Perusahaan bisa tumbuh dan berkembang salah satunya karena ada investor. Namun yang perlu diketahui, tidak semua investor mau menginvestasikan uangnya dalam perusahaan. Ada beberapa hal yang dilihat investor sebelum memutuskan berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan adalah salah satu pertimbangan investor sebelum memutuskan untuk memberikan dana kepada perusahaan.
Jika dikaitkan dengan kepemilikan saham, semakin tinggi nilainya, maka semakin tinggi pula kemakmuran para pemegang saham. Untuk mengetahui apa sebenarnya nilai perusahaan, kita perlu mengkaji beberapa pengertian berikut:
Daftar Isi
Pengertian Nilai Perusahaan Menurut Para Ahli
Menurut Puspita (2011), nilai perusahaan adalah pandangan investor pada perusahaan, dan hal ini sering dihubungkan dengan harga saham. Yang dimaksud harga saham adalah harga yang terjadi ketika saham diperdagangkan di pasar saham. Jika harga saham tinggi, maka nilainya pun ikut tinggi.
Di lain pihak, Aries dalam Herawati memberi pengertian yang berbeda. Menurut Aries dalam Herawati (2013), nilai perusahaan merupakan hasil pengelolaan dari berbagai sektor, diantaranya ada arus kas bersih, pertumbuhan serta biaya modal. Menurut beliau, saham juga menjadi indikator dari nilai perusahaan karena jika harga sahamnya tinggi nilainya pun akan tinggi.
Baca juga: Contoh Kemasan: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Jenis
Ditambahkan pula oleh Suffah dan Riduwan (2016), nilai perusahaan menjadi pandangan investor terhadap perusahaan. Hal ini berkaitan dengan harga saham. Sehingga salah satu pertimbangan investor dalam memutuskan investasi adalah nilai perusahaan dimana investor tersebut akan menyuntikkan modal.
Perusahaan yang sahamnya sudah melantai di pasar modal, harga saham yang diperdagangkan di sana merupakan penanda dari nilai perusahaan tersebut. Semakin tinggai harga saham, maka perusahaan tersebut nilainya juga semakin tinggi.
Nilai perusahaan adalah pandangan investor terhadap level keberhasilan perusahaan yang berkaitan erat dengan harga saham perusahaan tersebut (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Hal ini dapat diartikan bahwa ukuran kesuksesan perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam memakmurkan para pemegang saham.
Jika harga saham tinggi, maka nilainya pun ikut tinggi. Hal ini berdampak positif dalam meningkatnya kepercayaan pasar, tak hanya kepercayaan pasar pada saat ini, namun juga prospek perusahaan di masa mendatang.
Berdasarkan pemaparan Christiawan dan Tarigan (2007), terdapat macam-macam konsep nilai yang memaparkan nilai perusahaan, antara lain:
Nilai Nominal
Merupakan nilai formal yang terdapat pada anggaran dasar perusahaan, dipaparkan secara jelas dalam neraca perusahaan serta tertulis jelas dalam surat saham.
Nilai Pasar
Nilai ini juga sering disebut dengan kurs. Merupakan harga yang terbentuk dari tawar menawar di pasar saham. Sehingga kurs tidak sembarangan terbentuk, karena hanya ada ketika saham perusahaan diperdagangkan di pasar saham.
Nilai Intrinsik
Adalah nilai yang berkaitan dengan perkiraan nilai riil sebuah perusahaan. Dalam kaidah nilai intrinsik, nilai perusahaan tak hanya dipandang dari sejumlah aset yang dimiliki, namun juga dilihat berdasarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan di masa depan.
Nilai Buku
Sesuai namanya, nilai ini dihitung berkaitan dengan pembukuan, atau dalam arti yang lebih luas, nilai ini didasarkan pada konsep akuntansi.
Nilai Likuidasi
Merupakan nilai jual semua aset perusahaan setelah dikurangi semua hutang atau kewajiban yang harus ditunaikan. Nilai sisa ini akan menjadi deviden bagi para pemegang saham. Cara lain dalam menghitung likuidasi adalah melalui neraca performa, dimana neraca ini telah disiapkan sebelum perusahaan akan dilikuidasi.
Menurut Pertiwi, dkk (2016), kepercayaan pasar terhadap perusahaan dipengaruhi oleh nilai perusahaan tersebut. Jika nilai perusahaan tinggi, maka tak hanya kinerja perusahaannya saja yang bagus, namun prospek perusahaan di masa depan juga ikut bagus. Kesejahteraan para pemegang saham dapat dilihat dari nilai yang dimiliki perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan, dan hal ini menjadi salah satu hal yang menjadi penilaian investor sebelum menanamkan modalnya pada perusahaan yang bersangkutan.
Selain itu, nilai perusahaan juga bisa dilihat dari kebijakan hutang perusahaan tersebut. Kebijakan hutang ini akan memaparkan seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dalam membangun usahanya. Dalam Trade of Theory dipaparkan bahwa semakin tinggi perusahaan membangun perusahaan dengan hutang, maka resiko mengalami kesulitan keuangan pun semakin besar pula yang akan mempengaruhi nilainya.
Pengertian Nilai Perusahaan Secara Umum
Dari berbagai pengertian nilai perusahaan menurut para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan tentang pengertian nilai perusahaan secara umum. Nilai perusahaan adalah kekuatan yang dimiliki perusahaan yang menggambarkan keadaan perusahaan kepada pihak luar. Pihak luar ini bisa bermacam-macam, mulai dari stakeholder, masyarakat umum, pengamat ekonomi hingga calon investor.
Nilai perusahaan menggambarkan kondisi yang sedang terjadi pada perusahaan. Salah satu indikatornya adalah harga saham. Tentunya ini berlaku untuk perusahaan yang sudah melantai di bursa saham. Tinggi rendahnya harga saham akan berpengaruh pada perusahaan. Harga saham ini menjadi indikator calon investor sebelum memutuskan menjadi investor suatu perusahaan.
Untuk perusahaan yang belum menawarkan sahamnya ke publik, maka nilainya bisa dilihat dari pertumbuhan perusahaan tersebut. Apakah ada perkembangan selama ini? Atau begitu-begitu saja? Selain itu bisa juga dilihat dari arus kas dan biaya modalnya.
Jenis-Jenis Perusahaan
Ada beberapa jenis perusahaan yang akan kami sajikan dalam sub bab ini. Jenis-jenis perusahaan ini didasarkan pada lapangan usahanya. Berikut ini jenis-jenis perusahaan menurut lapangan usaha:
Perusahaan Ekstraktif
Merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pengambilan kekayaan alam. Beberapa contoh dari perusahaan ekstraktif misalnya pertambangan (batu bara, nikel, minyak bumi, timah, dll), penangkapan ikan di laut bebas.
Perusahaan Agraris
Perusahaan agraris merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya mengolah lahan atau ladang. Beberapa contoh dari perusahaan agraris adalah perikanan, perkebunan (kopi, teh, kina, dll).
Perusahaan Industri
Perusahaan industri merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya memproduksi barang-barang mentah atau setengah jadi, lalu diubah menjadi barang jadi dan nilai gunanya meningkat. Beberapa contoh dari perusahaan industri adalah pabrik pakaian yang mengolah kain menjadi pakaian jadi. Kemudian ada juga pabrik sepatu yang mengolah kulit hewan menjadi sepatu. Ada juga pabrik tas dari bahan kulit sintesis.
Perusahaan Perdagangan
Perusahaan perdagangan merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dalam bidang perdagangan. Beberapa contoh dari perusahaan perdagangan misalnya; toko grosir, toko retail, toko kelontong, supermarket, minimarket.
Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang jasa. Beberapa contoh dari perusahaan jasa adalah perusahaan telekomunikasi, perusahaan pengiriman paket barang maupun dokumen, perusahaan jasa service kendaraan.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Perusahaan
Didirikannya perusahaan bukanlah tanpa tujuan, melainkan membawa tujuan serta visi dan misi yang jelas. Beberapa pendapat memaparkan bahwa tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk mencetak keuntungan sebanyak-banyaknya atau sebesar-besarnya. Di sisi lain, ada yang menyatakan bahwa tujuan dari perusahaan adalah untuk menyejahterakan para pemegang saham sekaligus pemilik perusahannya
Ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa tujuan dari perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang diwakili dengan harga sahamnya. Pendapat-pendapat tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh, hanya penekanannya saja yang berbeda.
Telah banyak disinggung di awal tentang pentingnya nilai perusahaan. Bahkan hal ini menjadi suatu penanda bagi investor dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan.
Meningkatnya nilai perusahaan dari tahun ke tahun menjadi tolak ukur kesuksesan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Menurut Husna (1996), nilai perusahaan merupakan harga yang akan dibayar calon pembeli jika suatu perusahaan dijual. Betapa pentingnya nilai perusahaan, lantas faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya?
Saham
Telah banyak disinggung di awal bahwa saham merupakan salah satu faktor dalam menilai perusahaan. Bahkan investor pun melihat harga saham ini sebagai indikator dalam menentukan keputusan berinvestasinya pada perusahaan. Saham dan nilai perusahaan memiliki hubungan yang erat karena keduanya berbanding lurus.
Jika harga saham tinggi, maka nilai perusahaan pun akan tinggi pula. Sebaliknya jika harga saham menurun atau rendah, maka secara otomatis nilai perusahaan pun ikut turun. Naik turunnya harga saham ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan para pemegang saham di suatu perusahaan.
Kemampuan Perusahaan Menghasilkan Laba
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga turut memengaruhi nilai perusahaan. Dalam istilah ekonomi, hal ini juga sering disebut sebagai profitabilitas. Jika laba yang dihasilkan perusahaan jumlahnya besar dan terus meningkat, tentu nilainya akan naik. Namun jika laba yang dihasilkan perusahaan begitu-begitu saja dan bahkan menurun, maka bisa dipastikan nilai perusahaan pun ikut menurun. Sama seperti saham, hal ini berbanding lurus antara nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan juga turut mempengaruhi. Membangun perusahaan dengan hutang tentu ada tanggung jawab tersendiri. Sebab perusahaan harus menanggung beban hutang termasuk bunganya. Hal ini tentu mengurangi pendapatan yang dihasilkan perusahaan.
Selain itu kebijakan hutang yang berlebihan juga meningkatkan resiko gagal bayar bagi perusahaan. Jika saham dan kemampuan menghasilkan laba perusahaan berbanding lurus dengan nilai perusahaan, maka kebijakan hutang memiliki perbandingan terbalik dengan perusahaan.
Semakin banyak perusahaan berhutang, maka nilai perusahaan akan menurun. Sebaliknya, jika perusahaan hutangnya sedikit bahkan tidak memiliki hutang, maka nilainya itu akan meningkat.
Skala Perusahaan
Skala perusahaan bisa dikatakan jangkauan perusahaan. Dalam artian, sampai mana kiprah perusahaan, apakah di lokal saja, nasional atau bahkan internasional? Hal ini juga turut berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Semakin luas skala atau jangkauan perusahaan, maka semakin meningkat pula nilainya. Pun begitu sebaliknya jika jangkauan atau skala perusahaannya tidak terlalu luas, maka nilai perusahaannya pun juga tidak terlalu tinggi. Menurut Ghozali (2016), untuk mengukur skala perusahaan dapat menggunakan total aset yang dimiliki.
Kebijakan Deviden
Deviden adalah laba bagi orang-orang yang memiliki saham di perusahaan. Dalam kebijakan deviden tidak hanya tentang jumlah uang yang terlibat. Hal ini berkaitan erat dengan investasi perusahaan dan kebijakan lainnya.
Ada dua pihak yang berkepentingan dalam kebijakan saham ini. Kedua pihak tersebut saling berkaitan, yaitu antara pemegang saham dan manajemen perusahaan. Sehingga kebijakan deviden merupakan hal yang cukup rumit dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kapasitas. Pertumbuhan perusahaan akan memaparkan seberapa jauh posisi ekonomi perusahaan dalam industri. Ada 2 alat ukur yang bisa dipakai untuk melihat pertumbuhan perusahaan. Yang pertama adalah Assets Growth Ratio.
Assets Growth Ratio memaparkan pertumbuhan aset perusahaan. Aset ini merupakan aktiva yang dipakai untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi aset, maka semakin tinggi pula operasional perusahaan.
Cara kedua untuk melihat pertumbuhan perusahaan adalah melalui Sales Growth Ratio. Dalam hal ini yang dilihat adalah perubahan penjualan tiap tahunnya. Penjualan yang tinggi menandakan perusahaan dapat meningkatkan perusahaannya, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan keuntungan.
Metode Pengukuran Nilai Perusahaan
Untuk mengetahui nilai perusahaan dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode. Menurut Brigham dan Daves, 2014:54, dalam mengukur nilai perusahaan terdapat rasio yang terdiri dari:
Price Earning Ratio (PER)
Tandelilin (2010) memaparkan bahwa, PER merupakan rasio atau perbandingan antara earning per share dalam saham dengan harga saham perusahaan. Melalui PER inilah perubahan laba perusahaan di masa yang akan datang dapat diketahui. Dengan begitu, semakin besar PER, maka semakin besar pula nilai perusahaan. Sebab harapan perusahaan untuk tumbuh juga semakin besar.
Prive to Book Value (PBV)
Berdasarkan penjelasan dari Afzal, PBV memberi gambaran tentang seberapa besar pasar memberi harga terhadap nilai buku saham sebuah perusahaan. PBV berbanding lurus dengan kepercayaan masyarakat. Tingginya rasio PBV membuat pasar semakin percaya terhadap prospek perusahaan tersebut.
Selain itu PBV juga bisa digunakan untuk melihat seberapa jauh perusahaan menciptakan nilai perusahaan yang relatif berdasarkan jumlah modal yang telah ditanamkan. Dari PBV kita juga dapat mengetahui rasio nilai buku dengan saham, apakah harga saham yang diperdagangkan mengalami overvalued atau malah undervalued dari nilai buku saham tersebut.
Tobin’s Q
Metode lain yang bisa digunakan adalah dengan Tobin’s Q. Profesor James Tobin mengembangkan metode ini berdasarkan sebuah konsep yang berharga, sebab dapat menjelaskan perkiraan pasar keuangan saat ini, terutama nilai hasil pengembalian dari setiap dolar yang diinvestasikan. Perhitungan nilai perusahaan dengan Tobin’s Q didasarkan pada perbandingan antara nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas dari perusahaan yang bersangkutan.
Dari serangkaian metode pengukuran nilai perusahaan di atas, metode yang ditawarkan Tobin’s Q merupakan metode dengan ukuran yang lebih teliti. Hal ini berkaitan dengan seberapa efektif manajemen memanfaatkan berbagai sumber daya ekonomis yang ada dalam kekuasaannya. Berdasarkan penjelasan dari Smither dan Wright (2008:40) dalam Asmarani (2014), Tobin’s Q memiliki keunggulan rasio seperti di bawah ini:
- Tobin’s Q menggambarkan aset keseluruhan dari perusahaan.
- Tobin’s Q menggambarkan sentimen pasar, hal ini ketika analisis dilihat dari prospek perusahaan.
- TobinsQ menggambarkan model intelektual dari perusahaan.
- Dengan memperkirakan tingkat keuntungan, Tobin’s Q dapat mengatasi berbagai masalah.
Baca juga: Komunikasi Bisnis: Fungsi, Proses, Hambatan dan Teori
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab baik buruknya struktur modal akan berpengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan. Jika perusahaan memiliki struktur modal yang tidak baik dan bahkan memiliki hutang yang besar, maka beban yang ditanggung perusahaan tersebut juga semakin berat.
Safrida (2008) memaparkan bahwa struktur modal dan pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Bahkan pengaruh dari keduanya bisa secara signifikan berdampak pada nilai perusahaan.
Berdasarkan teori signal, struktur modal dengan daya ungkit yang tinggi dapat dipakai sebagai sinyal dalam membedakan perusahaan yang baik dan perusahaan yang buruk.
Perusahaan yang dapat berhutang hanyalah perusahaan yang sehat serta kuat, sebab dapat menanggung resiko berhutang lebih baik. Karenanya agar biaya informasi dan pelepasan saham bisa diminimalisasikan, kebanyakan perusahaan lebih suka memanfaatkan hutang daripada ekuitas, terlebih jika perusahaan sedang undervalued. Namun jika perusahaan mengalami overvalued, maka penggunaan ekuitas lebih baik daripada hutang.
Telah banyak penelitian mengenai struktur modal terhadap nilai perusahaan. Pada alenia ini kami paparkan struktur modal dari hutang berdasarkan penelitian Soliha dan Taswan (2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang memengaruhinya.
Penelitian ini melibatkan seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public mulai tahun 1993 hingga 1997. Jumlah sampelnya sebanyak 95, yang dipilih dengan metode purposive sampling. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang dihitung berdasarkan PBV (Price Book Value).
Sedangkan variabel independennya antara lain kebijakan hutang, insider ownership, ukuran perusahaan serta profitabilitas perusahaan. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, digunakan pemodelan Linier Structural Relations (LISREL) atau Structural Equation Modeling (SEM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan hutang berdampak positif terhadap nilai perusahaan, namun dampak tersebut tidak begitu signifikan.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Prasetiadi (2007). Penelitian ini menguji pengaruh struktur modal pada nilai perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah struktur modal perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai serta mengidentifikasi faktor-faktor fundamental apa saja yang memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode 2005.
Adapun sampel perusahaan yang diambil sebanyak 126 perusahaan. Dari hasil hipotesis menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio secara signifikan terbukti (tingkat keyakinan 95%) memiliki hubungan positif terhadap nilai perusahaan.
Untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap struktur modal hanya faktor keuntungan yang terbukti secara signifikan (tingkat keyakinan 95%) memiliki dampak negatif terhadap struktur modal. Faktor bisnis secara signifikan berpengaruh positif, sedangkan faktor size dan pertumbuhan tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian pengaruh struktur modal lainnya dilakukan oleh Chotimah (2007). Data yang dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder dari perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI sejak tahun 2001-2005. Alat analisis yang dipakai adalah regresi linier. Untuk metode pengambilan sampelnya menggunakan purposive sampling, dengan mengambil sampel perusahaan sebanyak 22 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi perubahan struktur modal sebesar 1,157 dan t hitung 2,185 lebih besar t tabel 2,086. Untuk nilai signifikannya sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, variabel perubahan struktur modal memiliki pengaruh positif secara signifikan terhadap perubahan nilai perusahaan. Dengan koefisien determinasi sebesar 0,193 sehingga menandakan sebanyak 19,3% variabel perubahan nilai perusahaan tersebut memang dipengaruhi oleh struktur modal, sedangkan sebesar 80,7% dipengaruhi oleh variabel lain.
Penelitian lain dilakukan oleh Sulustiono (2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan serta struktur modal terhadap nilai perusahaan.
Baca juga: Kepuasan Konsumen: Pengertian, Teori, Faktor dan Indikator
Data diambil dari perusahaan manufaktur dengan kepemilikan manajerial yang memiliki saham aktif dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu 2006-2008. Simple random sampling dipilih sebagai metode pengambilan sampel, dimana data sampel diambil secara acak dari populasi tanpa memperhatikan strata. Data dianalisis secara deskriptif dan regresi berganda dengan bantuan SPSS 12.0 for windows. Dari penelitian tersebut memberikan hasil penelitian sebagai berikut:
- Kepemilikan manajerial, struktur modal dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
- Nilai perusahaan dipengaruhi oleh kepemilikan manajerial, bahkan pengaruhnya negatif.
- Struktur modal tak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
- Nilai perusahaan secara positif dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
Baca juga: Manajemen Persediaan: Faktor dan Cara Menghitungnya
Pemahaman Akhir
Nilai perusahaan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan. Investor cenderung mempertimbangkan nilai perusahaan sebelum memutuskan untuk menginvestasikan dana mereka. Nilai perusahaan dapat dipahami sebagai pandangan investor terhadap perusahaan, yang sering kali terkait dengan harga saham.
Beberapa pengertian nilai perusahaan yang disampaikan oleh para ahli meliputi nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik, nilai buku, dan nilai likuidasi. Harga saham yang tinggi cenderung mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi, dan hal ini berdampak positif pada kepercayaan pasar dan prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai perusahaan, semakin tinggi juga kemakmuran para pemegang saham.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi nilai perusahaan, di antaranya adalah harga saham, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, kebijakan hutang, skala perusahaan, kebijakan deviden, dan pertumbuhan perusahaan. Hubungan antara faktor-faktor ini dengan nilai perusahaan dapat berbanding lurus atau terbalik, tergantung pada kondisi dan kebijakan perusahaan tersebut.
Selain itu, jenis perusahaan juga memengaruhi nilai perusahaan. Terdapat beberapa jenis perusahaan, seperti perusahaan ekstraktif, perusahaan agraris, perusahaan industri, perusahaan perdagangan, dan perusahaan jasa. Setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik dan faktor-faktor nilai perusahaan yang relevan dengan lapangan usahanya.
Dalam keseluruhan, nilai perusahaan memiliki peran penting dalam menarik minat investor dan mencerminkan keberhasilan dan potensi perusahaan. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi nilai perusahaan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan nilai mereka dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Demikian ulasan tentang nilai perusahaan menurut para ahli dan umum, beserta cara menghitungnya. Semoga bermanfaat dan menjadi referensi dalam menambah pengetahuan.
Sumber:
http://eprints.ums.ac.id/68592/4/BAB%20II.pdf