Psikologi keluarga adalah salah satu mata kuliah yang sangat menarik untuk dipelajari di jurusan psikologi. Ruang lingkup yang akan dipelajari pun sangat banyak, beragam, dan menarik untuk diketahui.
Mulai dari cinta, komitmen, komunikasi, intimasi, resolusi konflik, hingga kehidupan keluarga dan perkawinan. Ingin tahu lebih lanjut mengenai psikologi keluarga? Yuk, simak artikel di bawah ini.
Daftar Isi
Pengertian Keluarga dan Psikologi Keluarga
Definisi Keluarga
Secara umum, keluarga dapat diartikan dan didefinisikan dari beberapa sudut pandang (American Heritage Dictionary of English Language, dalam Day, 2010). Keluarga adalah kelompok sosial fundamental yang pada umumnya terdiri dari dua orang tua (ayah dan ibu) serta anak-anak. Biasanya, seluruh anggota keluarga tinggal bersama di dalam satu atap (satu rumah).
Di sisi lain, keluarga adalah dua orang atau lebih yang saling berbagi nilai dan tujuan hidup. Mereka memiliki komitmen jangka panjang untuk menghabiskan waktu bersama-sama dan biasanya hidup di tempat tinggal yang sama. Salah satu ciri lain dari keluarga adalah mereka memiliki garis keturunan nenek moyang yang sama pula. Lalu, apa ya pengertian dan definisi psikologi keluarga?
Definisi Psikologi Keluarga
Sebelumnya, seperti yang telah kita pelajari, psikologi adalah ilmu yang mempelajari proses otak, mental, dan perilaku manusia. Nah, jika kedua definisi tersebut dileburkan, maka akan membentuk sebuah definisi baru. Psikologi keluarga adalah adalah ilmu yang mempelajari proses otak, mental, dan perilaku pada individu-individu dalam sebuah keluarga. Individu-individu tersebut terikat dalam sebuah ikatan darah atau pernikahan.
Baca juga: Yuk Mengenal Teori Perkembangan Manusia
Manfaat Psikologi Keluarga
Layaknya ilmu-ilmu lainnya, psikologi keluarga juga menawarkan berbagai manfaat di dalam kehidupan. Salah satunya adalah membantu mahasiswa untuk lebih memahami kompleksitas kehidupan sebuah keluarga (Day, 2010). Informasi mengenai kehidupan keluarga dapat membantu diri kita untuk menentukan bagaimana cara membentuk dan membangun keluarga yang kuat dan kokoh nantinya.
Day (2010) juga menyebutkan bahwa dengan mempelajari psikologi keluarga, kita dapat mengetahui orientasi sebuah keluarga. Bagaimana cara membentuk sebuah hubungan, bagaimana cara memperlakukan pasangan dan anak, serta orientasi keluarga lainnya. Memahami proses interaksi keluarga dengan baik dapat meningkatkan kualitas hubungan keluarga yang dimiliki. Selain itu, juga membantu untuk menentukan tujuan membangun keluarga di masa yang akan datang.
Setelah mempelajari psikologi keluarga, kita dapat lebih terbuka dalam memandang sebuah masalah. Diharapkan, kita dapat lebih memahami, mendukung, serta menerima pendapat dan perbedaan dari anggota keluarga lainnya. Hingga pada akhirnya, keluarga menjadi lebih harmonis, kuat dan kokoh dari segi intimasi, komunikasi, cinta, dan resolusi konflik.
Ruang Lingkup Psikologi Keluarga
Komunikasi
Tahukah kamu, komunikasi adalah sebuah kunci utama dalam menjalin suatu hubungan (Olson & Skogrand, 2011). Komunikasi adalah fondasi paling utama sebelum hal-hal lainnya terbentuk. Tujuan dari komunikasi adalah mengungkapkan apa yang dirasakan pada orang lain dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Nah, untuk menjalin hubungan keluarga yang intim dan dekat, kita perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang positif.
Komponen paling penting dalam berkomunikasi adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Ada tiga bentuk mendengarkan, pertama adalah persuasive listening di mana seseorang hanya tertarik dengan isi pesan yang disampaikan. Kedua adalah directive listening, di mana seseorang mendengarkan orang lain yang sedang berbicara sambil menuntun. Ketiga dan yang paling baik adalah attentive listening yaitu mendengarkan dengan seksama.
Komitmen dan Intimasi
Olson & Skogrand (2011) menyebutkan terdapat enam kualitas kunci utama dari keluarga yang sehat. Di antaranya adalah komitmen, penghargaan dan kasih sayang, komunikasi positif, dan waktu yang menyenangkan bersama-sama. Selain itu, juga termasuk kesejahteraan spiritual serta kemampuan mengatasi stres dan krisis. Seperti yang kita tahu, komitmen termasuk salah satu kualitas kunci utama tersebut.
Komitmen adalah perwujudan kasih sayang terhadap seseorang secara kognitif. Apabila hubungan menunjukkan hal yang positif, maka komitmen akan terus berkembang dan meningkat. Di sisi lain, ketika hubungan menunjukkan hal yang negatif, maka komitmen akan hilang. Umumnya, orang-orang mengekspresikan komitmen ketika hubungan berlanjut ke arah yang lebih serius (pernikahan) dan tetap bertahan di masa-masa sulit.
Dalam sudut pandang perkawinan, komitmen emosional terikat secara legal di antara dua orang yang menikah. Selain komitmen, diiringi juga dengan keintiman emosional, fisik, hingga membantu pasangan dalam berbagi tugas dan mencari sumber ekonomi. Anggota keluarga yang kuat menunjukkan komitmen yang kuat pula. Bentuk komitmen keluarga terwujud dalam kesetiaan, meluangkan waktu dan tenaga untuk keluarga, serta tidak mengekang (memberi kebebasan sekaligus dukungan).
Baca juga: Teori Kepribadian Sigmund Freud
Cinta
Yes, cinta adalah bagian yang paling utama di dalam hidup kita. Setiap orang memiliki sudut pandangnya masing-masing mengenai cinta, dan dilihat berdasarkan latar belakang dan pengalamannya. Menurut Eric Fromm (dalam Olson & Skogrand, 2011) cinta bukanlah sebuah afeksi melainkan sebuah aktivitas. Arti dari aktivitas tersebut adalah memberi, bukan menerima. Yaitu memberikan kebahagiaan, pemahaman, ketertarikan, hiburan, bahkan kesedihan dengan orang lain.
Terdapat beberapa komponen yang menyusun cinta, dua di antaranya adalah kepedulian dan tanggung jawab. Berupa tindakan sukarela untuk memenuhi kebutuhan seseorang yang kita cintai. Komponen lainnya adalah rasa hormat (respect), yaitu peka dan menerima kebutuhan, perbedaan, dan keunikan anggota keluarga. Selanjutnya adalah pengetahuan, untuk melihat dan mengamati perkembangan kasih sayang dan cinta yang ada.
Konflik dan Resolusinya
Konflik adalah hal yang sangat wajar terjadi di dalam sebuah keluarga. Faktanya, semakin intim sebuah hubungan, maka peluang munculnya konflik interpersonal akan semakin besar. Nah, konflik ini muncul bisa disebabkan karena adanya perbedaan perspektif dan tujuan. Namun, jangan khawatir, tidak selamanya konflik akan menyebabkan keretakan dan perpecahan. Mengapa demikian?
Di satu waktu, konflik di antara pasangan sangatlah dibutuhkan jika hal tersebut bersifat membangun (Olson & Skogrand, 2011). Dalam penyelesaian konflik, pasangan yang tetap bersama setelah bertengkar akan lebih baik daripada pasangan yang sama sekali tidak pernah bertengkar. Hal ini disebabkan karena pasangan tersebut biasanya tahu bagaimana cara meredakan kemarahan mereka.
Lalu, bagaimana cara berkonflik yang baik dan membangun? Yes, yaitu dengan melihat konflik secara dewasa, dengan cara memaknai serta menghadapi konflik secara dewasa dan tidak kekanak-kanakan. Jika ada yang salah, maka keduanya salah. Tujuannya bukan melihat dan menghakimi siapa yang salah dan siapa yang benar, melainkan saling bekerjasama untuk menemukan solusi. Katakanlah yang sejujurnya tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan, bukan hanya berargumen demi menghindari perselisihan.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Keluarga Sebagai Tiang Negara
Bagaimana penerapan psikologi keluarga dalam kehidupan sehari-hari? Di Indonesia sendiri, menikah adalah hal yang umum dilakukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan. Kesejahteraan seseorang pun dapat dibentuk dari bagaimana hubungan orang tersebut dengan pasangan dan keluarganya di rumah (Day, 2010). Dengan demikian, memiliki keluarga yang sehat dan baik adalah hal yang cukup krusial.
Tahukah kamu, keluarga adalah unit fundamental utama dalam masyarakat. Keluarga yang kokoh dan sehat akan membentuk anggota keluarga yang sejahtera pula. Anggota-anggota keluarga tersebut nantinya akan membaur dengan masyarakat di sekitarnya. Pada akhirnya, masyarakat yang sehat dan sejahtera diwujudkan dari anggota-anggota keluarga yang sejahtera pula. Oleh karena itu, muncul sebuah anggapan di Indonesia bahwa keluarga adalah tiang negara.
Hubungan Anak dan Keluarga
Mayoritas atau sebagian besar perempuan yang menikah akan memiliki anak. Tentunya, setiap ibu ingin memiliki anak yang stabil secara emosional, sosial, dan spiritual. Oleh karena itu, orang tua perlu mempersiapkan faktor-faktor yang mendorong hal tersebut, contohnya faktor ekonomi dan sumber pemasukan. Bertambahnya anggota keluarga tentu akan menimbulkan masalah baru, oleh karena itu perlu dipersiapkan dengan baik.
Sejumlah peneliti dan ahli percaya bahwa keluarga adalah tempat paling baik dan efektif untuk membesarkan anak. Tentunya, dibutuhkan campur tangan kedua pihak orang tua yaitu ayah dan ibu. Anak-anak diharapkan mendapat perhatian yang spesial dari kedua orang tuanya sehingga dapat tubuh dengan sejahtera. Orang tua adalah pemegang keputusan terbaik bagi anak-anaknya.
Baca juga: Pengertian Psikologi, Tujuan, dan Fungsi
Pemahaman Akhir
Psikologi keluarga merupakan mata kuliah yang menarik dan memiliki ruang lingkup yang luas dalam studi psikologi. Mata kuliah ini membahas berbagai aspek dalam kehidupan keluarga, seperti cinta, komitmen, komunikasi, intimasi, resolusi konflik, dan kehidupan keluarga dan perkawinan.
Studi psikologi keluarga memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam memahami kompleksitas kehidupan keluarga. Informasi yang dipelajari membantu mahasiswa dalam membangun dan memperkuat keluarga yang sehat serta menentukan tujuan dalam membangun keluarga di masa depan.
Ruang lingkup psikologi keluarga meliputi komunikasi, komitmen dan intimasi, cinta, konflik, dan resolusi. Komunikasi yang baik menjadi kunci penting dalam membangun hubungan keluarga yang intim dan dekat. Komitmen dan intimasi memainkan peran penting dalam membentuk hubungan yang sehat. Cinta merupakan aspek sentral dalam kehidupan keluarga, yang melibatkan memberikan dan menerima kasih sayang. Konflik dalam keluarga adalah hal yang wajar, namun penting untuk belajar menyelesaikan konflik dengan cara yang membangun.
Penerapan psikologi keluarga dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu membentuk keluarga yang sehat dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dianggap sebagai tiang negara, yang memainkan peran penting dalam membentuk anggota masyarakat yang sejahtera. Hubungan antara anak dan keluarga juga menjadi fokus penting, di mana keluarga merupakan lingkungan terbaik untuk membesarkan anak dengan stabilitas emosional, sosial, dan spiritual.
Dengan pemahaman yang diperoleh melalui studi psikologi keluarga, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan pribadi mereka dan membantu membangun keluarga yang harmonis, kuat, dan bahagia.
Yup, itulah penjelasan lengkap mengenai pengertian, manfaat, ruang lingkup, dan penerapan psikologi keluarga. Dapat kita simpulkan bahwa psikologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku, pikiran, dan perilaku individu-individu di dalam sebuah keluarga. Ternyata, banyak sekali ruang lingkup yang termasuk dalam rumpun ilmu ini, seperti komunikasi, intimasi, dan masih banyak lainnya.
Terima kasih telah membaca artikel ini sampai selesai, semoga bermanfaat buatmu.
Sumber:
Day, R. D. (2010). Introduction to Family Processes 5th Edition. New York: Routledge.
Olson, D. H. J., & Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity, and Strengths 7th Edition. New York: McGraw-Hill.