Teori Kepribadian Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud

Hallo, readers! Artikel kali ini masih dengan tema psikologi yang akan membahas secara detail mengenai teori psikoanalisis. Sebelumnya, mungkin ada beberapa readers yang masih asing mengenai teori psikoanalisis.

Singkatnya, teori psikoanalisis pertama kali dipelopori oleh Sigmund Freud. Salah satu pendapat Freud yang paling terkenal dalam teori psikoanalisi adalah struktur kepribadian manusia yang terdiri dari id, ego, dan superego.

Nah, supaya readers tambah pinter artikel ini akan membahas secara detail tokoh Sigmund Freud dan teori psikoanalisis yang menjadi salah satu teori berpengaruh dalam dunia psikologi.

Biografi Singkat

Sigmund Freud
Sumber : janeb13 dari Pixabay

Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei 1856 dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Sebagai seorang pemuda, Freud memutuskan untuk menjadi seorang ilmuwan yang pada akhirnya membuat Freud memasuki sekolah kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1873.

Freud tamat setelah 8 tahun belajar di Universitas Wina dan tidak pernah berniat untuk membuka praktik dokter. Namun, karena imbalan yang diterimanya kecil sebagai ilmuwan dan kesempatan yang juga terbatas untuk maju secara akademik bagi seorang Yahudi, ditambah dengan kebutuhan-kebutuhan keluarganya yang terus bertambah, maka Freud pada akhirnya membuka praktik private.

Minat Freud pada bidang neurologi pada akhirnya membuat Freud mengambil spesialisasi di bidang perawatan gangguan saraf, salah satu cabang di ilmu kedokteran yang metode penyembuhannya cukup ketinggalan pada abad ke-19. Freud belajar selama satu tahun dengan Jean Charcot, seorang psikiater terkenal asal Prancis.

Jean Charcot menggunakan ilmu hipnosis untuk menyembuhkan pasien dengan histeria. Namun, Freud tidak pernah yakin dengan kemajuran metode tersebut setelah melakukan hipnosis kepada pasien-pasiennya. Setelah itu, Freud mendengar sebuah metode baru dari Joseph Breuer, seorang dokter di Wina yang menggunakan metode dimana pasien disembuhkan dari simtom-simtom dengan cara mengungkapkannya.

Di tahun 1895, Freud dan Breuer berhasil menemukan ‘teknik pengungkapan’  yang mereka anggap efektif untuk menyembukan pasien dengan histeria. Tetapi, Freud dan Breuer memiliki pandangan yang berbeda mengenai peranan faktor seksual dan histeria. Hal ini kemudian membuat Freud bekerja sendirian untuk mengembangkan ide-ide yang menjadi dasar dari psikoanalitik (Hall & Lindzey, 1993).

Teori Psikoanalitik Klasik

Iceberg
Sumber : MoteOo dari Pixabay

Sigmund Freud memandang perkembangan manusia sebagai suatu bentuk dorongan tidak sadar yang memotivasi perilaku manusia. Psikoanalisis sebagai pendekatan terapi yang dikembangkan oleh Freud, digunakan untuk memberikan kesadaran (insight) pasien ke dalam konflik emosi tidak sadar dengna menanyakan pertanyaan yang dirancang agar kenangan yang sudah terkubur lama dapat dikumpulkan kembali (Papalia, Feldman, dan Martorell, 2014).

Dorongan tidak sadar merupakan kontribusi terbesar Freud terhadap teori kepribadian psikoanalisis klasik. Freud menyimpulkan bahwa terdapat tiga macam kehidupan psikis / mental, yaitu: kesadaran (the conscious), ketidaksadaran (the unconcious), dan prasadar (preconscious).

Kesadaran dapat diibaratkan dengan gunung es yang terlihat, sehingga kesadaran adalah bagian kecil dari kepribadian. Sementara itu, ketidaksadaran (the unconcious) merupakan bagian dari permukaan gunung es yang letaknya dibawah permukaan air. Pada bagian ini, terdapat insting-insting yang nantinya akan mendorong perilaku manusia. Sementara itu, prasadar (preconscious) berisi stimulus-stimulus yang belum ditekan sepenuhnya, sehingga dapat dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran (Basuki, 2014).

Struktur Kepribadian

Freud menjelaskan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen utama, yaitu: id, ego, dan superego. Ketiga komponen tersebut memiliki fungsi, sifat, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanisme masing-masing.

Namun, ketiga komponen kepribadian itu saling berinteraksi satu sama lain, sehingga mustahil jika memisahkan ketiga komponen tersebut untuk mengetahui seberapa besar peranan dari masing-masing komponen terhadap perilaku manusia (Hall & Lindzey, 1993).

Id

Id merupakan komponen kepribadian yang asli, tempat dimana ego dan superego berkembang. Id berisi mengenai segala hal yang sudah diwariskan dan telah ada dari sejak lahir, termasuk insting-insting.

Freud juga menyebut id dengan ‘kenyataan psikis yang sebenarnya’ karena id tidak mengenal kenyataan objektif dan hanya merepresentasikan pengalaman batin yang subjektif. Id bekerja dengan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha untuk menghentikan tegangan yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari luar maupun stimulus dari dalam pada tingkat energi yang rendah dan konstan serta menyenangkan.

Ego

Berbeda dengan id, ego dapat membedakan antara pengalaman subjektif (dalam jiwa) dan pengalaman objektif (dunia luar). Hal tersebut yang mendasari prinsip kerja ego atau biasa disebut dengan prinsip kenyataan (reality principle).

Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme yang membutuhkan transaksi dengan dunia luar / dunia objektif. Misalnya, jika seseorang lapar maka ia harus mencari makanan untuk menghilangkan tegangan karena rasa lapar.

Superego

Komponen kepribadian yang terakhir adalah superego. Superego merupakan bentuk internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat seperti memberinya hadiah maupun hukuman.

Baca juga: Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Superego sebagai bentuk dari wewenang moral kepribadian yang memberikan gambaran ideal dan bukan gambaran yang nyata serta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Fokus utamanya adalah membuat keputusan apakah sesuatu hal tersebut salah atau benar. Dengan demikian, seseorang dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dinamika Kepribadian

Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme serta positivisme ilmu pengetahuan pada abad ke-19. Freud memiliki anggapan bahwa organisme manusia sebagai suatu sistem energi kompleks yang mendapatkan energinya dari makanan yang dikonsumsi. Energi tersebut akan digunakan untuk gerakan otot, berpikir, mengingat, bernapas, dll.

Jika seseorang melakukan kegiatan psikologis, seperti berpikir – maka Freud menyebut bentuk energi tersebut adalah energi psikis. Menurut doktrin penyimpanan energi, energi dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, akan tetapi tidak dapat hilang. Maka dapat disimpukan bahwa energi psikis dapat diubah menjadi energi fisiologis, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini, Freud membagi dinamika kepribadian menjadi: insting (jembatan energi fisiologis dan energi psikis) serta kecemasan (Hall & Lindzey, 1993).

Insting

Insting dapat diartikan sebagai perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatik dalam yang dibawa sejak lahir. Wujud psikologis dari insting disebut dengan hasrat, sementara hal yang menyebabkan hasrat tersebut muncul disebut sebagai kebutuhan.

Misalnya, rasa lapar merupakan keadaan fisiologis sebagai tanda dari tubuh kekurangan makanan. Sementara secara psikologis keinginan untuk makan disebut sebagai hasrat. Untuk itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasrat berfungsi sebegai motif bagi tingkah laku (Hall & Lindzey, 1993).

Freud menjelaskan jika insting terdiri dari insting untuk hidup (life instict) dan insting untuk mati (death instinct). Insting untuk hidup mencakup lapar, haus, serta seks. Hal ini merupakan sesuatu yang kreatif, dan disebut dengan libido.

Sementara insting untuk mati adalah kekuatan yang destruktif. Hal tersebut dapat ditujukan kepada diri sendiri, seperti : menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, maupun ditujukan keluar, seperti : agresi (Basuki, 2008).

Kecemasan

Dinamika kepribadian sebagian besar dikuasai oleh keharusan unutk memenuhi kebutuhan-kebutuhan seseorang dengan cara bertransaksi dengan objek-objek di dunia luar. Hal ini dikarenakan lingkungan luar menyediakan makanan bagi organisme yang lapar maupun minuman untuk organisme yang haus.

Namun, perlu diingat jika lingkungan dapat memberikan rasa nyaman maupun rasa sakit. Respon umum dari individu untuk menghadapi rasa takut yang belum siap untuk diatasi adalah kecemasan atau rasa takut. Freud membedakan tiga jenis kecemasan, yaitu: kecemasan realita, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral / perasaan bersalah (Hall & Lindzey, 1993).

Kecemasan objektif atau kecemasan realita merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Sementara itu, kecemasan neurotik adalah kecemasan atau rasa takut akan mendapatkan hukuman jika keinginan yang impulsif diwujudkan. Terakhir, kecemasan moral merupakan kecemasan yang diakibatkan karena seseorang melanggar norma-norma moral (Basuki, 2008).

Perkembangan Kepribadian

Nobel peace prize
Sumber : MoteOo dari Pixabay

Perkembangan kepribadian terjadi sebagai respon atas empat sumber tegangan pokok, yaitu: proses-proses pertumbuhan fisiologis, frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan ancaman-ancaman. Untuk mengatasi sumber-summber tersebut, maka individu akan mempelajari cara-cara untuk mengurangi tegangan.

Dalam hal tersebut terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mengatasi frustasi, konflik, maupun kecemasan, yaitu: identifikasi dan pemindahan.

Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan kemudian dijadikan sebagai bagian tidak terpisahkan dari kepribadian dirinya sendiri. Kebanyakan identifikasi ini terjadi secara tidak sadar. Misalnya, pada waktu kecil anak-anak mengindentifikasi teman sebaya yang dianggap sukses.

Selanjutnya adalah pemindahan yang dapat diartikan sebagai objek asli dari insting yang tidak dapat dicapai karena adanya rintangan, baik dari luar maupun dari dalam yang nantinya akan membentuk objek baru untuk dicapai kembali – kecuali jika terjadi represi yang kuat.

Baca juga: Pengertian Kepribadian dalam Psikologi

Perkembangan kepribadian pada pemindahan memiliki sumber serta tujuan insting yang sama, hanya saja objeknya berubah-ubah. Objek pengganti jarang dapat memberikan kepuasan seperti objek aslinya, maka semakin objek pengganti tersebut berbeda dari objek aslinya – tingkat kepuasan individu juga semakin menurun.

Pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut dengan sublimasi. Misalnya saja, Leonardo da Vinci melukis gambar-gambar Madonna sebagai ungkapan sublimasi kerinduannya akan kasih sayang ibunya yang telah meninggal pada saat Leonardo masih kecil. Namun, karena sublimasi tidak dapat memberikan kepuasan yang sempurna, maka selalu terdapat sisa tegangan / ketidakpuasan (Hall&Lindzey, 1993).

Mekanisme Pertahanan / Self Mechanism

Adanya tekanan kecemasan yang berlebihan, terkadang membuat ego harus menempuh beberapa cara untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Freud menjelaskan cara-cara tersebut sebagai mekanisme pertahanan.

Mekanisme pertahanan memiliki tujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan, baik oleh ego maupun superego. Mekanisme pertahanan juga berfungsi untuk melindungi ego serta superego dari ancaman dorongan primitif yang terus mendesak karena tidak diijinkan oleh super ego. Freud membagi mekanisme pertahanan menjadi sembilan macam, yaitu (Basuki, 2008) :

Represi

Represi dapat terjadi jika seseorang mengalami suatu peristiwa yang bertentangan dengan superego, namun karena bertentangan dengan superego maka peristiwa tersebut ditekan masuk ke dalam ketidaksadaran agar tidak mengancam superego lagi.

Misalnya, seorang pria menyukai seorang wanita yang cantik. Namun, setelah lama diperhatikan ternyata wanita tersebut sudah memiliki suami, maka keinginan tersebut ditekan kedalam ketidaksadaran, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai moral.

Pembentukan Reaksi

Pembentukan reaksi adalah reaksi yang dibentuk merupakan reaksi sebaliknya dari yang dikhendaki, agar tidak bertentangan dengan ketentuan dari superego. Misalnya, seorang ibu sangat membenci anaknya, karena kehadiran anak tersebut sebenarnya tidak diharapkan.

Ibu tersebut sangat ingin membuang anaknya, namun karena hal itu tidak dibenarkan oleh superego maka ibu tersebut justru bertindak sebaliknya, yaitu merawat dan menyayangi anak tersebut hingga dewasa.

Proyeksi

Proyeksi terjadi jika superego melarang seseorang memiliki sikap maupun perasaan yang negatif terhadap orang lain, untuk itu orang tersebut berbuat seolah-olah orang lain yang memiliki perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya.

Misalnya,  Ani membenci Putri karena Putri selalu mendapatkan nilai 100 pada ulangan matematika. Tetapi, hal itu tidak dapat dibenarkan oleh superego, maka Ani mengatakan kepada dirinya atau orang lain bahwa Putri yang membenci Ani.

Penempatan yang salah / displacement

Jika seseorang tidak dapat melampiaskan perasannya terhadap seseorang karena adanya hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan perasaannya terhadap pihak ketiga. Misalnya, Hedy tidak senang dimarahi oleh ibunya. Tetapi Hedy tidak dapat melampiaskan kemarahannya kembali kepada ibunya. Untuk itu, Hedi marah kepada Jane yang merupakan adiknya.

Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang terjadi saat dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego, dicarikan alasan-alasan yang masuk akal sehingga dapat dibenarkan.

Misalnya, seorang ayah memukul anaknya – dimana tindakan tersebut sebenarnya tidak diperbolehkan oleh superego. Namun, ayah tetap memukul anaknya dengan tujuan untuk mendidik anaknya agar memiliki tingkah laku yang lebih baik.

Supresi

Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan superego ke dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan represi, supresi menekan hal-hal yang muncul dari ketidaksadaran.

Misalnya, dorongan seksual anak laki-laki terhadap ibunya (oedipus complex) pada tahap falik, biasanya tidak muncul dalam kesadaran karena bertentangan dengan norma-norma yang ada di masyarakat.

Sublimasi

Adanya dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan superego dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma di masyarakat. Misalnya, hasil korupsi merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan oleh superego dan bertolak belakangan dengan nilai-nilai di agama serta masyarakat.

Agar tidak dianggap sebagai seorang koruptor, maka orang tersebut mengamalkan hasil korupsinya untuk kegiatan sosial, seperti menyumbang anak yatim piatu atau membantu pendirian rumah ibadah.

Kompensasi

Kompensasi merupakan mekanisme pertahanan yang terjadi untuk menutupi kegagalan seseorang dalam suatu bidang atau kelemahan seseorang pada organ fisiknya dengan cara membuat prestasi yang tinggi dalam suatu bidang atau yang berkaitan dengan fisiknya. Dengan demikian, egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri.

Misalnya, terdapat seorang mahasiswa yang tidak cantik sehingga kurang berhasil mendapatkan perhatian dari mahasiswa-mahasiwa dikampusnya. Namun, ia belajar sangat tekun sehingga mendapatkan penghargaan dari kampus. Walaupun mahasiswi tersebut gagal untuk menarik perhatian mahasiswa-mahasiswa dikampusnya, setidaknya mahasiswa-mahasiswa tersebut kagum akan prestasinya.

Regresi

Regresi adalah mekanisme pertahanan yang terjadi untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman ego dengan cara mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih  rendah. Misalnya, seorang anak berusia 20 tahun masih kencing di dalam celana (ngompol).

Tahap-Tahap Perkembangan

Tahapan oral
Sumber : gdakaska dari Pixabay

Pandangan Freud yang tidak kalah penting adalah mengenai tahap-tahap perkembangan psikoseksual. Menurut Freud, setiap individu mempunyai seksualitas anak-anak (infantile sexuality), yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi (Basuki, 2008).

Dorongan atau kenikmatan seksual yang berganti alih dari satu area tubuh ke area tubuh yang lain, misalnya dari mulut ke anus dan kemudian ke organ genital – memiliki pusat kenikmatan atau frustasi yang juga berubah-ubah, dijabarkan dalam 5 tahapan perkembangan psikoseksual dibawah ini (Papalia, Feldman, dan Martorell, 2014) :

Oral (Lahir hingga 12-18 bulan)

Tahapan pertama adalah oral, dimana sumber utama kenikmatan bayi terletak pada sekitar mulut atau kegiatan yang berhubungan dengan mulut. Untuk itu pemberian makanan atau menyusu dapat menjadi sumber kenikmatan utama bagi bayi. Jika pada tahapan ini kebutuhan bayi tidak terpenuhi dengan baik, maka bayi akan tumbuh dewasa menjadi individu yang suka menggigit kuku maupun perokok.

Anal (12-18 bulan hingga 3 tahun)

Tahapan kedua adalah anal, dimana sumber kenikmatan seksual utama terletak pada anus melalui kegiatan menahan maupun mengeluarkan tinja. Pada fase ini, sangat penting mengajarkan kepada anak bagaimana caranya menggunakan toilet dengan baik

Jika pada tahapan ini anak tidak terpenuhi kebutuhannya, maka kemungkinan anak akan tumbuh dewasa menjadi individu yang obsesif terhadap kebersihan atau sangat berantakan, dan cenderung terikat dengan kegiatan rutinitas.

Phallic (3 tahun hingga 6 tahun)

Pada tahapan ketiga, anak menjadi terikat dengan orang tua yang memiliki jenis kelamin berbeda dengan mereka, dan kemudian mereka akan menganggap orang tua dengan jenis kelamin yang sama dengan mereka sebagai saingan – hal ini disebut dengan Oedipus Complex.

Pada fase ini juga, anak akan belajar mengatasi kecemasan mereka karena merasa memiliki saingan dengan cara mengindetifikasi diri mereka dengan orang tua yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan mereka.

Laten (6 tahun hingga masa pubertas)

Pada tahapan keempat, anak memiliki emosi yang relatif tenang serta banyak melakukan eksplorasi intelektual dan sosial. Anak akan mengarahkan energi seksualnya kedalam kegiatan sekolah, hubungan sosial, maupun hobi.

Genital (masa pubertas hingga masa dewasa)

Pada tahapan kelima atau tahapan terakhir, dorongan seksual yang sudah ditekan selama tahap laten kembali muncul dan mengalir ke hubungan sosial yang disetujui oleh masyarakat. Freud menyebut hal ini dengan relasi heteroseksual, yaitu hubungan dengan individu diluar keluarga.

Pemahaman Akhir

Kita membahas teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, salah satu tokoh terkenal dalam dunia psikologi. Teori ini mencakup konsep tentang struktur kepribadian manusia, yaitu id, ego, dan superego, serta prinsip-prinsip yang mengatur interaksi antara ketiga komponen tersebut.

Freud juga menjelaskan mengenai dinamika kepribadian, termasuk dorongan tidak sadar (insting) yang memotivasi perilaku manusia dan kecemasan yang timbul sebagai respons terhadap ancaman dan ketegangan. Selain itu, Freud juga membahas tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual yang melibatkan pergeseran pusat kenikmatan dari satu area tubuh ke area tubuh yang lain.

Artikel ini memberikan pemahaman yang lebih detail tentang konsep-konsep dasar dalam teori psikoanalisis dan mengilustrasikan bagaimana dorongan-dorongan tidak sadar dan interaksi antara komponen kepribadian mempengaruhi perkembangan manusia. Teori psikoanalisis Freud merupakan salah satu pendekatan yang berpengaruh dalam pemahaman dan pengobatan masalah psikologis.

Dalam praktik mengajar, penting bagi dosen untuk memperkenalkan teori-teori psikologi kepada mahasiswa, termasuk teori psikoanalisis. Melalui pemahaman yang mendalam tentang teori ini, mahasiswa dapat mengembangkan wawasan mereka tentang kompleksitas kepribadian manusia dan memahami pengaruhnya dalam konteks psikologi modern.

Bagaimana readers? Setelah membaca artikel diatas, readers tentunya semakin memahami teori psikoanalisis, dimuali dari teori struktur kepribadian, dinamika kepribadian, self-mechanism, hingga tahap perkembangan di teori psikoanalisis.

Baca juga: Yuk Ketahui Intervensi Psikologi

Tidak hanya itu, readers juga mengetahui perjalanan tokoh Sigmund Freud, pelopor dari teori psikoanalisis secara detail. Sampai bertemu di artikel selanjutnya ya!


Sumber:

Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma

Hall, C.S., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian I : Teori-teori Psikodinamik (klinis). Yogyakarta : Kanisius

Papalia, D.E., Feldman, R.D., & Martorell, G. (2014). Perkembangan Manusia. Jakarta : Salemba Humanika

Artikel Terbaru

Avatar photo

Priskila

Memiliki prinsip bahwa setiap orang mempunyai alasannya masing-masing untuk menghasilkan sebuah keputusan atau berperilaku. Hobi menulis yang ditekuninya dari sejak kecil ternyata membuat Priskila semakin komunikatif dalam menulis beragam topik dan berlanjut hingga sekarang. Disamping itu, Priskila juga menjadikan profesi Human Resource sebagai pekerjaan yang ditekuninya hingga saat ini.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *