Mengenal Homo Wajakensis Secara Lengkap

Manusia merupakan salah satu makhluk yang diberikan kemampuan untuk berkembang menghadapi lingkungannya. Lingkungan yang ada memberikan tantangan pada manusia untuk mampu menghadapinya. Apakah kamu masih ingat mengenai teori Darwin tentang perkembangan bentuk tubuh manusia? Dikatakan bahwa manusia berkembang dari berjalan bungkuk hingga berjalan tegak seperti saat ini.

Manusia yang hidup pada masa sebelumnya disebut dengan manusia prasejarah. Mereka hidup beberapa ratus bahkan ribuan tahun sebelumnya, ketika manusia belum mengenal tulisan. Manusia prasejarah hidup dengan bergantung pada alam disekitarnya dan hidupnya berpindah-pindah. Jenisnya pun berbeda-beda tiap periode. Salah satu jenis manusia prasejarah ialah jenis Homo Wajakensis. Untuk lebih memahaminya, simak penjelasan berikut ini ya.

Homo Wajakensis di Indonesia

Tengkorak Homo Wajakensis
Sumber: Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid I

Sebelum membahas mengenai manusia Homo Wajakensis. Perlu diketahui bahwa, manusia jenis “homo” merupakan jenis yang lebih berkembang dari manusia “pithecanthropus”. Selain dilihat dari hasil kebudayaannya, manusia jenis “homo” juga memiliki volume otak yang lebih berkembang dari sebelumnya. Homo memiliki arti “manusia”, dimana jenis manusia purba ini dianggap paling maju jika dibandingkan dengan yang lainnya (Wardaya, 2009:75).

Penemuan manusia jenis Homo Wajakensis ini diawali dari seorang bernama Van Rietschotten yang berhasil menemukan tengkorak dan rangka di daerah Wajak, Tulung Agung (Jawa Timur) pada tahun 1889. Temuan ini terdiri dari tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher (Soejono & Leirissa, 2010:90). Setelah melalui penelitian, akhirnya manusia jenis ini diberi nama Homo wajakensis.

Baca juga: Pithecanthropus Mojokertensis

Ciri-Ciri Homo Wajakensis

Homo Wajakensis merupakan salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia. Jenis yang berbeda dari lainnya, tentunya dapat diketahui jika memiliki ciri khusus tertentu. Berikut ciri dari Homo Wajakensis, sebagai berikut:

  1. Otaknya lebih berkembang, dengan volume rata-rata 1.350cc – 1.450 cc.
  2. Tinggi badanya lebih besar, antara 130cm – 210 cm.
  3. Berat badanya antara 30kg – 150 kg.
  4. Muka datar dan lebar, serta bagian mulutnya menonjol sedikit.
  5. Letak tengkorak diatas tulang belakang sudah lebih seimbang.
  6. Sudah mampu berdiri lebih tegak dan berjalan dengan seimbang.
  7. Dahinya agak miring dan diatas rongga mata ada busur kening.
  8. Jarak antara hidung dan mulut masih jauh.
  9. Pipinya menonjol kesamping.

Berdasarkan ciri-ciri Homo Wajakensis tersebut, kemungkinan dari ras inilah berasal subras Melayu Indonesia, kemudian dari sanalah berevolusi ras Australomelanesid. Homo Wajakensis ini diperkirakan hidup antara 40.000 hingga 25.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara.

Homo Wajakensis ini diperkirakan tidak hanya mendiami Indonesia bagian barat saja, namun juga sebagian Indonesia bagian timur. Diperkirakan populasinya lebih banyak dari manusia jenis pithecanthropus. Ras inilah yang dianggap menurunkan bentuknya kepada manusia masa kini. Subras melanesid dan Australid ini memperoleh bentuknya yang sekarang di tempat yang baru.

Penemuan Fosil

homowajakensis di Museum Sangiran
Sumber: idsejarah.net

Sebelum membahas mengenai fosil Homo Wajakensis, perlu diketahui terlebih dahulu pengertiannya. Fosil merupakan sisa-sisa tumbuhan, mahluk hidup yang sudah mati dan terpendam dibawah lapsan tanah dan mengeras. Benda ini merupakan bukti nyata bahwa pada masa terdahulu pernah hidup hewan, tumbuhan, bahkan manusia sebelum masa ini. Salah satu fosil yang ditemukan di Indonesia ialah fosil Homo Wajakensis.

Fosil pertama ditemukan didekat daerah Tulungagung, Jawa Timur. penemuan itu dilakukan oleh Van Rietschoten pada 1889. Temuan tersebut berupa Tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa ruas leher. Penemuan kedua juga ditemukan didaerah yang sama pada tahun berikutnya, berupa fragmen tulang tengkorak rahang atas dan bawah, tulang paha, dan tulang kering.

Berdasarkan temuan tersebut, diperkirakan bahwa manusia jenis ini telah mengalami perkembangan dari jenis sebelumnya, yaitu pithecanthropus. Namun masih sulit untuk dipastikan apakah manusia dengan jenis Homo Wajakensis ini merupakan evolusi dari pithecanthropus. Hal tersebut dikarenakan keduanya diperkirakan terpaut jauh sekitar 250.000 tahun (Soejono & Leirissa, 2010:93).

Dimasa kini, penemuan fosil ini juga masih bisa dilihat secara langsung. Salah satu museum yang menyimpan fosil manusia jenis wajakensis ini berada di Sangiran. Selain fosil tersebut, juga terbanyak fosil lainnya dan juga replika dari perwujudan manusia purba.

Baca juga: 11 Peninggalan Kerajaan Majapahit

Pemahaman Akhir

Manusia merupakan makhluk yang diberikan kemampuan untuk berkembang dan menghadapi tantangan lingkungannya. Lingkungan memberikan tantangan bagi manusia untuk beradaptasi dan menghadapi perubahan. Salah satu teori perkembangan bentuk tubuh manusia yang diusulkan oleh Darwin menyatakan bahwa manusia berkembang dari berjalan bungkuk hingga berjalan tegak seperti saat ini.

Manusia prasejarah hidup sebelum mengenal tulisan dan bergantung pada alam sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai periode dan memiliki beragam jenis. Salah satu jenis manusia prasejarah adalah Homo Wajakensis, yang ditemukan di Indonesia. Homo Wajakensis merupakan jenis manusia purba yang lebih maju daripada manusia Pithecanthropus, ditandai dengan volume otak yang lebih berkembang.

Beberapa ciri dari Homo Wajakensis antara lain memiliki otak yang lebih berkembang dengan volume rata-rata 1.350cc – 1.450cc, tinggi badan antara 130cm – 210cm, berat badan antara 30kg – 150kg, muka datar dan lebar dengan mulut yang menonjol sedikit, mampu berdiri tegak dan berjalan dengan seimbang, serta memiliki beberapa ciri fisik khusus lainnya.

Homo Wajakensis diperkirakan hidup sekitar 40.000 hingga 25.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara. Populasinya diyakini lebih banyak daripada manusia Pithecanthropus. Kemungkinan ras Melayu Indonesia berasal dari Homo Wajakensis dan melalui evolusi, bentuknya menjadi subras Melanesid dan Australid yang memiliki bentuk fisik seperti manusia masa kini.

Penemuan fosil Homo Wajakensis pertama kali dilakukan oleh Van Rietschotten di daerah Tulungagung, Jawa Timur, pada tahun 1889. Fosil-fosil tersebut berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa ruas leher. Penemuan fosil ini memberikan bukti nyata bahwa manusia jenis Homo Wajakensis pernah hidup di masa lalu.

Fosil-fosil ini dianggap sebagai bukti evolusi manusia dari jenis sebelumnya, yaitu Pithecanthropus. Namun, sulit untuk dipastikan apakah Homo Wajakensis merupakan evolusi dari Pithecanthropus karena kedua jenis manusia ini diperkirakan hidup pada periode yang terpaut jauh.

Saat ini, fosil-fosil Homo Wajakensis dapat dilihat di beberapa museum di Indonesia, seperti Museum Sangiran. Museum ini menyimpan fosil manusia purba dan juga replika dari perwujudan manusia prasejarah. Penemuan fosil-fosil ini memberikan wawasan tentang masa lalu manusia dan evolusi mereka dalam menghadapi lingkungan sekitar.

Nah, apakah kamu sudah mulai memahami mengenai manusia jenis Homo Wajakensis ini? Semoga artikel ini bisa membantu para pembaca untuk lebih memahami mengenai jenis manusia yang hidup pada masa prasejarah ini ya. Selamat belajar.


Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional

Soejono, R., P., & Leirissa, R., Z. 2008. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Leni

Nama saya Leni Sagita, lulusan S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang. Saya tertarik menulis dalam bidang pendidikan, khusunya bidang Sejarah, untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan. Semoga artikel yang saya buat nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya adik-adik yang sedang menimba ilmu supaya lebih bersemangat dalam belajar.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *