat Priskila semakin komunikatif dalam menulis beragam topik dan berlanjut hingga sekarang. Disamping itu, Priskila juga menjadikan profesi Human Resource sebagai pekerjaan yang ditekuninya hingga saat ini.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *