Mengenal Suku Mandar

Dari sekian banyaknya suku yang ada di Indonesia, suku Mandar tergolong sebagai salah satu suku yang menyimpan banyak keunikan dan keberagaman yang patut untuk dikenali lebih lanjut.

Suku yang kebanyakan menempati wilayah Sulawesi Barat ini mempunyai sejarah menarik tersendiri hingga bisa masuk ke Nusantara. Selain itu, kebudayaan dari suku Mandar juga tidak kalah menarik untuk diketahui. Penasaran dengan segala seluk beluk suku Mandar tersebut? Mari simak uraian penjelesannya berikut ini.

Sejarah Suku Mandar

Sejarah Suku Mandar
Sumber: id.wikipedia.org

Nama Mandar sebenarnya merujuk pada 2 makna yaitu tanah Mandar dan penduduk Mandar (suku Mandar). Namun, dilihat dari asal mulanya, nama Mandar berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat yang jarang penduduknya.

Baca juga: 13 Suku di Pulau Sulawesi

Dimulai pada akhir abad 16 dan awal abad 17, suku Mandar mulai menyatukan diri untuk menjadi sebuah etnis yang besar yang terdiri dari 17 kerajaan. Apabila diperinci, 17 kerajaan tersebut terbagi menjadi 7 kerajaan hulu (Pitu Ulunna Salu), 7 kerajaan muara (Pitu Bab’bana Binanga), dan 3 kerajaan Kakaruanna Tiparittiqna Uhai.

7 kerajaan hulu atau Pitu Ulunna Salu diantaranya 1) Kerajaan Rante Bulahang, 2) Kerajaan Aralle, 3) Kerajaan Tabulahan, 4) Kerajaan Mambi, 5) Kerajaan Matangnga, 6) Kerajaan Tabang, 7) Kerajaan Bambang.

Lalu, 7 kerajaan muara atau Pitu Baqbana Binanga terdiri dari, 1) Kerajaan Balanipa, 2) Kerajaan Sendana, 3) Kerajaan Banggae, 4) Kerajaan Pamboang, 5) Kerajaan Tapalang, 6) Kerajaan Mamuju, 7) Kerajaan Benuang. Sementara itu, untuk 3 kerajaan Kakaruanna Tiparittiqna Uhai terdiri dari 1) Kerajaan Allu, 2) Kerajaan Tuqbi, dan 3) Kerajaan Taramanuq.

Diketahui kerajaan-kerajaan yang ada di Mandar telah melahirkan banyak tokoh pejuang yang berhasil mempertahankan tanah Mandar dari penjajahan Belanda. Saat ini, wilayah Mandar yang dulunya menjadi bagian dari Sulawesi Selatan telah menjadi bagian dari Sulawesi Barat sejak tahun 2004.

Kebudayaan Suku Mandar

Kebudayaan Suku Mandar
Sumber: masalembo.com

Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa memegang peranan penting dalam suatu masyarakat. Tidak terkecuali pada masyarakat suku Mandar. Diketahui masyarakat Mandar mempunyai bahasa tersendiri yang dijuluki dengan bahasa Mandar.

Meskipun belum diketahui secara jelas kapan bahasa Mandar mulai digunakan sebagai bahasa keseharian mereka, namun beberapa sumber mengatakan jika bahasa Mandar sudah ada sejak awal masyarakat Mandar mendiami wilayah Mandar.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penggunaan bahasa Mandar dalam lontar Mandar  di abad 15. Hingga saat ini, bahasa Mandar juga masih aktif digunakan oleh masyarakat setempat, bahkan juga digunakan di wilayah lain seperti Mamasa, Mamuju, Majene, dan Polmas.

Selain bahasa Mandar yang masih terus dilestarikan, beberapa kebudayaan berupa perayaan adat juga masih sering diselenggarakan oleh suku Mandar. Beberapa diantaranya adalah mappande sasi’ (ritual untuk menolak bencana dan musibah selama melakukan aktivitas melaut),  sayyang pattudu (syukuran untuk acara khatam Al Qur’an), dan passandeq (berlayar dengan perahu sandeq).

Masih ada beberapa kebudayaan lain dari suku Mandar seperti pakaian adat yang bernama pattuqduq towaine, rumah adat boyang, dan makanan khas yang berupa pandeangang peapi, banggulung tapa, dan lainnya. Macam-macam kebudayaan yang dimiliki oleh suku Mandar tersebut menunjukkan jika masyarakat suku Mandar juga kaya akan kebudayaan dan ikut mewarnai keberagaman yang ada di Indonesia.

Baca juga: Rumah Adat Sulawesi Barat Serta Penjelasannya

Kepercayaan dan Mata Pencaharian Suku Mandar

Saat ini, 95% masyarakat suku Mandar adalah penganut agama Islam dan 5%nya adalah penganut agama Kristen. Namun, jauh sebelum agama Islam masuk, masyarakat suku Mandar di wilayah Pitu Ulunna Salu menganut falsafah Pemali Appa Randanna. Sementara itu, di wilayah Pitu Ba’bana Binanga, dulunya begitu mengagungkan ritual seperti Mappasoro atau menghanyutkan sesaji di sungai dan mattula bala’ atau menyiapkan sesaji untuk menolak terjadinya musibah.

Baca juga: Pakaian Adat Sulawesi Barat

Pemahaman Akhir

Suku Mandar memiliki sejarah yang menarik dan unik dengan terbentuknya 17 kerajaan yang menyatukan diri menjadi sebuah etnis besar. Seiring waktu, banyak tokoh pejuang dari suku Mandar yang berhasil mempertahankan tanah Mandar dari penjajahan Belanda.

Selain sejarahnya, kebudayaan suku Mandar juga kaya dan memiliki ciri khas yang patut untuk dikenali lebih lanjut. Bahasa Mandar merupakan bahasa keseharian mereka dan telah digunakan sejak zaman dahulu, bahkan hingga saat ini bahasa ini masih aktif digunakan oleh masyarakat setempat.

Kebudayaan suku Mandar juga terlihat dalam berbagai perayaan adat seperti mappande sasi’, sayyang pattudu, dan passandeq. Selain itu, pakaian adat, rumah adat, serta makanan khas juga merupakan bagian dari kebudayaan yang melekat dalam kehidupan mereka.

Suku Mandar juga memiliki keberagaman dalam kepercayaan agama, dimana saat ini mayoritas penganut agama Islam, namun sebelumnya, mereka juga memiliki kepercayaan dan ritual tersendiri seperti Pemali Appa Randanna dan Mappasoro.

Keragaman budaya dan kepercayaan suku Mandar menjadi salah satu contoh kekayaan budaya Indonesia yang patut kita kenali dan lestarikan. Keberagaman suku dan budaya di Indonesia adalah salah satu kekayaan bangsa yang harus dijaga dan dipelihara agar tetap lestari dan menjadi bagian penting dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia.

Dari segi mata pencaharian, secara umum, suku Mandar bekerja sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan masyarakat suku Mandar begitu mengagungkan laut dan menganggap jika melaut adalah bukti penyatuan diri dengan laut.


Sumber:

Annisa, N., Sewang, A. M., & Wahyudin, G. (2020). Tradisi Mappande Sasi’ di Dusun Tangnga-Tangnga Kabupaten Polewali Mandar (Studi Budaya Islam). Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 8(2), 145-156.

Azizah, Z. (2018). Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Mandar. Diakses pada 12 Juni 2021, dari 50detik.com.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *