Mencapai kemerdekaan adalah cita-cita terbesar Bangsa Indonesia. Namun tahukah kamu bahwa bahkan setelah kemerdekaan, Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari masalah? Hal itu dikarenakan adanya pihak yang belum menerima kemerdekaan Indonesia. Sehingga berusaha untuk kembali mengambil Indonesia. Oleh karena itu Bangsa Indonesia harus berusaha untuk mempertahankan kemerdekaannya. Untuk mengetahui mengenai perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yuk simak materi berikut ini.
Daftar Isi
Kondisi Awal Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan Indonesia belum begitu stabil, khususnya dalam bidang ekonomi yang mengalami inflasi cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan beredarnya mata uang Rupiah Jepang yang tidak bisa dikendalikan, dengan nilai tukar yang rendah. Pada saat itu Indonesia juga belum memiliki mata uangnya sendiri sementara kas pemerintahan dalam keadaan kosong (Kemdikbud, 2017:143).
Setelah itu datang pula Nederlans-Indische Civiele Administratie atau NICA yang memiliki tujuan untuk menerima penyerahan dari pemerintahan Jepang. Kedatangan pasukan ini berhasil menduduki kota-kota dan menguasai bank-bank. Melalui bank tersebut, sekutu mengedarkan mata uang mereka sejumlah 2,3 Milyar untuk keperluan operasinya (Mustopo, dkk, 2006:36). Hal tersebut juga didukung juga dengan blokade yang dilakukan NICA. Belanda tidak membiarkan Indonesia untuk merasakan kemerdekaannya, dan terus memberikan tekanan pada pemerintahan.
Blokade oleh NICA ini mulai diberlakukan pada November 1945, dengan cara memblokade perdagangan Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah masuknya peralatan militer ke Indonesia, mencegah dikeluarkannya hasil perkebunan Belanda, dan melindungi dari bangsa asing lainnya. Untuk keluar dari blokade Belanda, maka Indonesia melakukan diplomasi dengan India untuk mendapatkan pakaian serta bantuan dalam forum internasional.
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi, pemerintah mengambil langkah untuk mengeluarkan mata uang baru yang disebut dengan mata uang ORI yaitu “Oeang Republik Indonesia” serta memutuskan mata uang NICA tidak lagi berlaku. Dalam kehidupan sosial masyarakat juga tidak lagi ada diskriminasi karena semua memiliki hak dan kewajiban yang sama, berbeda saat pendudukan Jepang atau Belanda. Pemerintah juga mengangkat Menteri Pendidikan Ki Hajar Dewantara untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia.
Baca juga: Dampak Perkembangan kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Kedatangan Sekutu ke Indonesia
Kekalahan Jepang membuat wilayah bekas jajahannya jatuh ke tangan sekutu dan Belanda. Oleh karena itu Belanda berfikir untuk kembali menguasasi Indonesia. Namun pada kenyatanya, selama masa Status Quo atau kekosongan kekuasaan Indonesia telah menyatakan kemerdekaannya. Pasukan yang mendapatkan tugas untuk masuk ke Indonesia adalah pasukan Inggris. Dengan wilayah Indonesia yang luas dan terdiri dari banyak kepulauan, maka pasukan tersebut dibagi menjadi dua kelompok:
- South East Asia Commad atau SEAC bertugas di wilayah bagian Barat dengan pemimpinnya Laksamana Lord Louis Mounbatten,
- South West Pasific Command atau SWPC, bertugas di wilayah bagian Timur.
Pada awal kedatangannya, mereka disambut oleh Indonesia namun hal itu berubah saat mereka tahu bahwa sekutu membawa serta pasukan NICA. Hal itu dikarenakan NICA terdiri dari pegawai sipil Belanda dan kembali mempersenjatai KNIL. Sehingga menimbulkan perlawanan di berbagai daerah.
Untuk melaksanakan tugasnya di wilayah Indonesia Bagian Barat, maka Mounbatten membentuk pasukan khusus bernama Allied Forces Netherlands East Indiers (AFNEI) dengan pimpinan Letnan Jenderal Philip Christison, dengan tugas:
- Menerima penyerahan wilayah Indonesia dari Jepang.
- Membebaskan tawanan perang serta interniran sekutu.
- Melucuti senjata dan memulangkan orang-orang Jepang.
- Mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan pada pemerintahan sipil.
- Mencari keterangan para penjahat perang untuk dibawa ke pengadilan.
Kedatangan sekutu ini walaupun awalnya disambut baik, namun pada kenyataannya di berbagai daerah terjadi perlawanan. Sehingga sekutu menuduh pemerintah Indonesia tidak mampu mengatur ketertiban. Belanda yang ingin menguasai Indonesia ikut memanfaatkan situasi dengan ikut mendukung pasukan sekutu.
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Keinginan sekutu menguasai Indonesia secara penuh membuat perlawanan disetiap daerah tidak bisa dihindari. Sehingga Bangsa Indonesia melakukan berbagai upaya mempertahankan kemerdekaan. Berikut berbagai Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan Kemerdekaan di Surabaya
Pada 25 Oktober 1945, pasukan sekutu dibawah Brigadir Jend. A.W.S. Mallaby yang mendapat tugas dari AFNEI tiba di Surabaya. Tugas meraka adalah untuk melucuti Jepang menyelamatkan para interniran sekutu sehingga mereka mendapat sambutan baik dari Guberbur Suryo. Dengan itikad baik, pasukan sekutu juga melakukan perundingan dengan Gubernur Surabaya yang menghasilkan kesepakatan, diantaranya:
- Inggris berjanji bahwa mereka tidak membawa tentara perang Belanda.
- Persetujuan untuk menjamin keamanan dan ketentraman pada kedua belah pihak.
- Pembentukan “Kontak Biro” untuk segera terwujudnya kerja sama.
- Inggris hanya melucuti Jepang saja.
Pertempuran Tiga Hari Surabaya
Tidak lama setelah perjanjian itu Inggris justru melanggarnya. Hal itu dibuktikan dengan pembebasan pasukan Belanda oleh Inggris pada malam tanggal 26 Oktober 1945. Besoknya tentara sekutu telah berhasil menduduki Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, dan tempat-tempat yang vital lainya. Kemudian tanggal 27 Oktober 1945 tiba-tiba pesawat Inggris menyebarkan pamflet mengenai penyerahan senjata pada tentara Inggris dengan waktu 2×24 jam jika tidak akan ditembak ditempat (Hutagalung, 2001:229).
Pertempuran itu semakin meluas dengan diserangnya pos-pos besar Inggris pada 28, 29, dan 30 Oktober 1945. Pasukan TKR dan laskar pejuang Indonesia berhasil memukul mundur Inggris. Pertempuran tersebut melibatkan sekitar 10 – 20 ribu TKR dan 70-140 ribu warga sipil (Ricklefs, 2007:437). Banyaknya warga sipil bukan hanya berasal dari Surabaya juga, melainkan juga dari luar wilayah. Hal tersebut terjadi setelah adanya Resolusi Jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945, sehingga banyak santri dan orang muslim datang membantu pertempuran di Surabaya.
Banyaknya pasukan yang membantu di Surabaya membuat Inggris kewalahan, dan meminta Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk datang menghentikan pertempuran dan melakukan gencatan senjata.
Pertempuran 10 November 1945
Setelah ditandatanganinya gencatan senjata, pertempuran tidak reda begitu saja. oleh karena itu, pasukan Inggris bersama Biro Kontak masih harus berkeliling menuju tempat yang masih terjadi kontak senjata, salah satunya ialah Gedung Internatio. Setelah baku tembak berhasil dihentikan justru mobil yang ditumpangi Mallaby hancur dan ia tewas didalamnya. Hal tersebut memicu kemarahan tentara Inggris, hingga pada 9 November dikeluaran ultimatum untuk pejuang Surabaya meletakan senjatanya selambat-lambatnya pada pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Apabila tidak mematuhi ultimatum itu, Inggris akan menyerang Surabaya dari darat, laut, dan udara.
Tidak dipatuhinya ultimatum itu kedua pihakpun berperang. Untuk mengobarkan semangat arek Surabaya maka Bung Tomo lewat Radio mengobarkan semangat para pejuang melalui pidatonya. Pertempuran ini berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, dan menjadi pertempuran terbesar dalam revolusi kemerdekaan.
Pertempuran Ambarawa
Salah satu perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 29 November – 15 Desember 1945. Penyebab pertempuran ini adalah datangnya pasukan Brigade Artileri bertugas mengurus tawanan perang di penjara Ambarawa serta Magelang, namun mereka diboncengi oleh NICA dan memberikan senjata pada para tawanan perang. Sehingga terjadi bentrok antar TKR dan sekutu. Pertempuran ini baru berhenti setelah kedatangan Ir. Soekarno yanng mengadakan perjanjian dengan sekutu namun dilanggar kembali.
Hingga pada 20 November perang tak bisa dihindari antara TKR dibawah Mayor Sumarto dengan tentara Sekutu hingga besoknya pasukan sekutu ditarik ke Ambarawa. Pada 26 November Letkol Isdiman gugur dan digantikan oleh Jend. Sudirman. Strategi yang digunakan dalam perang ini adalah Supit Urang atau Gerilya hingga membuat sekutu semakin terdesak. Pada 5 Desember akhirnya sekutu berhasil diusir dari Desa Banyubiru yang merupakan garis pertanahanan terdepan.
Pada 12 Desember kemudian TKR dalam waktu setengah jam berhasil mengepung musuh dalam kota. Selama empat hari empat malam, TKR berhasil mengepung Kota Ambarawa. Hingga pada 15 Desember tentara sekutu meninggalkan Ambarawa dan menyingkir ke Semarang.
Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945, pasukan sekutu diboncengi NICA berhasil tiba di Sumatera Utara. Pasukan ini dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan di Sumatera Utara. Besoknya, pasukan sekutu mendatangi kamp para tawanan dan membebaskan mereka untuk dikirm ke Medan dengan persetujuan Gubernur Sumatera Utara yaitu Moh. Hassan. Para tawanan itu ternyata langsung dibentuk menjadi pasukan Medan Batalyon KNIL, sehingga muncul konflik dengan para pemuda.
Peristiwa pertama terjadi di Hotel di Jalan Bali, Medan. Ketika itu seorang penghuni Hotel menginjak-injak lencana merah putih milik warga, sehingga memicu kemarahan para pemuda. Hotel itu akhirnya diserang an berjatuhan korban sejumlah 96 orang luka-luka yang kebanyakan orang NICA (Mustopo, dkk, 2006:50).
Pada 10 Oktober dibentuk pejuang TKR dibawa pimpinan Achmad Tahir serta badan-badan perjuangan lainnya. Ultimatum Inggris dimulai pada 18 Oktober 1845 dengan ancaman untuk menyerahkan senjatanya pada Inggris. NICA dan sekutu pun mulai melakukan teror yang mengundang permusuhan dengan para pemuda. Sehingga terjadi aksi saling membalas oleh keduanya.
Hingga 1 desember 1945 sekutu memasang papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area, untuk menandai wilayah mereka. para sekutu dan NICA juga melakukan pembersihan unsur Republik Indonesia di wilayah Medan Area, sehingga membuat pemuda membalas dengan melakukan pengepungan.
Perlawanan terus terjadi hingga pada Bulan April 1946 Inggris mendesak pemerintahan keluar dari Medan hingga berpindah ke Pematang Siantar. Pada 10 Agustus 1946 dibentuk Resimen Laskar Rakyat Medan Area sebagai kelanjutan perjuangan di Medan Area.
Baca juga: Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
Peristiwa Bandung Lautan Api
Seperti daerah lainnya, pemberontakan yang terjadi di Bandung juga dipicu oleh ultaimatum yang dikeluarkan oleh Inggris untuk menyerahkan senjatanya. Kedatangan pasukan sekutu ini juga dmanfaatkan oleh NICA untuk kembali menguasai wilayah ini. menganggapi ultimatum, para pemuda Bandung justru melakukan pengambilan kendaraan Belanda serta melakukan penculikan.
Keadaan semakin buruk ketika tanggal 25 November 1945 terjadi banjir besar dan dimanfaatkan sekutu untuk menyerang rakyat. Oleh karena itu, Majelis Dewan Perjuangan yang dipimpin Panglima TKR Aruji Karnawinata melancarkan serangan balik. Pada 23 Maret 1946, sekutu kembali memberikan ultimatum untuk mengosongkan Kota Bandung dan disetujui oleh pemerintahan.
Pada 24 Maret seluruh rakyat pun diungsikan ke Bandung Selatan dan malam harinya bangunan-banguna penting dibakar. Sedangkan tokoh yang terkenal adalah Mohhamad Toha. karena ia telah meledakan gdung mesiu sehingga ia ikut terbarak didalamnya. Peristiwa pembakaran itupun dikenal dengn Bandung Lautan Api.
Pemahaman Akhir
Kemerdekaan adalah cita-cita terbesar Bangsa Indonesia, namun setelah mencapai kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak tantangan. Pihak-pihak yang belum menerima kemerdekaan berusaha untuk mengambil alih Indonesia, dan hal ini menyebabkan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi masalah ekonomi yang tidak stabil, inflasi tinggi, dan pengaruh mata uang Jepang yang tidak terkontrol.
Selain itu, hadirnya pasukan NICA dari Belanda membawa ancaman bagi kemerdekaan Indonesia. Blokade perdagangan yang dilakukan oleh NICA juga menjadi hambatan dalam mencapai kemerdekaan secara penuh. Namun, Indonesia tidak menyerah dan terus berjuang untuk mempertahankan hak kemerdekaannya.
Pada masa kedatangan sekutu ke Indonesia, perlawanan terjadi di berbagai daerah. Pertempuran sengit terjadi di Surabaya, Ambarawa, Medan, Bandung, dan wilayah lainnya. Perjuangan rakyat Indonesia yang gigih dan semangat juang yang tinggi berhasil mengusir tentara sekutu dan pasukan NICA dari wilayah-wilayah tersebut.
Peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah Pertempuran Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu dan menjadi pertempuran terbesar dalam revolusi kemerdekaan. Begitu juga dengan Pertempuran Ambarawa, Medan, dan Bandung yang menandai semangat perlawanan rakyat Indonesia dalam menghadapi pihak-pihak yang ingin merebut kemerdekaan.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melibatkan banyak tokoh dan pejuang seperti Bung Tomo, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan lainnya. Melalui semangat juang dan kerja sama, Bangsa Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaannya dan melanjutkan perjuangan untuk membangun negara yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.
Dalam menghadapi masa depan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan harus terus dilanjutkan. Bangsa Indonesia harus bersatu, berjuang untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, serta menjaga persatuan dan kesatuan tanah air. Dengan semangat patriotisme dan nasionalisme, kita dapat menghadapi segala tantangan dan meraih masa depan yang lebih baik bagi Bangsa Indonesia.
Nah itu adalah beberapa usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Walau dengan keterbatasan senjata namun para pejuang tetap melakukan upaya mempertahankan kemerdekaan yang patut diapresiasi dan dicontoh. Walaupun tidak semuanya berhasil, namun hal tersebut telah membuktikan betapa besarnya rasa nasionalisme Bangsa Indonesia.
Baca juga: Kekuasaan VOC di Indonesia
Semoga artikel Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia ini bermanfaat dan memberikan lebih banyak wawasan baru ya. Semangat dan selamat belajar!
Daftar Rujukan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI (Edisi Revisi). 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mustopo, H., M., Hernawan, Sugiarti, & Supriyono, A. 2006. Sejarah SMA Kelas XII: Program IPS : Yudhistira
Hutagalung, B., R. 2010. Serangan Umum 1 Maret 1949. Yogyakarta: Penerbit LKIS
Ricklefs, M., C. 2007. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta