Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat muslim yang cukup besar di dunia. Namun, tahukah kamu bahwa islam bukan berasal dari negara Indonesia sendiri? Proses islamisasi di Indonesia ini tentunya tidak memakan waktu yang sebentar. Banyak teori yang bermunculan mengenai penyebaran islam di Indonesia.
Nah, untuk mengetahui proses islamisasi di Indonesia, ikuti materi Sejarah Islam di Indonesia berikut ini ya.
Daftar Isi
Masuknya Islam ke Indonesia
Islam tidak datang dan langsung menyebar begitu saja di Nusantara. Berdasarkan salah satu teori, islam datang melalui jalur pelayaran dan perdagangan. Proses penyebaran islam ini dilakukan dengan jalur perdamaian. Oleh karena itu, islam bisa diterima oleh rakyat Indonesia. Maka banyak teori mengenai kedatangan islam di Indonesia, diantaranya:
Baca juga: Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Teori Gujarat
Pendapat mengenai teori ini diajukan oleh para sarjana dari Belanda, seperti Jan Pijnappel, Jean Piere, dan Snouck Hurgronje. Berdasarkan teori tersebut dikatakan bahwa persebaran islam di Indonesia berasal dari wilayah Gujarat atau India. Masuknya islam tersebut dilakukan antara abad ke-7 hingga abad ke-13 M.
Penyebaran tersebut khususnya dilakukan oleh para pedagang. Pendapat ini mengatakan bahwa, letak dari Gujarat yang berada di India bagian barat, dekat dengan laut Arab. Letaknya yang strategis, membuat para pedagang dari Arab bermukim di Gujarat, sehingga juga mempengaruhi kepercayaan di wilayah Gujarat.
Berdasarkan pendapat Pijnapel, yang menyebarkan islam ke Indonesia bukanlah dari Arab secara langsung. Namun, disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Gujarat yang telah menjadi muslim. Pendapat ini didasarkan dari ditemukannya batu nissan Sultan Malik A-Saleh yang wafat pada tahun 1297 M di Aceh (Kemdikbud, 2017:172). Nisan yang ditemukan tersebut memiliki ukiran yang khas Gujarat. Sehingga dari penemuan tersebut, disimpulkan bahwa nissan tersebut diimpor dari wilayah Gujarat atau dibuat oleh rakyat Nusantara yang telah belajar mengenai kaligrafi khas Gujarat.
Teori Persia
Pendapat ini dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat, yang mengatakan bahwa Islam yang ada di Indonesia sekarang ini berasal dari Persia (Iran saat ini). Pendapat ini didasarkan pada persamaan tradisi antara Nusantara dan Persia. Kebudayaan tersebut seperti perayaan 10 Muharram yang dilakukan sebagai hari suci dari para kaum Syiah ata meninggalnya Husein bin Ali.
Teori Arab
Pendapat ini berasal dari Buya Hamka, yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Arab atau Mesir. Selain itu, teori ini juga dicetuskan oleh Anthony H. Johns yang mengatakan bahwa penyebaran islam dilakukan oleh para musafir yang disebut dengan kaumsufi. Pada teorinya, Buya Hamka mengatakan bahwa Gujarat hanya tempat persinggahan sementara para pedagang Arab, sebelum melanjutkan pelayarannya ke Nusantara.
Selain itu, juga terdapat bukti pada kaligrafi yang ditemukan di sebuah batu bersurat dengan bahasa dan huruf Arab. Batu tersebut berisi mengenai meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun (Soekmono, 1973:42).
Pengaruh Islam pada Munculnya Kerajaan
Kamu pasti mengetahui bahwa Kerajaan yang ada di Indonesia ini tidak hanya bercorak Hindu-Buddha saja. Walaupun sebelum masuknya islam Kerajaan di Indonesia memang kebanyakan bercorak Hindu-Buddha. Namun, apakah kamu tau bagaimana islam bisa masuk kedalam kerajaan?
Kerajaan pertama yang diketahui sebagai kerajaan islam terletak di wilayah Sumatera. Hal tersebut diketahui karena wilayah Sumatera letaknya strategis dan berada pada jalur perdagangan dunia, yaitu di Selat Malaka. Dari wilayah Sumatera tersebut maka islam mulai menyebar dan memunculkan kerajaan islam lainnya di Indonesia. Berikut beberapa Kerajaan yang muncul dalam sejarah islam di Indonesia.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini diyakini sebagai kerajaan islam pertama di Indonesia. Munculnya diperkirakan dari proses islamisasi di wilayah pantai yang pernah singgah para pedagang muslim dari wilayah Arab, India, dan Persia. Selain itu, juga dikarenakan Kerajaan Sriwijaya yang mulai mengalami kemunduran (Hutauruk, 2020:11).
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malikul Saleh, yang sebelum menganut islam ia memiliki nama Marah Silu, yang merupakan putra dari bangsawan di Pasai. Gelar sultan yang dimiliki Malikul Saleh diketahui dari berita musafir Venezia pada tahun 1292 yang memiliki nama Marcopolo. Melalui catatan perjalananya, diketahui bahwa Raja Kerajaan Samudera Pasai ini memiliki gelar sultan.
Letaknya yang strategis membuat kerajaan ini menjadi kerajaan maritim dan bandar transit. Sehingga kerajaan ini mampu menggantikan peran Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka. Kehidupan masyarakatnya pun makmur dan karena menjadikan islam sebagai dasar kehidupan sosial, maka kehidupan masyarakatnya hampir sama dengan masyarakat Arab.
Kerajaan Perlak
Kerajaan ini diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-12. Pada awalnya, kerajaan ini bernama Peureulak. Pada kitab Negarakertagama disebut dengan Parlak, dan oleh Marcopolo dalam catatannya disebut dengan Ferlec. Pendiri dari Kerajaan Perlak berasal dari seorang pedagang Arab yang diperkirakan dari suku Qurais. Pedagang tersebut menikah dengan putri keturunan Raja Perlak dan melahirkan seorang anak bernama Sayid Abdul Aziz. Putra tersebutlah yang kemudian menjadi Sultan Perlak yang pertama dengan nama Sultan Alaiddin Syah.
Kerajaan Aceh
Didirkan oleh seorang bernama Mudzaffar Syah pada abad ke-15, yang pusat kerajaan dibangun diatas sisa-sisa Kerajaan Lamuri. Puncak kejayaan dari kerajaan ini adalah pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, ia memiliki armada tentara yang begitu kuat, Kerajaan ini bisa menguasai separuh lebih dari wilayah Sumatera (Soekmono, 1973:63).
Kerajaan Aceh perekonomianya menitik beratkan pada sektor perdagangan. Sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekkah, dikarenakan masuknya islam ke Indonesia dari wilayah paling barat dati pulau Sumatera.
Selain munculnya kerajaan di wilatah Sumatera, juga bermunculan kerajaan islam di berbagai wilayah di Nusantara.
Baca juga: Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Peninggalan Sejarah Islam
Munculnya kerajaan islam di Nusantara juga meninggalkan banyak bukti sejarahnya. Bukti sejarah tersebut biasanya dalam bentuk peninggalan sejarah. Berbeda dengan kerajaan masa Hindu-Budha yang meninggalkan peninggalan dalam bentuk prasasti dan candi. Pada masa kerajaan islam meninggalkan bukti sejarah islam di Indonesia dalam bentul lainnya, sebagai berikut:
Masjid
Sebagai sebuah kepercayaan, pasti memiliki tempat untuk melakukan ibadahnya. Dalam islam, tempat tersebut disebut dengan masjid. Islam yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia, memiliki banyak masjid yang menjadi ikon penyebaran islam. Beberapa masjid tersebut ialah:
- Masjid Agung Demak
Merupakan masjid tertua di Indonesia. Keberadaannya ada di Kampung Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dianggap sebagai tempat berkumpulnya para wali. Pendiri dari masjid ini sendiri ialah Raden Patah, yang merupakan raja pertama di kesultanan Demak.
- Masjid Gedhe Kauman
Merupakan masjid raya dari kesultanan Yogyakarta. Lokasinya berada di sebelah barat alun-alun Keraton Yogyakarta. Masjid ini didirikan oleh Hamengku Buwono I, dengan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya.
- Masjid Ampel
Berlokasi di Ampel, Kota Surabaya. Dibangun pada tahun 1412 oleh Sunan Ampel. Pada sekitar komplek masjid juga terdapat makam dari Sunan Ampel. Pada sekelilingnya terdapat bangunan dengan arsitektur Arab dan Tiongkok.
- Masjid Raya Baiturrahman
Merupakan bangunan yang berada di Aceh. Didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada abad tahun 1612 M. Arsitekturnya mirip dengan Taj Mahal di India.
Istana dan Keraton
- Keraton Yogyakarta
Disebut juga sebagai Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Berlokasi di Yogyakarta, dan dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I. Berdasarkan (Kratonjogja.id), pembangunannya dimulai pada tanggal 9 Oktober 1755, dengan proses pembangunan yang hampir satu tahun.
Berdasarkan kisah dari masyarakat, keraton ini dibangun dari bekas pesanggrahan dengan nama Garjitawati yang digunakan sebagai tempat istirahat iring-iringan jenazah para raja Kesultanan Mataram. Namun, kisah lainnya menceritakan bahwa lokasinya ini dulunya adalah sebuah mata air yang disebut Umbul Pacethokan.
- Keraton Surosowan
Merupakan peninggalan islam yang ada di wilayah Banten. Keraton ini didirikan pada tahun 1522-1526. Pembangunan keraton ini dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, yang oleh masyarakat dikenal sebagai pendiri kesultanan Banten. Pada masa berikutnya, keraton ini direnovasi bahkan melibatkan arsitektur dari Belanda yang memeluk agama islam. Arsitektur ini kemudian diberi gelar Pangeran Wiraguna.
- Istana Maimun
Merupakan istana dari kesultanan Deli. Bangunan ini Adalah salah satu ikon penting dari Kota Medan, Sumatera Utara. Pembangunan istana ini dilakukan pada 26 Agustus 1888 oleh Mahmud Al Rasyid yang merupakan Sultan Deli. Didesain oleh arsitek dari Italia. Luas dari istana ini mencapai 2.772 M2, dan pada bagian depan istana terdapat masjid Al-Mashun atau disebut juga masjid Raya Medan.
- Keraton Surakarta Hadiningrat
Merupakan istanan milik kesultanan Surakarta. Dibangun pada masa Susuhunan Pakubuwana II pada tahun 1744 untuk menggantikan keraton Kartasura yang hancur setelah peristiwa geger pecinan.
Pemakaman
Pemakaman yang menjadi peninggalan sejarah islam di Indonesia adalah Pemakaman Imogiri. Disebut juga sebagai pesarean Imogiri atau Pajimatan Girirejo Imogiri. Letaknya ada di Yogyakarta, dan dianggap sebagai pemakaman yang suci dan kramat oleh penduduk sekitar. Pemakaman ini digunakan sebagai makam dari para raja dan keluarga Kesultanan Mataram. Didirikan pada masa Sultan Mataram III, yaitu Prabu Hanyokrokusumo pada tahun 1632.
Sastra
- Hikayat Amir Hamzah, merupakan sajak melayu yang berasal dari islam Parsi. Mengisahkan mengenai Amir Hamzah dalam melakukan dakwahnya untuk menyebarkan agama islam. Hikayat ini sangat terkenal dikalangan Bangsa Melayu. Dan biasanya akan dibaca para prajurit yang akan berperang sehingga bisa menimbulkan semangat. Karena terkenal, sajak ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di Nusantara, sajak ini diterjemahkan dalam bahasa Jawa, Bali, Sunda, Palembang, Sasak, dan Aceh.
- Hikayat Hang Tuah, merupakan karya klasik sastra Melayu. Sajak ini mengisahkan mengenai Hang Tuah yang merupakan laksamana terkenal pada masa Kesultanan Malaka.
- Sjair Abdoel Moeloek, merupakan syair yang dibuat pada tahun 1847. Berdasarkan beberapa sumber, syair ini ditulis oleh Raja Ali Haji atau putrinya yang bernama Saleha. Isi dari syair ini sendiri adalah mengenai seorang wanita yang menyamar sebagai pria untuk membebaskan suaminya yang merupakan seorang tawanan dari Sultan Hidustan.
Baca juga: Manusia Purba di Indonesia
Budaya Masyarakat
- Grebeg Besar Demak, merupakan peninggalan islam dalam bentuk acara tradisional dari Kesultanan Demak. Tradisi ini diadakan setiap tahun pada 10 Dzulhijah (Idul Adha). Kegiatan ini biasanya dimeriahkan dengan kirap budaya yang dilakukan hingga pendopo Demak hingga makam Sunan Kalijaga. Grebeg Besar Demak ini merupakan bagian dari cara para wali untuk menyebarkan agama islam, sehingga pada setiap acaranya pada masa itu disisipi dengan syiar-syiar agama islam.
- Tabuik, merupakan perayaan bulan Asyura untuk memperingati gugurnya Imama Husein yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Upacara melarungkan tabuik ke laut ini diperkenalkan oleh pasukan Tamil Muslim Syi’ah yang berasal dari India.
Bentuk Akulturasi Islam di Nusantara
Dalam penyebaran islam di Nusantara, meninggalkan banyak bukti peninggalan bersejarah. Namun peninggalan tersebut tentunya tidak langsung diterima begitu saja oleh masyarakat. Untuk menyebarkan islam di Nusantara, maka salah satu caranya ialah melalui adat dan kebudayaan masyarakat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi kebudayaan antara budaya lokal dan budaya islam.
Hasil dari proses akulturasi antara kebudayaan pra-islam dan islam tidak hanya berbentuk benda saja namun juga dalam pola hidup dan kebudayaan non-fisik yang lainnya. Berikut bentuk akulturasi antara budaya lokal dan islam.
Seni Bangunan
Akulturasi pada seni bangunan bangunan pada sejarah islam di Indonesia, terutama terlihat pada bentuk masjid, menara, dan makam. Pada bangunan masjid, bentuk akulturasinya terlihat dari arsitekturnya. Bangunan masjid kuno ini memiliki ciri khas yang sangat menonjolkan unsur akulturasi, yaitu:
- Atap memiliki bentuk tumpang atau bersusun, yang semakin ke atas maka semakin kecil. Bentuk atap ini biasanya disebut dengan bentuk meru. Bentuk ini disesuaikan dengan budaya masyarakat. Pada masa pra-islam banyak masyarakat yang menganut kepercayaan Hindu, dan telah menjadi tradisi dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam menyebarkan islam dan untuk menarik masyarakat maka atap masjid dibuat dengan bentuk meru.
- Pendirian masjid ini umumnya berdekatan dengan Istana Kerajaan dan makam para wali. Sehingga ada beberapa masjid yang dianggap keramat. Pada bentuk bangunan makam juga mengalami akulturasi antara budaya islam dan pra-islam. Konsep makam yang ada diatas bukit merupakan bentuk dari akulturasi dengan budaya lokal. Pada makam yang paling atas dianggap sebagai yang paling dihormati. Misalnya saja makam Sunan Gunung Jati, makam Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Seni Ukir
Pada masa islam, perkembangan seni ukir, patung, ataupun seni dalam melukis dalam bentuk makhluk hidup tidak diperbolehkan. Sehingga mulai berkembang seni hias dan seni ukir dalam bentuk tumbuhan, serta muncul pula seni kaligrafi dengan huruf Arab. Pada bangunan islam banyak seperti pada bagian pintu masuk, gapura, atau pada tiang-tiang bangunan memiliki bentuk ukiran-ukiran.
Aksara dan Seni Sastra
Pada bidang aksara, banyak tulisan Arab yang mulai masuk ke Nusantara dan kemudian digunakan pada kaligrafi. Selain itu juga terdapat akulturasi antara sastra islam dan pra-islam, seperti:
- Hikayat, yang merupakan karya sastra yang berisi cerita sejarah. Beberapa hikayat yang terkenal antara lain ialah Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja- Raja Pasai, Hikayat, Hikayat 1001 Malam, dan lainnya.
- Babad, yang isinya merupakan campuran antara fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan. Babad yang terkenal di Nusantara, misalnya saja babad Tanah Jawi, Babad Mataram, dan lainnya.
- Syair yang merupakan perkataan dari Arab untuk menyebut karya satra yang berupa sajak yang terdiri dari empat baris pada tiap baitnya. Salah satu contoh syair yang begitu tua ialah pada batu nisan makam putri pasai yanng ada di Minye Tujoh (Kemdikbud, 2017:247).
- Suluk, merupakan karya sastra yang berbentuk kita dengan isinya yang menjelaskan soal tasawufnya. Beberapa contoh suluk diantaranya ialah Suluk Wujid, Suluk Sukarsa, dan lainnya.
Kesenian
- Permainan Debus, merupakan sebuah tarian yang pada puncak acaranya para penari akan menusukkan benda tajam ke dalam tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat Al-Quran dan slawat nabi. Tarian ini terdapat di wilayah Banten dan Minagkabau.
- Seudati, merupakan sebuah taria dari Aceh. Tarian ini dimainkan oleh delapan orang, dan para pemain ini akan menyanyikan lagu yang berisi salawat nabi.
- Wayang, yang pada masa awal islam juga digunakan untuk menyebarkan agama islam.
Kalender
Sistem penanggalan islam di Nusantara salah satunya ialah yang diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit perubahan pada nama bulan dan tahun saka. Seperti Muharram diganti dengan Sura dan Ramadhan diganti dengan pasa.
Masih banyak bentuk akulturasi abtara masa pra-islam dengan islam, seperti selamatan, kenduri, tata cara pemakaman, dan lainnya.
Baca juga: 9 Peninggalan Kerajaan Kutai
Pemahaman Akhir
Proses islamisasi di Indonesia merupakan peristiwa yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama dan melibatkan berbagai teori mengenai penyebaran agama Islam di wilayah Nusantara. Islam tidak berasal dari Indonesia sendiri, namun datang melalui jalur perdagangan dan pelayaran, dengan proses penyebaran yang dilakukan melalui jalur perdamaian.
Beberapa teori tentang kedatangan Islam di Indonesia antara lain Teori Gujarat, Teori Persia, dan Teori Arab. Masing-masing teori tersebut menyatakan bahwa Islam di Nusantara datang dari wilayah-wilayah yang berbeda.
Penyebaran Islam di Indonesia diikuti oleh munculnya kerajaan-kerajaan Islam di berbagai wilayah. Kerajaan Samudra Pasai di Aceh dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Selanjutnya, muncul pula Kerajaan Perlak, Kerajaan Aceh, dan kerajaan-kerajaan lainnya.
Peninggalan sejarah Islam di Indonesia sangat kaya dan beragam. Peninggalan tersebut meliputi masjid-masjid bersejarah seperti Masjid Agung Demak, Istana dan Keraton seperti Keraton Yogyakarta, makam-makam seperti Pemakaman Imogiri, dan berbagai bentuk seni, sastra, dan kesenian seperti Hikayat, syair, dan tarian tradisional.
Akulturasi budaya lokal dengan Islam juga menjadi hal penting dalam proses islamisasi di Indonesia. Bentuk akulturasi ini terlihat pada seni bangunan masjid, seni ukir, aksara dan sastra, serta kesenian tradisional. Akulturasi tersebut menciptakan bentuk-bentuk seni dan budaya yang unik di Indonesia, yang menggabungkan unsur-unsur Islam dengan budaya lokal.
Proses islamisasi di Indonesia telah memberikan pengaruh yang mendalam pada sejarah dan budaya masyarakat Indonesia. Islam menjadi salah satu agama dominan di Indonesia dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Peninggalan sejarah Islam yang kaya menjadi bukti sejarah pentingnya peran Islam dalam membentuk identitas dan keberagaman Indonesia sebagai negara dengan masyarakat muslim yang besar di dunia.
Nah, itu tadi adalah sekilas mengenai sejarah islam Nusantara. apakah kamu mulai memiliki gambaran bagaimana masuk dan berkembangnya islam di Nusantara?Semoga melalui artikel ini kamu bisa menambah wawasanmu mengenai sejarah islam di Indonesia. Jangan lupa untuk terus membaca dan selamat belajar!
Sumber Rujukan:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi Revisi). 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius
Hutauruk, A., F. 2020. Sejarah Indonesia: Masuknya Islam hingga Kolonialisme. Medan: Yayasan Kita Menulis