Tumbuhnya Semangat Kebangsaan Rakyat Indonesia

Hai teman-teman! Kita tau ya bahwa penjajahan yang sangat merugikan rakyat, membuat berbagai bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah di berbagai daerah muncul. Contohnya saja seperti perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dan yang lainnya.

Namun perlawanan di daerah-daerah ini belum berhasil karena belum adanya semangat kebangsaan yang tumbuh. Lalu bagaimana kesadaran atau semangat kebangsaan, pada akhirnya tumbuh pada rakyat Indonesia? Kamu bisa membaca uraiannya di bawah ini!

Terbentuknya Kesadaran Nasional

terbentuknya kesadaran nasional
Sumber: crysia . on Unsplash

Pelaksanaan Politik Etis

Golongan liberal di Belanda mendapat dukungan besar dari kalangan masyarakat, sehingga terjadi perubahan politik di negeri Belanda. Golongan liberal juga mendesak agar pemerintah Belanda meningkatkan taraf hidup penduduk wilayah jajahan.

Politik etis atau politik balas budi muncul setelah Ratu Belanda mengatakan bahwa Belanda akan mengusahakan kemakmuran penduduk Hindia Belanda, dalam pidatonya tahun 1910.

Baca juga: Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan

Tujuan Politik Etis

  • Edukasi; menyelenggarakan pendidikan.
  • Irigasi; membangun sarana dan jaringan pengairan.
  • Transmigrasi/imigrasi; mengorganisasi perpindahan penduduk.

Timbulnya Elite Nasional (Kaum Terpelajar Pribumi)

Pelaksanaan politik elit menjadi kemajuan di bidang pendidikan bagi Bangsa Indonesia. Diselenggarakannya pendidikan telah melahirkan golongan cerdik pribumi melalui sekolah-sekolah yang didirikan seperti:

  • HIS (Holands Inlandsche School)

Sekolah yang diperuntukkan bagi golongan atas keturunan Indonesia asli. Sedangkan untuk golongan kelas bawah disediakan sekolah kelas dua.

  • Pendidikan Tingkat Menengah

Diantarany MULO atau Meer Uiterbreit Ondewijs, AMS atau Algemene Middlebared School dan HBS atau Hogere Burger School.

  • Pendidikan Tinggi

Diantaranya Pendidikan Tinggi Teknik (Koninklijk Institut or Hoger Technisch Ondewijs in Netherlands Indie), Sekolah Tinggi Hukum (Rechshool).

Latar Belakang Pembentukan Organisasi Pergerakan Nasional

Sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16, bangsa Indonesia telah melakukan perlawanan tetapi masih menemui kegagalan.

Faktor Kegagalan Perjuangan Bangsa Indonesia

  • Perjuangan bersifat kedaerahan.
  • Perlawanan tidak dilakukan serentak.
  • Masih bergantung kepada pemimpin. Jika pemimpin ditangkap, perlawanan berhenti.
  • Kalah dalam persenjataan.
  • Belanda menerapkan politik adu domba.

Pada tanggal 20 Mei 1908 kaum terpelajar mendirikan wadah perjuangan dengan nama Budi Utomo yang menandai lahirnya masa pergerakan nasional. Setelah Budi Utomo juga banyak organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya mulai bermunculan.

Ciri-ciri Organisasi Pergerakan Nasional

  • Bersifat kebangsaan (nasional).
  • Menggunakan sistem organisasi demokratis, modern dan tidak terpusat pada pemimpin.
  • Didirikan oleh kaum terpelajar yang memiliki pemikiran jauh ke depan dan pandangan luas.
  • Bentuk perjuangan melalui gerakan sosial, ekonomi dan pendidikan.

Faktor Internal Pendorong Pergerakan Nasional

  • Penderitaan yang berkepanjangan.
  • Lahirnya golongan cendikiawan.
  • Kenangan kejayaan pada zaman Sriwijaya dan Majapahit di masa lampau yang pernah dialami bangsa Indonesia.

Faktor Eksternal Pendorong Pergerakan Nasional

  • Kemenangan Jepang atas Rusia 1905.
  • Kebangkitan nasional negara-negara tetangga.
  • Pengaruh masuknya paham-paham baru seperti demokrasi dan nasionalisme.

Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional

Pers adalah sarana yang sangat penting dalam menyebarluaskan informasi. Media pers memiliki andil besar dalam menyebarluaskan suara nasionalisme Indonesia, pada masa itu berupa surat kabar dan majalah.

Pers yang ada pada masa itu, antara lain:

  • Darmo Kondo

Dikelola oleh Budi Utomo

  • Oetoesan Hindia

Dikelola oleh Sarekat Islam.

  • Het Tijdschrift dan De Expres

Diterbitkan oleh Indische Partij.

  • Surat Kabar Mataram

Banyak mengangkat tulisan tentang pendidikan, seni budaya, penderitaan dan penindasan rakyat serta perkembangan pergerakan nasional. Suwardi Suryaningrat banyak menulis untuk surat kabar ini.

  • Majalah Hindia Putra

Diterbitkan tahun 1916 oleh Indische Veneerniging, yaitu organisaasi mahasiswa Indonesia di Belanda. Tahun 1924, namanya diubah menjadi Indonesia Merdeka.

  • Majalah Indonesia Merdeka

Berperan menyebarkan cita-cita mencapai kemerdekaan dan memperkuat cita-cita kesatuan dan persatuan Indonesia. Beredar di Belanda, Jerman, Perancis, Mesir, Malaya dan Indonesia. Tahun 1930, Belanda melarang peredarannya di Indonesia.

Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Budi Utomo

Melalui gagasan bahwa pendidikan harus diperluas untuk mewujudkan masyarakat yang maju, Dokter Wahidin Sudirohusodo memprakarsai pembentukan Budi Utomo.

Tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres di Yogyakarta, dengan keputusan:

  • Tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
  • Bergerak di bidang pendidikan sebagai pusat pergerakan.
  • Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat pergerakan.
  • Wilayah pergerakan terbatas di Jawa dan Madura.

Tahun 1915, kegiatan Budi Utomo mulai bergerak di bidang politik. Kegiatan politik yang dijalankan adalah sebagai berikut:

  • Mengikuti Komite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) dari Indonesia.
  • Ikut mengusulkan dibentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). Suryokusuma ikut duduk dalam Volksraad.
  • Mewujudkan pemerintahan parlemen berdasarkan kebangsaan melalui perencanaan program politik.
  • Bergabung dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia).
  • Tahun 1935, bergabung dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) menjadi Partai Indonesia Raya (Parinda).

Sarekat Islam

Adalah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan dan keagamaan, serta bergerak pada bidang politik.

Didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta tahun 1911 dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan tujuan memperkuat persatuan perdagangan pribumi agar mampu bersaing dengan pedagangan asing. Tanggal 10 September 1912, SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI)

Pertimbangan Penggantian Nama

  • Memperluas ruang gerak, tidak terbatas dalam masalah perdagangan tetapi juga pada bidang pendidikan dan politik.
  • Anggota pergerakan tidak terbatas pada pedagang, tetapi juga kaum Islam pada umumnya.

Tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan kongres pertama di Surabaya, dengan keputusan sebagai berikut.

  • SI tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda dan bukan partai politik.
  • Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.
  • O.S Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
  • Kongres kedua diadakan di Surakarta, dimana hanya terbuka bagi rakyat.

Tanggal 17-24 Juni 1916, kongres ketiga diadakan di Bandung yang menjadi permulaan kiprah politik SI. Ditandai dengan cita-cita SI untuk menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat.

Tahun 1917, kongres keempat diadakan di Jakarta. SI menegaskan ingin membangun pemerintahan sendiri. SI mendesak pemerintah membentuk Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat) dan mencalonkan Abdul Muis dan H.O.S Tjokroaminoto sebagai wakil SI di Volksraad.

Tahun 1921, SI pecah menjadi dua akibat masuknya paham sosialis ke tubuh SI.

  • SI Sayap Kanan atau SI Sayap Putih

Berpusat di Yogyakarta dengan berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya H.O.S Tjokroaminoto, H. Agus Salim dan Surya Pranoto.

  • SI Sayap Kiri atau SI Sayap Merah

Berpusat di Semarang dengan berhaluan sosialis kiri (komunis) yang nantinya berubah menjadi PKI.

Tahun 1923, kongres ketujuh dilaksanakan di Madiun. Untuk menghapus kesan pengaruh sosialisme kiri, SI mengganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Tahun 1929, PSI diganti lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

Muhammadiyah

Adalah organisasi berasaskan Islam dengan haluan nonpolitik yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuannya untuk mewujudkan umat Islam yang cerdas dan berwawasan kebangsaan.

Tahun 1918, kaum wanita Muhammadiyah mendirikan Aisyah, dengan kegiatan yang hampir sama dengan Muhammadiyah, yaitu bergerak di bidang pendidikan, sosial dan budaya.

Muhammdiyah kemudian mendirikan lembaga pendidikan dan sosial, masjid, penerbitan, dan mengadakan berbagai bentuk pertemuan yang membahas masalah islam. Muhammadiyah memiliki cabang di seluruh Nusantara dan berperan penting dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

Indische Partij (IP)

Adalah organisasi pergerakan nasional Indonesia pertama, yang bergerak di bidang politik secara terbuka. Berdiri pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung, oleh Douwes Dekker (ketua), dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi (wakil ketua) atau yang ketiganya dikenal sebagai tiga serangkai.

Organisasi ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasionalisme serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.

Langkah-langkah untuk menyukseskan Indische Partij

  • Meresapkan cita-cita kesatuan nasional Indoensia.
  • Memberantas ketimpangan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
  • Menghilangkan usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antar-agama.
  • Memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia) di pemerintahan.
  • Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat rakyat dengan ekonomi lemah.

Perhimpunan Indonesia (PI)

Berdiri di Belanda pada tahun 1908 dengan nama awal Indische Vereeniging. Dipelopori oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda seperti R.P. Sosro Kartono, R.M. Noto Suroto, Notodiningrat, R. Husein Djoyodiningarat, Sultan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.

Tahun 1922, Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesia Vereeniging. PI yang pada mulanya bergerak di bidang sosial, kemudian merambah ke politik melalui majalah Hindia Putra.

Tahun 1924, Indonesia Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) dan mengganti nama majalah mereka menjadi Indonesia Merdeka.

Pada bulan September 1927, Belanda menangkap dan mengadili tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia diantaranya Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamidjoyo, dan Abdul Madjid Djojodiningrat.

Moh. Hatta mengajukan pembelaan dengan judul Indonesia Merdeka (Indonesia Vrij) Dalam pengadilan di Den Haag di bulan Maret 1928. Keempatnya kemudian dibebaskan, namun kegiatan Perhimpunan Indonesia tetap diawasi Belanda.

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Paham komunis dibawa oleh H.J.F.M. Sneevliet, yang bekerja di sebuah surat kabar di Semarang. Sneevliet mendirikan Indische Social Democraties The Vereeniging (ISDV), partai berhaluan komunis yang ternyata kurang mendapat respon dari masyarakat. Sehingga penyebarluasan pengaruh dilakukan dengan menyusupi organisasi-organisasi seperti Sarekat Islam.

Tanggal 23 Mei 1920, dibentuk Partai Komunist Hindia yang kemudian diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada tanggal 16 Desember 1926, PKI melakukan pemberontakan di berbagai tempat di Pulau Jawa, tetapi berhasil diredam pemerintah Hindia Belanda. Tanggal 1 Januari 1927, PKI melakukan pemberontakan selama tiga hari, sebelum dapat diredam oleh pemerintah Hindia Belanda.

Nahdlatul Ulama (NU)

Didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926. NU bergerak di bidang keagamaan, sosial dan budaya, serta pendidikan, dengan tujuan menegakkan syariat agama Islam berdasarkan Mazhab Syafi’i dan mencerdaskan umat Islam.

NU juga bergerak di bidang politik, dengan mendorong rakyat untuk mendapatkan kemerdekaan. Tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, NU menyatakan sebagai organisasi sosial politik.

Partai Nasional Indonesia (PNI)

Didirikan oleh Ir. Soekarno, Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskaq Cokroadisuryo, Mr. Sunaryo, M. Budiarto, dan dr. Samsi dengan nama awal Perserikatan Nasional Indonesia pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung.

Pada kongres pertama, nama organisasi ini diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuannya adalah mencapai Kemerdekaan Indonesia menggunakan usaha sendiri. Ideologi yang dianut adalah marhaenisme, bersifat mandiri dan nonkooperatif.

Dalam kongres di Surabaya tahun 1928, program kegiatan yang berhasil disusun, antara lain.

Bidang Politik

  • Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan.
  • Memperkuat hubungan dengan bangsa-bangsa Asia yang masih terjajah (Pan Asianisme).
  • Menuntut kebebasan pers, berserikat, dan warga negara.
  • Menyebarkan pengetahuan sejarah nasionalisme untuk mengembangkan nasionalisme.

Bidang Ekonomi

  • Membantu pengembangan perdagangan nasional, perindustrian dan mengajarkan prinsip perekonomian nasional berdikari.
  • Mendirikan koperasi dan bank nasional untuk mencegah riba.

Bidang Sosial

  • Memajukan pengajaran nasional.
  • Memperbaiki kedudukan wanita dengan menganjurkan monogami.
  • Memajukan serikat buruh, serikat tani dan pemuda.

Organisasi Pergerakan Indonesia Setelah Tahun 1930

Sejak tahun 1930 organisasi-organisasi ini mengubah taktik dengan bersikap kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda.

Sebab-sebab Perubahan Taktik

  • Terjadinya krisis malaise yang melanda.
  • Sebagai dampak PKI yang gagal memberontak, sikap pemerintahan kolonial makin tegas dan keras terhadap partai-partai yang ada.

Organisasi-organisasi yang berdiri antara lain

  • Partindo 1931

Mr. Sartono dan tokoh PNI yang tidak ditangkap Belanda, membubarkan PNI dan mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dengan asas nonkooperatif, mandiri dan kerakyatan.

  • PNI Baru 1931

Didirikan oleh Kelompok PNI Moh. Hatta dan Sultan Syahrir tahun 1931 di Yogyakarta dengan asas nonkooperatif, mandiri dan kerakyatan. Untuk meningkatkan semangat kebangsaan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan, PNI Baru menekankan pada pendidikan kader dan massanya.

  • Partai Indonesia Raya (Parindra)

Didirikan oleh dr. Sutomo tahun 1935, sebagai peleburan antara Budi Utomo dan PBI. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya yang mulia dan sempurna, karena bersifat kooperatif, maka Parindra mempunyai wakil-wakil di Volksraad seperti Moh. Husni Tamrin, R. Sukardjo Pranoto, R.P. Suroso, Wiryoningrat, dan Mr. Susanto Tirtoprodjo.

  • Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Berdiri di Jakarta tanggal 24 Mei 1937 akibat bubarnya Partindo, dengan Adnan Kapau Ghani sebagai ketua. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka melalui sikapnya yang kooperatif kepada Pemerintahan Hindia Belanda.

Baca juga: Pengaruh Antar Ruang dalam Kehidupan Ekonomi

  • Gabungan Politik Indonesia (Gapi)

Adalah wadah kerjasama partai-partai seperti Gerindo, Parindra, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII dan Persatuan Partai Katholik, yang dilatarbelakangi adanya penolakan petisi Sutarjo dan gentingnya situasi internasional menjelang pecahnya Perang Dunia II.

Baca juga: Interaksi Sosial dalam Kehidupan Sosial Budaya

Pemahaman Akhir

Perlawanan rakyat terhadap penjajahan di berbagai daerah mulai muncul, namun belum berhasil karena belum adanya semangat kebangsaan yang kuat. Kebangsaan adalah kesadaran kolektif atas identitas, persatuan, dan rasa memiliki negara atau tanah air.

Pertumbuhan kesadaran nasional di Indonesia terjadi melalui berbagai faktor dan peristiwa sejarah. Beberapa faktor yang berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan antara lain:

Pelaksanaan Politik Etis: Kebijakan politik etis dari pemerintah Belanda memberikan dorongan bagi meningkatnya taraf hidup penduduk Hindia Belanda. Ini menciptakan kesadaran atas kebutuhan kemajuan dan kemakmuran untuk bangsa Indonesia.

Terbentuknya Elite Nasional (Kaum Terpelajar Pribumi): Pelaksanaan politik elit menciptakan kesempatan bagi kaum terpelajar Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Pendidikan ini menjadi sarana penting dalam menciptakan kesadaran nasional dan kebangsaan.

Latar Belakang Pembentukan Organisasi Pergerakan Nasional: Sejak kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, perlawanan sudah ada, namun belum terorganisir dengan baik. Kemudian, terbentuknya organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan lainnya, menjadi wadah untuk menyebarkan ide-ide nasionalisme dan semangat kebangsaan.

Peranan Pers dalam Pergerakan Nasional: Media pers seperti surat kabar dan majalah berperan penting dalam menyebarluaskan informasi tentang nasionalisme dan pergerakan kebangsaan. Surat kabar seperti Mataram, Hindia Putra, dan Indonesia Merdeka berperan dalam menyebarkan cita-cita kemerdekaan dan memperkuat semangat kesatuan dan persatuan Indonesia.

Faktor Internal dan Eksternal Pendorong Pergerakan Nasional: Penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan, munculnya golongan cendikiawan, dan kenangan akan kejayaan masa lampau di zaman Sriwijaya dan Majapahit menjadi pendorong bagi tumbuhnya semangat kebangsaan.

Partai-partai Politik dan Organisasi Pergerakan: Organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Muhammadiyah, Partai Nasional Indonesia (PNI), dan lainnya memiliki peran kunci dalam menyebarkan semangat kebangsaan dan cita-cita untuk kemerdekaan.

Penggabungan dan perubahan taktik oleh beberapa organisasi pada tahun 1930-an menandai semakin berkembangnya semangat kebangsaan dan semakin kuatnya perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan ini terus tumbuh dan menjadi pendorong bagi rakyat Indonesia untuk bersatu dan berjuang meraih kemerdekaan pada tahun 1945.

Semangat kebangsaan yang tumbuh di kalangan rakyat Indonesia menjadi landasan kuat bagi perjuangan mencapai kemerdekaan dan membentuk negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Kebangsaan menjadi salah satu elemen penting dalam mempersatukan beragam suku, budaya, dan wilayah di Indonesia menjadi satu bangsa yang besar dan kuat.

Kamu sudah sampai di akhir artikel nih, semoga uraian diatas dapat membantu kamu dalam belajar IPS ya!


Sumber.

Sudarmi, Sri dan Waluyo. 2008. Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2 : SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departeman Pendidikan Nasional.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Intan

Seorang yang tertarik dengan alam, fotografinya dan dokumenternya. Mengambil pendidikan jurusan Pendidikan Geografi dan baru saja menyelesaikannya.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *