Level Kognitif dalam Penyusunan Soal

Kegiatan penilaian merupakan salah satu tugas utama guru selain melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Pada proses penilaian pembelajaran ini, guru bisa melakukan penilaian secara formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap akhir pembahasan satu bab atau topik bahasan. Guru juga bisa melakukan penilaian secara sumatif yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir waktu yang ditentukan untuk mengevaluasi lebih dari satu bab atau pokok bahasan, seperti pelaksanaan UTS atau UAS.

Pada proses penilaian, guru harus menyiapkan instrumen penilaian yang akan diberikan kepada siswa. Instrumen penilaian yang banyak digunakan oleh guru di antaranya instrumen berupa soal tes tertulis. Nah dalam penyusunan soal untuk penilaian ini tidak sembarang lho, ada aturan dan tata cara yang mesti diikuti oleh guru.

Dalam penyusunan soal, hal yang pertama harus guru siapkan adalah menmbuat kisi-kisi soal. Pada kisi-kisi soal ini guru harus menentukan indikator soal. Indikator soal ini harus disusun dengan benar karena akan mencerminkan soal yang akan dibuat. Pada penentuan dan pembuatan indikator soal ini ada yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu level kognitif sebagai tuntutan kurikulum yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran. Apa itu level kognitif? Bagaimana penerapan dalam soal? Untuk menjawabnya, mari kita simak pembahasannya.

Bicara tentang level kognitif, secara sederhana level kognitif merupakan klasifikasi/tingkatan kemampuan siswa dalam menerima sesuatu yang dijelaskan. Level kognitif sendiri sangat erat kaitannya dengan taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom sebagai penemuan dari Benjamin Bloom memuat hierarki atau klasifikasi dari tiga ranah domain yang menjadi target dalam pendidikan, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Setiap ranah memiliki tingkatan dari yang paling rendah sampai paling tinggi. Pada artikel ini akan lebih fokus membahas tentang level kognitif atau ranah kognitif.

Level kognitif terdiri dari 3 level utama, yaitu level 1 (knowing), level 2 (applying), dan level 3 (reasoning), Setiap level memiliki level kognitif sesuai dengan taksonomi Bloom mulai dari C1 sampai C6. Pada setiap level C1 sampai C6 tersebut terdapat kata kerja operasional (KKO) yang bisa digunakan oleh guru untuk membuat indikator soal sehingga tergambar level kognitif soal tersebut.

Level 1 (knowing)

Benjamin Bloom
sumber:: sabrinaghumman.com

Level 1 terdiri dari level kognitif taksonomi Bloom yang menjadi gambaran kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu C1 (mengetahui) dan C2 (memahami). Kata kerja operasional yang bisa digunakan dalam indikator soal untuk C1 di antaranya mengingat kembali, membaca, menyebutkan, menyusun daftar, menggaris bawahi, menjodohkan, memilih, menyatakan, dan mendefinisikan.

Baca juga: Model Pembelajaran Discovery Learning

Contoh dari indikator soal dan soal yang bisa dibuat oleh guru dari level kognitif C1 ini misalnya : Indikator soal: Siswa dapat menjodohkan nama tarian dan asal daerahnya. Soal yang bisa disusun dari indikator tersebut, misalnya:

Soal: Perhatikan beberapa nama tarian dan nama daerah berikut ini:

  • tari jaipong, tari kecak, tari saronde, tari poco-poco, dan tari lilin
  • maluku utara, jawa barat, sumatera barat, bali, sulawesi utara.

Pasangkanlah nama tarian dan asal daerahnya secara tepat!

Contoh bentuk soal lainnya yang bisa dikembangkan dari level kognitif C1 ini sesuai dengan kata kerja operasional yang sudah ada, di antaranya:

  • Sebutkan unsur-unsur yang terdapat pada golongan IA?
  • Pilih lah gambar bendera berikut yang termasuk pada negara Asia Tenggara?
  • Buatlah daftar barang yang diperlukan ketika akan melakukan kegiatan olah raga sepak bola!

Level kognitif selanjutnya merupakan tingkat yang lebih dari sekedar mengetahui, level kognitif ini dikenal dengan istilah C2 (pemahaman). Kata kerja operasional yang digunakan untuk menggambarkan level kognitif pemahaman di antaranya memperkirakan, mengkategorikan, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan, mengklasifikasikan, menerangkan, menggambarkan, menginterpretasikan, dan lainnya.

Contoh indikator soal dan bentuk soal yang bisa dibuat oleh guru, misalnya,

Indikator soal: siswa dapat mengklasifikasikan larutan berdasarkan kemampuan menghantarkan listriknya.

Soal: Berikut ini 5 jenis larutan dan hasil pengujian daya hantarnya.

  • Larutan A (lampu redup, gelembung gas sedikit)
  • Larutan B (lampu tidak menyala, gemebung gas sedikit)
  • Larutan C (lampu tidak menyala, gelembung gas tidak ada)
  • Lampu D (lampu menyala terang, gelembung gas ada)
  • Larutan E (lampu redup, gelembung tidak ada)

Berdasarkan hasil uji coba daya hantar listrik tersebut, klasifikasikan larutan tersebut ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit!

Dua contoh soal pada setiap level kognitif tersebut menunjukkan dalam level kognitif 1 ini terdapat beberapa indikator yang harus dikuasai dan ditunjukkan oleh siswa. Indikator tersebut yaitu: 1) menggambarkan pemahaman dasar mengenai suatu mata pelajaran dan pemecahan masalah sederhana. 2) mempertunjukkan bentuk ingatan dan pengetahuan mengenai materi dasar dan membuat generalisasi yang sederhana. 3) memperlihatkan kemampuan menginterpretasi bentuk data (tabel, grafik, gambar). 4) mempertunjukkan kemampuan menghubungkan fakta dasar dengan bahasa yang sederhana.

Level 2 (applying)

Pada level 2 mencakup satu level kognitif yang harus dikuasai dan tergambar pada siswa, yaitu menerapkan (C3). Level kognitif ini tentu saja lebih dari sekedar mengetahui dan memahami, namun tuntutannya siswa harus bisa menerapkan. Oleh karena itu kata kerja operasionalnya pun menyesuaikan dengan level kognitifnya.

Kata kerja operasional yang bisa digunakan oleh guru ketika menyusun soal dengan level kognitif C3 di antaranya mengimplementasikan, menggunakan, menentukan, memproseskan, menghitung, memperagakan, menghubungkan, membuktikan, menemukan, menyesuaikan dan lain-lain.

Contoh indikator soal dan bentuk soal yang menggambarkan level kognitif C3 sebagai berikut:

Indikator Soal: Siswa dapat menentukan volume gas yang dihasilkan pada proses elektrolis larutan.

Bentuk Soal: Elektrolisis larutan AgNO3 0,1 M dengan elektroda C dilakukan selama 5 menit dengan kuat arus listrik yang dialirkan sebesar 0,5 Ampere. Tentukan volume gas yang terbentuk di Anoda! (Ar Ag=108, N= 14, O= 16)

Untuk menjawab soal tersebut, tentu saja siswa perlu mengetahui dan memahami konsep reaksi elektrolisis dan cara perhitungannya. Pengetahuan dan pemahaman tersebut selanjutnya akan diterapkan pada penentuan volume gas di anoda. Jadi pada pengerjaannya, siswa tidak sekadar tahu dan paham konsep, tetapi akan menerapkan konsep tersebut untuk menjawab soal hitungan yang berkaitan dengan konsepnya.

Berdasarkan contoh tersebut, maka pada level 2 ini terdapat beberapa kemampuan yang akan tergambar pada siswa, di antaranya: 1) mampu menghubungkan fakta yang tersusun dan membangun penjelasan dengan istilah atau suatu analogi, 2) memiliki kemampuan dalam pengetahuan dan pemahaman mengenai mata pelajaran yang dapat diterapkan pada kondisi berbeda, 3) mampu memecahkan peramasalahan yang ringan dan sulit dalam mata pelajaran dengan menggunakan konsep yang sudah dipahami dan diketahui.

Oke gimana sampai sini bisa kan mengikuti paparan level kognitif dalam penyusunan soal? Nah sebagai informasi jika kita menyusun soal menggunakan level kognitif C1 sampai C3, maka soal yang kita buat itu masih masuk kategori LOTS (low order thinking skills), jadi masi mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Lalu seperti apa jenis soal yang masuk kategori HOTS (high order thinking skills)? Mari kita lanjut pembahasan ke level selanjutnya.

Baca juga: Mengenal Pendekatan Saintifik

Level 3 (reasoning)

Level 3 menggambarkan kemampuan dalam penalaran dan logika, level ini terdiri dari 3 level kognitif dalam taksonomi Bloom, yaitu C4 (analisis), C5 (evaluasi), dan C6 (sintesis). Level kognitif pada level 3 ini sudah masuk pada kategori HOTS, di mana dalam penyelesaian soal-soalnya memerlukan beberapa tahapan berpikir.

Kata kerja operasional untuk level kognitif C4 di antaranya mengorganisasikan, merinci, menelaah, meneteksi, mengaitkan, membandingkan, menyeleksi, memilih, membagi, menguraikan, dan lainnya. Contoh indikator soal dan bentuk soal yang bisa dibuat oleh guru sebagai berikut:

Indikator soal: Siswa dapat membandingkan titik didih dua buah larutan sesuai dengan informasi data.

Bentuk soal: Larutan A merupakan larutan yang tidak dapat mengalami ionisasi, sementara larutan B dapat mengalami ionisasi sebagian. Jika larutan A dan B memiliki jumlah mol yang sama dan dilarutkan pada air sehingga volume kedua larutan tersebut sama juga. Bandingkan titik didih larutan A dan B apakah titik didih A = titik didih B, titik didih A < titik didih B, titik didih A > titik didih B? Jelaskan!

Level kognitif lainnya pada level 3 ini adalah C5 (evaluasi), kata kerja operasional yang bisa digunakan dalam penyusunan soal level C5 ini di antaranya, membuktikan, mempertahankan, memvalidasi, menilai, memberi saran, mengevaluasi, mengkritik, memberi argumentasi, menafsirkan, merekomendasikan, dan lainnya.

Contoh indikator soal dan bentuk soal untuk level kognitif C5 sebagai berikut:

Indikator Soal: Siswa mampu menilai beberapa susunan sel volta yang disediakan dalam bentuk gambar.

Bentuk soal: Berikut beberapa gambar mengenai susunan sel volta:

sel volta
sumber: www.masdayat.net

Periksa lah dengan teliti 5 gambar tersebut dan berikan penilaian untuk setiap susunan sel volta mengenai kebenaran konsepnya! (kebenaran dan kesesuaian konsep yang dinilai di antaranya penentuan anoda dan katoda, arah pergerakan elektron, dan susunan sel voltanya).

Level kognitif terakhir pada level 3 ini adalah C6 (sintesis), kata kerja operasional yang bisa digunakan untuk menyusun indikator soal pada level kognitif C6 di antaranya merencanakan, memproduksi, membangun, merancang, membuat, menciptakan, mendesain, mengabstraksikan, mengkombinasikan, dan lainnya. Contoh indikator soal dan bentuk soal untuk level kognitif C6 sebagai berikut:

Indikator Soal: Siswa dapat membuat tabel penyajian data mengenai faktor yang memengaruhi laju reaksi berdasarkan informasi yang diberikan.

Bentuk Soal: Pada suhu yang sama dilakukan pelarutan Mg ke dalam HCl. Pelarutan ini dilakukan pada 3 gelas kimia yang berbeda. Pada gelas kimia pertama, 5 gram serbuk Mg dilarutkan ke dalam larutan HCl 1 M. Pada gelas kimia kedua, dilarutkan 5 gram butiran Mg ke dalam larutan HCl 1 M. Sementara pada gelas kimia ketiga, 5 gram serbuk Mg dilarutkan dalam larutan HCl 2 M. Berdasarkan data tersebut, 1) buatlah tabel penyajian data mengenai faktor yang memengaruhi laju reaksi!, 2) Buatlah generalisasi mengenai faktor yang memengaruhi laju reaksi berdasarkan tabel yang dibuat!

Berdasarkan tiga contoh indikator dan soal pada level 3, secara umum level 3 ini memiliki penjabaran beberapa kemampuan, yaitu 1) menunjukkan penguasaan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, 2) memiliki kemampuan menjabarkan hubungan antara informasi dan konsep sesuai dengan kebutuhan, 3) memiliki kemampuan melakukan sintesis, evaluasi, dan analisis sesuai dengan kebutuhan, 4) mampu memberi penjelasan dan memberi ide gagasan yang mudah dimengerti, dan 5) mampu menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan dalam mata pelajaran.

Penjabaran mengenai level kognitif tersebut menunjukkan bahwa dalam penyusunan soal guru tidak bisa sembarangan, agar bisa mengukur yang seharusnya diukur, maka guru perlu mengenal, memahami dan menerapkan level kognitif ini.

Pada pelaksanaanya pun diharapkan level kognitif mulai C1-C6 ini bisa dihadirkan dalam soal-soal yang diberikan kepada siswa. Jangan sampai guru hanya berkutat pada soal-soal dengan tipe LOTS, dan tidak pernah memberikan soal-soal HOTS.

Baca juga: Metode Pembelajaran

Pemahaman Akhir

Penyusunan soal penilaian berdasarkan level kognitif dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:

  1. Penilaian merupakan salah satu tugas utama guru selain perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Guru dapat melakukan penilaian secara formatif (setiap akhir pembahasan satu bab) atau sumatif (pada akhir waktu yang ditentukan).
  2. Guru harus menyusun instrumen penilaian, salah satunya adalah soal tes tertulis. Penyusunan soal harus mengikuti aturan dan tata cara yang ditentukan.
  3. Penyusunan soal dimulai dengan membuat kisi-kisi soal dan menentukan indikator soal yang mencerminkan level kognitif yang ingin diukur.
  4. Level kognitif terkait erat dengan taksonomi Bloom, yang terdiri dari tiga ranah domain: kognitif, psikomotor, dan afektif. Fokus pembahasan ini adalah pada level kognitif.
  5. Level kognitif terdiri dari tiga tingkatan utama: level 1 (knowing), level 2 (applying), dan level 3 (reasoning). Setiap level memiliki level kognitif yang sesuai dengan taksonomi Bloom (C1-C6).
  6. Level 1 (knowing) mencakup kemampuan siswa dalam mengetahui dan memahami konsep. Indikator soal dan bentuk soal pada level ini dapat mencakup mengingat kembali, membaca, menyebutkan, menyusun daftar, menjodohkan, memilih, menyatakan, dan mendefinisikan.
  7. Level 2 (applying) mencakup kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Indikator soal dan bentuk soal pada level ini dapat mencakup mengimplementasikan, menggunakan, menentukan, memproseskan, menghitung, memperagakan, menghubungkan, membuktikan, menemukan, dan menyesuaikan.
  8. Level 3 (reasoning) mencakup kemampuan siswa dalam penalaran dan logika. Indikator soal dan bentuk soal pada level ini dapat mencakup mengorganisasikan, merinci, menelaah, meneteksi, mengaitkan, membandingkan, menyeleksi, memilih, membagi, menguraikan, membuktikan, mempertahankan, memvalidasi, menilai, memberi saran, dan merencanakan.
  9. Soal-soal yang mencakup level kognitif C1-C3 masih masuk dalam kategori LOTS (low order thinking skills), sedangkan soal-soal yang mencakup level kognitif C4-C6 masuk dalam kategori HOTS (high order thinking skills).
  10. Dalam menyusun soal dengan level kognitif C4-C6, siswa akan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti analisis, evaluasi, dan sintesis.

Dengan memperhatikan level kognitif dalam penyusunan soal, guru dapat mengukur kemampuan siswa secara komprehensif dan mendorong perkembangan berpikir tingkat tinggi.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Abelatif

Seorang pendidik, pengajar sekaligus pembelajar.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *