9 Peninggalan Kerajaan Singasari Serta Penjelasannya

Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang tidak hanya terkenal akan kekayaan alamnya saja, namun juga budaya dan sejarahnya. Salah satu sejarah yang banyak dibahas ialah mengenai sejarah kerajaan-kerajaan. Kerajaan Singasari menjadi salah satu kerjaan yang terkenal di Indonesia. Lalu bagaimana kita tahu bahwa Kerajaan Singasari itu pernah ada di Indonesia? Hal tersebut bisa diketahui dari sisa-sisa Peninggalan Kerajaan Singasari yang ditemukan.

Dari peninggalan-peninggalan tersebut, dapat direkontruksi kembali bagaimana kehidupan masa Kerajaan Singasari. Nah, untuk mengetahui apa saja Peninggalan Kerajaan Singasari, simak materi berikut ini ya.

Kerajaan Singasari terletak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Didirikan oleh Ken Arok yang memiliki gelar Sri Rangharajasa Sang Amurwabhumi (Mulyadi, 2010:9). Berdasarkan kitab Negarakrtagama dan Pararaton, Ken Arok berasal dari rakyat biasa dan mengabdi di Tumapel yang merupakan bawahan Kediri. Pada saat itulah ia tertarik dengan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung yang merupakan Bupati Tumapel dan berniat untuk menggantikannya.

Setelah berhasil menggantikan posisi Tunggul Ametung dan menjadi Bupati, Ken Arok tidak mau tunduk di bawah Kediri dan memberontak. Setelah berhasil memenangkan Kediri, pada tahun 1222 ia menyatukan Tumapel dan Kediri. Ia menempatkan Tumapel atau Singasari sebagai Ibu Kotanya yang disebut dengan Kuta Raja.

Pemerintahannya sejak tahun 1222-1227 terasa tentram dan damai hingga akhirnya pada tahun 1227 ia dibunuh oleh Anusapati, anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes sebagai bentuk balas dendamnya (Soekmono, 1973:63). Setelah pemerintahnya berakhir, kekuasaan digantikan oleh keturunan-keturunan selanjutnya. Walaupun dendam belum juga berakhir, terbukti dari saling balas dendam antara anak Ken Arok dan Tunggul Ametung sehingga kekuasaan berpindah-pindah tangan.

Peninggalan Kerajaan Singasari

Candi Singosari

Candi Singosari
Sumber: candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_singasari

Terletak di Jalan Kertanegara, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Peninggalan Kerajaan Singasari ini diketemukan tahun 1803 M dalam bentuk tumpukan bebatuan, hingga kemudian paa tahun 1934-1937 dilakukan perbaikan oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda (Mulyadi, dkk, 2015:24). Semenjak penemuannya dikenal dengan beberapa nama seperti Candi Menara, Candi Cella, Candi Cungkup, Candi Renggo, dan akhirnya disebut dengan Candi Singosari.

Waktu dari pendirian Candi Singosari diperkirakan tahun 1300 M untuk menghormati Raja Kertanegara. Merupakan candi Syiwa, yanng dilihat dari beberapa patung Syiwa yang berada di halaman candi. Selain itu juga ditemukan sepasang arca Dwarapala yang tingginya hampir 4 meter dengan membawa gada yang menghadap ke bawah. Walaupun terlihat besar dan cukup mengerikan, namun arca Dwarapala ini dianggap sebagai penyambut selamat datang.

Baca juga: 13 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Candi Jawi

Candi Jawi
Sumber: candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_jawi

Berlokasi di kaki Gunung Welirang kecamatan Pandaan, Pasuruan. Walaupun banyak yang mengira bahwa candi ini digunakan sebagai tempat beribatan umat Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pendharmaan atau juga penyimpanan abu Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari (Aidah, 2020:78). Walaupun sebagian abunya juga disimpan di Candi Singasari.

Candi Jawi ini dibangun sekitar abad ke-13, untuk tempat peribadatan umat Syiwa-Buddha atas perintah raja Kertanegara. Lokasi Candi Jawi yang cukup jauh dari pusat Kerajaan Sungosari ini diduga di daerah ini para rakyatnya sangat setia pada raja dan banyak menganut agama Syiwa-Buddha. Sehingga selain sebagai tempat pendharmaan Raja Kertanegara, candi ini juga dimaksudkan untuk tempat peribadatan.

Prasasti Wurare

Ditulis dalam bahasa Sansekerta yang bertahun 1211 saka/1289 M. Tulisanya terletak pada bagian bawah prasasti. Berisi penobatan arca Mahaksobhya di tempat yang dinamakan Wurare. Arca tersebut merupakan bentuk penghormatan dan perlambangan dari Raja Kertanegara yang oleh para keturunannya dianggap telah mencapai Buddha Agung.

Candi Jago

Candi Jago
Sumber: candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_jago

Berlokasi di Dusun Jago, Tumpang, Kabupaten Malang. dalam kitab Negarakrtagama dan Pararton nama yang sebenarnya ialah Jajaghu, yang memiliki arti keagungan yang digunakan untuk menyebut sebuah tempat suci. Candi tersebut juga menjadi penghormatan pada Raja Singasari ke-4 yaitu Raja Wisnuwardhana. Namun jika dilihat dari arsitektur dan hiasannya itu berasal dari masa akhir Majapahit.

Ditemukan juga arca Amoghapasa dengan delapan tangan, yang dianggap perwujudan Raja Wisnuwardhana. Terletak di halaman candi, namun kepalanya telah hilang. Candi Jago ini juga dipenuhi dengan relief seperti Krisnayana, partayajna, kunjarakarna, arjuna wiwaha, tantri kamandaka, dan petikan kisah Mahabarata.

Bentuk bangunannya mirip dengan punden berundak dari masa Megalithikum, yang pada dasarnya digunakan untuk pemujaan arwah leluhur. Oleh karena itu, Candi Jago juga dianggap sebagi tempat pemujaan arwah leluhur. Namun, hal tersebut masih sangat samar sehingga belum bisa dipastikan kebenaranya.

Candi Kidal

Candi Kidal
Sumber: Buku Pengantar Sejarah Kebudayaan 2

Berdasarkan Pararaton, candi Kidal digunaan sebagai tempat pendharmaan Raja kedua Kerajaan Singasari, Anusapati. Candi ini dibangun pada tahun 1248 M, setelah upacara pemakaman Raja Anusapati agar bisa mendapatkan kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.

Yang menjadi ciri khas dari candi ini adalah adanya relief Garudeya, yang mengisahkan mengenai perjalanan Garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan tebusan air suci amerta. Relief ini terletak di bagian kaki candi dan menggambarkan mengenai kebaktian Raja Anusapati pada sang ibu.

Stupa Sumberawan
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/stupa-sumberawan/

Memiliki bentuk Stupa, sehingga lebih sering disebut dengan Stupa Sumberawan daripada Candi. Stupa beraliran Buddha ini terletak di Desa Toyomarto, Singosari yang ditemukan pada tahun 1904, kemudian mulai dipugar pada tahun 1937. Stupa Sumberawan ini tidak memiliki tangga dan relief pada tubuhnya. Sehingga stupa ini diperkirakan pembangunannya adalah untuk tempat pemujaan saja.

Dalam kitab Negarakrtagama, stupa ini disebut juga sebagai Taman Surga Nimfa, yang merupakan bangunan suci dan pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada 1359 M. Pendirian stupa ini diperkirakan pada abad ke 14-15 M pada periode Majapahit.

Arca Dwarapala

Arca Dwarapala
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/arca-dwarapala/

Terletak di wilayah percandian di candirenggo, Singosari. Memiliki tinggi hampir 4 meter, menjadikan arca ini sebagai arca Dwarapala yang paling besar. Arca ini dibuat dengan bentuk tubuh yang besar, dengan mata melotot dan taring serta berbagai perhiasan dengan hiasan tengkorak sehingga terlihat menyeramkan. Oleh karena itu, arca tersebut disebut sebagai penjaga di kawasan percandian Candirenggo.

Sepasang arca ini letaknya cukup berjauhan, yang satu menghadap ke timur du bagian utara sedangkan satunya berjarak 30 meter ke selatan menghadap ke utara. Pergeseran arah arca diperkirakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda ketika mengangaktan badan arca yang hanya terlihat separoh.

Prasasti Manjusri

Sumber: ngalam.co/2017/02/20/prasasti-manjusri-yang-ada-di-arca-manjusri/

Merupakan manuskrip berangka tahun 1265 saka yang dipahat dengan huruf Jawa Kuno dengan Bahasa Sansekerta di belakang arca Majusri. Arca ini awalnya ditemukan di wilayah candi Jago, namun kemudian disimpan di museum Ethnology di Berlin. Isi prasasti ini mengenai penempatan arca Manjusri di tempat pendharmaan yang dilakukan oleh Adityawarman.

Berdasarkan penafsiran Bosch, prasasti ini menjelaskan mengenai pendirian candi tambahan di wilayah candi Jago oleh Adityawarman, atau mungkin candi tahun 1280 M yang didirikan sebelumnya telah runtuh sehingga dibuat candi yang baru.

Majusri sendiri merupakan Bodhisattwa yang biasanya digambarkan dengan wujud pemuda yang megang pedang dan buku di kedua tanganya. Pedang dimaksudkan untuk memberantas kepalsuan dan penasaran, dan buku mengandung ajaran sepuluh laku utama yang disebut paramita. Dalam peninggalan Arca Manjusri ini digambarkan duduk diatas teratai, tangan kirinya memegang buku dan pada tangan kananya memegang sebuah pedang, serta dikelilingi oleh empat dewa.

Prasasti Singasari

Disebut juga Prasasti Gajah Mada, dengan angka tahun 1351 M dan ditulis dengan Aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan caitya atau bangunan penghormatan oleh Gajah Mada untuk para brahmana dan raja Kertanegara saat pemberontakan oleh Jayakatwang.

Baca juga: 15 Peninggalan Kerajaan Demak Serta Penjelasannya

Prasasti Mula Malurung

Sumber: anangpaser.wordpress.com/2012/02/26/prasasti-mula-malurung/

Merupakan piagam yang ditulis untuk penghadiahan Sima Desa Mula dan Malurung kepada Sang Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan tembaga yang dikeluarkan oleh raja Kertanegara pada tahun 1255 M atas perintah ayahnya Raja Wisnuwardhana. Prasasti ini terdiri atas 12 lempengan tembaga yang ditemukan dalam dua waktu, yaitu pada tahun 1975 dan 2001.

Baca juga: 11 Peninggalan Kerajaan Majapahit

Pemahaman Akhir

Kerajaan Singasari merupakan salah satu kerajaan terkenal di Indonesia, terletak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok yang berhasil menyatukan Tumapel dan Kediri pada tahun 1222 dan menempatkan Tumapel sebagai ibu kotanya yang disebut Kuta Raja.

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari menjadi bukti sejarah yang menggambarkan kehidupan dan keberadaan kerajaan tersebut. Beberapa peninggalan yang masih bisa ditemukan antara lain Candi Singosari, Candi Jawi, Prasasti Wurare, Candi Jago, Stupa Sumberawan, Arca Dwarapala, Prasasti Manjusri, Prasasti Singasari, dan Prasasti Mula Malurung.

Candi Singosari adalah salah satu peninggalan kerajaan yang terletak di wilayah Kabupaten Malang, didirikan sekitar tahun 1300 M untuk menghormati Raja Kertanegara. Candi ini memiliki patung-patung Syiwa yang menghiasi halaman candi dan arca Dwarapala sebagai penyambut selamat datang.

Candi Jawi, walaupun sering disebut sebagai tempat beribadah Buddha, sebenarnya merupakan tempat pendharmaan atau penyimpanan abu Raja Kertanegara. Lokasinya yang jauh dari pusat kerajaan menunjukkan setia dan banyaknya pengikut agama Syiwa-Buddha di daerah tersebut.

Peninggalan lainnya seperti Candi Jago, Candi Kidal, dan Stupa Sumberawan juga menjadi saksi bisu kejayaan dan kehidupan masa lalu Kerajaan Singasari. Prasasti-prasasti seperti Prasasti Manjusri dan Prasasti Singasari memberikan informasi tentang tokoh-tokoh penting dan peristiwa-peristiwa penting pada masa itu.

Kesimpulannya, peninggalan-peninggalan Kerajaan Singasari menjadi bukti sejarah yang penting untuk memahami kehidupan dan peradaban masa lalu Indonesia. Dengan mempelajari dan merawat peninggalan-peninggalan ini, kita dapat lebih menghargai dan memahami warisan budaya dan sejarah nenek moyang kita. Sebagai guru sejarah, penting untuk mengajarkan dan menyampaikan informasi tentang peninggalan-peninggalan bersejarah ini kepada generasi muda agar mereka juga dapat menghargai dan memahami sejarah bangsa mereka.

Demikian sedikit penjelasan mengenai sejarah singkat Kerajaan Singasari dan peninggalannya yang sampai hari ini masih bisa dilihat. Dari materi ini semoga cukup membantumu ya, baik dalam tugas atau menambah wawasan mengenai Peninggalan Kerajaan Singasari.

Selamat membaca dan tetap belajar ya!


Sumber:

Aidah, N., S. 2020. Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit KBM Indonesia

Mulyadi, L., Hutabarat, Y., Harisman, A., & Suwardono. 2010. Motif Ornamentasi Situs Candi Kerajaan Singosari. Malang: Intimedia

Mulyadi, L., Hutabarat, Y., & Harisman, A. 2015. Relief dan Arca Candi Singosari-Jawi. Malang: Dream Litera Buana

Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta: Kanisius.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Leni

Nama saya Leni Sagita, lulusan S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang. Saya tertarik menulis dalam bidang pendidikan, khusunya bidang Sejarah, untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan. Semoga artikel yang saya buat nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya adik-adik yang sedang menimba ilmu supaya lebih bersemangat dalam belajar.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *