5 Rumah Adat Jawa Timur Serta Penjelasannya

Jawa Timur sebagai salah satu provinsi besar di Pulau Jawa tentunya terdiri dari berbagai wilayah yang punya kebudayaan yang beragam. Keberagaman tersebut terlihat dari banyaknya macam rumah adat yang dimiliki oleh Jawa Timur. Untuk selengkapnya mengenal rumah adat dari Jawa Timur, mari simak penjelasan berikut.

Rumah Adat Osing

Rumah Adat Osing
Sumber: travel.kompas.com

Suku Osing merupakan suku yang tinggal di wilayah Banyuwangi, tepatnya di desa Kemiren. Warga suku Osing mempunyai rumah adatnya tersendiri yang begitu unik hingga membuat kawasan yang ditinggali suku Osing ditetapkan sebagai cagar budaya.

Dalam pembangunan rumah adat Osing, tidak ada ritual adat khusus yang dilakukan, akan tetapi saat rumah sudah selesai dibangun, akan diadakan sebuah selamatan. Ada aturan khusus yang melarang rumah adat Jawa Timur ini menghadap ke arah gunung dan harus menghadap ke arah jalan. Selain itu, dalam menentukan arah menghadap rumah, biasanya akan ditentukan lewat hari kematian orang tua.

Jika hari kematian adalah hari kamis, maka rumah menghadap utara, hari selasa berarti menghadap timur, hari rabu berarti menghadap selatan, hari senin atau minggu berarti rumah menghadap barat. Kemudian, dalam rumah adat Osing hanya satu keluarga saja yang boleh mendiaminya. Bagian kamar untuk anak-anak diletakkan paling depan, sedangkan kamar orang tua ada di bagian belakang.

Dari gambar rumah adat Jawa Timur milik suku Osing yang tercantum, terlihat kalau rumah adat ini tidak punya jendela. Hal itu memang diatur dalam peraturan pembangunan rumah adat Osing. Atap pada rumah adat Osing ternyata menunjukkan kasta sosial dan ekonomi suku Osing. Terdapat 3 jenis atap yaitu atap tikel balung, atap cerocongan, dan atap baresan.

Atap tikel balung sering disebut sebagai atap empat dan pemilik rumah yang menggunakan atap ini termasuk golongan kelas atas. Atap baresan disebut dengan atap 3 yang menandakan si pemilik rumah adalah kelas menengah dan tingkatan kelasnya di bawah pemilik atap tikel balung. Atap cerocongan disebut dengan atap dua menandakan pemilik rumah adalah golongan muda-mudi yang baru menikah dan keluarga yang kurang mampu.

Baca juga: 6 Senjata Tradisional Jawa Timur Serta Penjelasannya

Rumah Adat Tulungagung

Rumah Adat Tulungagung
Sumber: review.bukalapak.com

Meskipun Tulungagung masih masuk dalam wilayah Jawa Timur, tetapi rumah adat yang dimiliki oleh daerah ini ternyata mendapat pengaruh dari kebudayaan Melayu. Hal tersebut bisa dilihat lewat gambar rumah adat Jawa Timur milik Tulungagung.

Sebagai rumah adat tradisional, rumah adat milik Tulungagung masih menggunakan bahan-bahan alami salah satunya adalah kayu jati. Pemilihan bahan tersebut ternyata bukan tanpa maksud, melainkan bahan kayu jati diketahui sangat kuat untuk bahan bangunan rumah.

Selain bahan bangunan tradisional yang tetap dipertahankan, dalam rumah adat Tulungagung masih mempertahankan beberapa bagian rumah yang membuatnya khas. Misalnya ruang tamu atau balai yang mana ruangan ini begitu luas dibandingkan dengan ruangan lainnya. Lalu, untuk bagian ruang keluarga disebut dengan kampung. Kampung ini terdiri dari beberapa kamar tidur yang disebut dengan centong.

Uniknya, kamar mandi yang dimiliki oleh masyarakat Tulungagung ternyata diletakkan di luar rumah. Masyarakat Tulungagung percaya kalau kamar mandi adalah tempat untuk membuang, maka tidak boleh disatukan di dalam rumah dan supaya tidak menghambat rezeki pemilik rumah.

Rumah Adat Ponorogo

Rumah Adat Ponorogo
Sumber: dekoruma.com

Rumah adat Jawa Timur lainnya adalah rumah adat yang dimiliki oleh Ponorogo. Rumah adat satu ini mempunyai ciri khas pada bagian atapnya yang berbentuk tumpang sari. Jumlah tumpang sari yang semakin banyaknya menandakan kalau pemilik rumah adalah orang yang mampu. Bangunan rumah adat Ponorogo terdiri dari tiga bagian yaitu bagian sayap kanan, tengah, dan sayap kiri.

Di bagian sayap kanan dipakai untuk meletakkan perkakas, bagian sayap kanan dipakai untuk ruang keluarga dan kamar, serta bagian tengah adalah ruangan utama yang dipakai untuk bertemu dengan tamu atau kegiatan lainnya. Pada ruangan tengah ini bangunannya lebih tinggi dibandingkan bangunan sayap kiri dan kanan mengingat fungsinya sebagai ruangan utama.

Rumah Adat Dhurung

Rumah Adat Dhurung
Sumber: jawapos.com

Bawean, suatu pulau yang letaknya ada di 120 km dari Gresik ini mempunyai kebudayaan yang juga patut untuk diketahui masyarakat luas. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah rumah adatnya yang masih bisa ditemukan di Pudakit, Kecamatan Sangkapura.

Nama dhurung bagi rumah adat Bawean ternyata merujuk pada balai atau bagian rumah yang ada di luar bangunan inti. Dhurung ini berukuran 2×3 meter sehingga bisa dikatakan cukup kecil. Kegunaan dari dhurung ini dipakai sebagai tempat menerima tamu yang sifatnya non-formal atau sekadar untuk dipakai bersantai saja.

Selain itu, beberapa warga Bawean juga memakai dhurung sebagai tempat menyimpan padi di bagian atapnya. Bentuk dari dhurung ini bisa dilihat lewat adanya gambar rumah adat Jawa Timur di atas. Sekilas dari gambar tersebut, terlihat kalau dhurung punya bentuk seperti gazebo.

Bagian rangka dhurung dan papan untuk tempat dudukannya terbuat dari kayu. Jenis kayu yang dipilih biasanya kayu jati. Kemudian, untuk atapnya terbuat dari rumbia. Meskipun dhurung hanya difungsikan sebagai tempat bersantai, tetapi bisa ditemukan adanya ornament-ornamen pada tiang-tiangnya.

Lalu, ada pula jebakan tikus yang dipasang untuk melindungi padi yang ditaruh di atap. Peletakan jebakan tikus itu pun sudah disesuaikan sedemikian rupa supaya tidak melukai manusia. Saat ini, dhurung masih mudah sekali ditemukan, meskipun beberapa bahan dan bentuknya sudah banyak yang dimodifikasi oleh masyarakat Bawean.

Misalnya, untuk bagian atap kebanyakan tak lagi menggunakan rumbia, melainkan diganti dengan genteng, seng, atau asbes. Fungsinya pun sudah tidak dipakai untuk menaruh padi dan dibiarkan selayaknya atap pada umumnya.

Rumah Adat Joglo Situbondo

Rumah Adat Joglo Situbondo
Sumber: budayajawa.id

Dilihat dari namanya, mungkin banyak yang menganggap kalau rumah adat Jawa Timur ini tak beda jauh dengan rumah adat joglo di Jawa Tengah. Hal tersebut memang benar mengingat rumah adat joglo Situbondo juga mendapat pengaruh dari rumah adat joglo Jawa Tengah.

Bangunan dari rumah joglo Situbondo tergolong sederhana dan tidak terlalu besar. Bentuk dari rumah adat ini adalah limasan atau dara gepak. Bahan yang dipakai untuk pembuatan rumah juga masih sangat alami, tidak lain adalah dengan menggunakan kayu jati murni seperti yang ada pada gambar rumah adat Jawa Timur di atas.

Rumah adat Joglo Situbondo terbagi jadi dua bagian yaitu bagian depan dan belakang. Rumah bagian depan terdiri dari pendapa yang mana bagian ini memang kebanyakan ada di rumah joglo. Sementara itu, untuk bagian belakang, rumah joglo terdiri dari beberapa ruangan yaitu kamar bagian kanan, kamar bagian tengah, dan kamar bagian kiri.

Dalam bangunan rumah adat joglo Situbondo ini juga mempunyai nilai filosofis pada bagian atapnya. Atap pada rumah adat joglo ini berupa atap mengerucut ke atas menyimbolkan kedudukan yang tinggi. Dapat dikatakan kalau atap adalah bagian paling penting dalam rumah adat joglo Situbondo dan beberapa rumah adat joglo lainnya.

Baca juga: 18 Alat Musik Jawa Timur dan Cara Memainkannya

Pemahaman Akhir

Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi besar di Pulau Jawa, memiliki beragam wilayah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman ini tercermin dari banyaknya jenis rumah adat yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Timur. Setiap rumah adat tersebut memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang mencerminkan budaya dan tradisi setempat.

Beberapa contoh rumah adat Jawa Timur yang menarik untuk dipelajari adalah sebagai berikut:

Rumah Adat Osing: Merupakan rumah adat suku Osing yang tinggal di wilayah Banyuwangi. Rumah adat ini memiliki aturan khusus terkait arah menghadap rumah, dan atapnya menunjukkan kasta sosial dan ekonomi pemilik rumah.

Rumah Adat Tulungagung: Rumah adat ini terpengaruh oleh kebudayaan Melayu dan masih menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu jati. Ruang tamu atau balai di rumah ini sangat luas, dan kamar mandinya diletakkan di luar rumah untuk menghormati kepercayaan lokal.

Rumah Adat Ponorogo: Rumah adat Ponorogo memiliki atap berbentuk tumpang sari, dan jumlah tumpang sari menandakan status sosial pemilik rumah. Bangunan rumah adat ini terdiri dari tiga bagian: sayap kanan, tengah, dan sayap kiri.

Rumah Adat Dhurung (Bawean): Rumah adat Bawean memiliki dhurung, yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau bersantai. Dhurung memiliki bentuk seperti gazebo dan terbuat dari kayu jati.

Rumah Adat Joglo Situbondo: Rumah adat ini memiliki pengaruh dari rumah adat joglo Jawa Tengah. Rumah joglo Situbondo terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan belakang. Atapnya berbentuk limasan atau dara gepak dan memiliki nilai filosofis yang penting.

Setiap rumah adat Jawa Timur memiliki kekayaan budaya dan nilai filosofis yang perlu dilestarikan dan diapresiasi. Keanekaragaman rumah adat ini menjadi bukti penting dari keberagaman budaya Indonesia dan warisan leluhur yang patut dijaga dan dipelihara untuk generasi mendatang.

Itulah sekilas penjelasan mengenai rumah adat Jawa Timur beserta dengan gambar rumah adat Jawa Timur tersebut. Untungnya, rumah adat tersebut sedikit banyak masih dapat dijumpai di masyarakat. Meskipun setiap hari jumlahnya semakin berkurang karena perubahan zaman. Dengan mengenal beberapa rumah adat Jawa Timur ini, maka setidaknya bisa menjadi ajang mengenal kebudayaan Jawa Timur lebih dekat.


Referensi:

id.wikipedia.org

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *