Contoh Pidato Dengan Tema Hari Pendidikan Nasional

Kamu ingat kapan Ki Hajar Dewantara berulang tahun? Kalau tidak ingat, sepertinya usia kamu sudah jauh diatas diusia pelajar ya sepertinya?. Karena biasanya pelajar akan ingat hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara, sebab mereka memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional atau biasa disebut HARDIKNAS.

Momen hari pendidikan nasional sangatlah penting untuk diperingati. Sebab dihari inilah, sebagai pelajar kamu akan menghayati betapa pentingnya manfaat pendidikan dalam mencetak generasi bangsa yang berkualitas. Acara yang pasti akan masuk susunan acaranya adalah pidato kepala sekolah. Tapi jika kamu ditantang untuk berpidato mewakili siswa, kira-kira kamu bisa tidak?

Bukan tidak mungkin kan suatu saat sekolah kamu memanggil perwakilan siswa untuk berpidato? Nah sebelum hari itu datang, kamu harus siap ya. Kamu tidak perlu khawatir, artikel ini akan membantu kamu memberikan contoh-contoh pidato khusus untuk hari pendidikan.  Check this out!

Contoh Naskah Pidato Memperingati Hari Pendidikan Nasional

contoh pidato pendidikan
Sumber foto :  www.merdeka.com

Pendidikan Yang Memerdekakan “Pendidikan Unggul, SDM Merdeka!”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Yang terhormat jajaran pejabat kota dan kabupaten. Yang terhormat bapak, ibu guru. Dan yang saya sayangi para siswa-siswi.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya, sehingga saya bisa hadir di acara ini untuk memperingati Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional). Saya bangga bisa bertemu bertatap muka dengan para guru dan siswa-siswi yang menjadi penompang kemajuan pendidikan Indonesia.

Bolehkah saya bertanya?. Siapakah bapak pendidikan Indonesia?. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara. Tepat tanggal 2 Mei beliau berulang tahun dan hari lahirnya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang visioner dalam dunia pendidikan. Saya terkesan dengan pemikirannya tentang pendidikan. Menurut beliau visi pendidikan adalah memproduksi insan yang merdeka. Insan yang merdeka akan mengantarkan kemajuan bagi negerinya.

Pertanyaanya, sudahkah merdeka pendidikan kita?

Menurut Ki Hajar Dewantara, Insan yang merdeka adalah manusia yang mandiri dalam menentukan masa depannya; manusia yang mampu bertindak sesuai pengetahuan yang benar; dan manusia yang mampu hidup selaras dan  mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, masyarakat, Negara di hadapan Tuhan.

Lantas bagaimana ciri-ciri Insan yang merdeka? insan yang merdeka akan memiliki jiwa merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara jiwa yang merdeka adalah RAKA, CIKA (Rasa, Karsa, Cipta, dan Karya).

Jiwa merdeka mempunyai rasa. Rasa kepedulianlah yang mampu membawa manusia untuk peka terhadap masalah pada dirinya dan masyarakatnya. Yang akan mendorong sikap untuk memecahkan masalah dan bergerak atas nama kemanusiaan.

Tapi coba tengoklah kehidupan pendidikan kita. Anak-anak kita tega membully temannya sampai terjadi bunuh diri. Anak-anak, kita tidak malu membully gurunya. Bahkan guru juga tidak malu membully muridnya. Apakah pendidikan kita sudah merdeka secara rasa?.

Jiwa merdeka memiliki karsa. Karsa adalah motivasi hidup yang mempertimbangkan tindak-tanduk berdasarkan ajaran Tuhan melalui agama masing-masing. Agama lahir untuk menciptakan keteraturan dan kesejahteraan umat manusia dan alam semesta.

Agama tidak hanya membahas masalah ibadah semata melainkan juga sosial. Tapi cobalah kita tengok, masyarakat kita yang mayoritas umat berpendidikan, mereka seenaknya sendiri mengujar kebencian beragama melalui sosmed; membuat kerusuhan atas nama agama; dan tega mencurangi sesama. Sudahkah pendidikan kita merdeka secara karsa?.

Jiwa yang merdeka memiliki cipta. Cipta akan melahirkan insan pencipta gagasan brilian untuk memecahkan masalah pribadi, masyarakat dan negaranya. Insan pencipta tidak lelah belajar menuntut ilmu pengetahuan seumur hidupnya melalui minat literasi yang tinggi. Dengan ilmu pengetahuan maka kebahagaiaan tercapai.

Tapi, masyarakat kita secara minat literasi terendah se-Asia dan dunia. Sekolah-sekolah masih mengutamakan hafalan daripada menumbuhkan kreatifitas dan berpikir kritis. Kita masih belum mencintai ilmu pengetahuan. Merdekakah pendidikan kita dalam cipta?

Jiwa merdeka mempunyai karya. Karya adalah tindakan nyata untuk mewujudkan gagasan yang tercipta dalam memberi manfaat bagi sesama. Manusia yang berkarya akan melahirkan sosok yang berdedikasi.

Tapi sayangnya potret lulusan kita ketika mencari pekerjaan lebih mementingkan materi dan kehidupan pribadi. Contohnya di sosmed sempat diramaikan oleh cuitan alumni lulusan universitas ternama di Indonesia. Dia menolak kerja di perusahaan lokal karena cuma di gaji 8 juta saja. Merdekakah kita dalam karya?.

Memang harus kita sadari bahwa pendidikan kita masih belum memerdekakan insan manusia. Jiwa masyarakat kita masih belum merdeka. Tapi apakah kita lantas berdiam diri melihat kenyataan yang ada?.

Tidak ada kata terlambat untuk bangkit. Mari semua elemen masyarakat dari pejabat, instansi pendidikan, para guru, orang tua, dan anak-anak untuk bergandeng tangan mewujudkan pendidikan yang memerdekakan. Mari kita asah kepedulian, menumbuhkan ketaatan pada Tuhan, mencintai ilmu pengetahuan dan bergerak karena dedikasi. Jiwa yang merdeka melahirkan pendidikan yang unggul.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat bagi hadirin sekalian dan saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati para hadirin. Akhir kata wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Contoh Naskah Pidato Untuk Memperingati Hari Pendidikan Nasional

contoh pidato pendidikan
Sumber foto : metro.tempo.co

Manusia Pembelajar, Manusia Yang Adaptif Terhadap Perkembangan Jaman

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Salam sejahtera untuk kita semua disini

Yang terhormat bapak, ibu guru. Dan yang saya sayangi para siswa-siswi.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya, sehingga saya bisa hadir di upacara untuk memperingati Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional). Saya bangga bisa bertatap muka dengan para guru dan siswa-siswi yang menjadi penompang kemajuan pendidikan di sekolah ini dan untuk Indonesia tercinta.

Pada 2 Mei kita telah memperingati hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia sekaligus hari Pendidikan Nasional. Ada satu quote dari Ki Hajar Dewantara yang paling membekas bagi kemajuan pendidikan. “Lawan Sastra Ngesti Mulya” yang artinya adalah dengan adanya ilmu yang kita miliki, kita bisa menuju kemuliaan dan kebahagiaan. Ilmu bisa diperoleh ketika kita berkemauan untuk belajar.

Sebagai siswa-siswi sudah menjadi kewajiban untuk senantiasa belajar. Anak-anakku yang saya sayangi, apakah kalian minat untuk belajar?.

Memang belajar itu menjadi hal yang kurang menyenangkan bagi banyak orang bahkan siswa. Kalau mau belajar, ada saja cobaannya, yang mulai mengantuk, merasa lapar, dan mendapat notifikasi dari sosmed. Akhirnya tidak jadi belajar. Betulkah anak-anakku?.

Tahukah kalian anak-anakku?, manusia pembelajar adalah manusia yang lihai menciptakan perubahan dan inovasi yang berarti bagi umat manusia.

Contohnya adalah Thomas Alva Edision. Bagi banyak orang dia sudah mengalami 100 kegagalan. Tapi bagi Thomas itu bukanlah kegagalan namun proses belajar untuk menemukan cara yang efektif dan jitu dalam menciptakan lampu pijar yang bisa menerangi dunia sampai saat ini.

Indonesia juga memiliki SDM pembelajar sejati dia adalah BJ. Habibie. Semenjak kecil BJ. Habibie memiliki semangat belajar tinggi, setiap saat tidak pernah lepas membaca buku, mengamati serta berdialektika seputar masalah di sekitarnya.

Ketika berkarir, Habibie tidak pernah letih untuk meneliti masalah sampai keakar-akarnya, menggali pengetahuan terkait melalui buku yang ada dan detail dalam menemukan serta menerapkan solusi. Saat berkerja di industri penerbangan Jerman, dia pernah mengatasi masalah yang sudah bertahun-tahun belum ada solusi, tapi melalui tangannya hanya 3 bulan saja berhasil menuntaskan masalah.

Meskipun usianya menua tapi dia bersemangat memberi ide bagi kemajuan Indonesia bahkan merancang pesawat bagi Indonesia. Meskipun kini Habibie telah tiada, tapi karyanya selalu hidup.

Jadi belajar itu bukan hanya sekadar mencari nilai semata, mendapat ijazah saja. Tapi tujuan belajar adalah menggali ilmu, kompetensi, skill dan moral yang  menjadikan diri kita sosok yang mandiri dalam memecahkan masalah diri sendiri,  masyarakat dan negara.

Belajar akan mendorong kita untuk menelurkan karya yang bermanfaat bagi sekitar. Manusia yang selalu dibutuhkan  oleh masyarakat adalah manusia yang pembawa manfaat.

Lantas seperti apa karakter manusia pembelajar?.

  1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu bisa di asah dengan menerapkan cara berpikir kritis, aktif membaca informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber, dan peka terhadap masalah yang ada di sekitarnya. Rasa keingintahuan tinggi membuat belajar bukan beban melainkan kepuasan batin.
  2. Berbagi Ilmu dengan lingkungan sekitar. Kita bisa menyebarkan informasi yang bermanfaat melalui caption dan postingan di sosmed yang bisa menginspirasi netizen. Bahkan dari berbagi ilmu bisa menghasilkan pintu rezeki, misalnya menulis blog, menulis di media online atau mengikuti lomba menulis.
  3. Memperluas cakrawala dan melepaskan dari zona nyaman. Jiwa orang yang belajar akan mencintai ilmu, pemikiran baru dan keterampilan baru. Orang-orang inilah yang bisa mengukir sejarah di setiap perubahan zaman.
  4. Proses dan hasil belajar mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan kemanusiaan dan peradaban. Hakikat ilmu dari hasil belajar untuk menciptakan solusi yang jitu.
  5. Memiliki sifat rendah hati. Manusia pembelajar tidak akan sombong atas ilmu yang didapatkannya, melainkan mereka akan terbuka dengan berbagai pemikiran, saran atau kritik serta mau berdialog dengan orang lain.

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Jadi anak-anakku sayang mulailah belajar untuk menelurkan karya bagi kemajuan umat manusia. Sesungguhnya engkaulah estafet penerus. Dan kesuksesan sebuah Negara bergantung pada mu wahai putra-putri Indonesia.

Baca juga: Apa itu Soft Skill? Yuk Ketahui dan Pelajari

Penutup

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan generasi yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Selain itu, sikap belajar yang terus-menerus dan adaptif terhadap perkembangan zaman juga menjadi kunci dalam menciptakan individu yang merdeka dan siap menghadapi perubahan. Dengan semangat dan komitmen bersama, pendidikan yang memerdekakan dapat tercapai dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan peradaban.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat bagi hadirin sekalian dan saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati para hadirin. Akhir kata wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Artikel Terbaru

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *