Tahukah kamu jika lempung termasuk dari jenis batuan? Ya, lempung yang biasa digunakan untuk pembuatan gerabah termasuk salah satu jenis batuan endapan. Apakah kamu tahu contoh batuan sedimen lainnya? Hem.. untuk lebih jelasnya, yuk ikuti ulasan tentang klasifikasi batuan sedimen dan contoh batuan endapan lainnya.
Daftar Isi
Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya penyatuan dan pembatuan dari serpihan batuan (litifikasi). Kebanyakan batuan endapan hasil proses pelapukan dan erosi dari batuan sebelumnya. Sebagian lagi merupakan tumpukkan dari abu vulkanis, bahan-bahan organis, meteroit, dan mineral-mineral yang terbawa air.
Proses pelapukan batuan terjadi melalui pelapukan fisik maupun kimia. Proses pelapukan dan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi terjadi jika energi transpor sudah tidak mampu lagi mengangkut partikel tersebut. Material batuan endapan terdiri dari berbagai jenis ukuran partikel, ada yang halus, kasar, berat, dan ringan.
Baca juga: Vulkanisme Serta Dampaknya Terhadap Kehidupan
Ciri-ciri Batuan Sedimen
Ciri-ciri fisik yang umum dalam struktur batuan endapan adalah:
- Berlapis, batuan endapan membentuk lapisan antara batuan yang satu dengan yang lainnya. Biasanya, antar batuan itu direkatkan oleh matrik sepertimateri silikon oksida. Bidang perekat ini biasa disebut bidang perlapisan.
- Tekstur, yaitu ciri batuan endapan yang dilihat dari ukuran butir, bentuk, dan susunan fragmen pembentuk batuan endapan. Secara umum, terbagi menjadi dua yaitu klastik dan non klastik.
- Gelembur gelombang, terjadi akibat gerakan arus air pada permukaan lapisan batuan. Biasanya terjadi di pantai atau sungai.
- Warna, lapisan batuan endapan sering memperlihatkan warna yang berlainan antara tiap lapisan yang berbeda sebagai akibat unsur kimia dalam lapisan batuan tersebut. Mangan menimbulkan warna ungu gelap, limonit menyebabkan warna kuning, dan hematit menyebabkan warna merah.
- Kongkresi, yaitu keadaan bagian dalam lebih keras dibandingkan massa batuan pembungkusnya. Biasanya komposisi seperti ini terdapat pada batuan serpih, batu gamping, dan batu pasir.
- Geoda (geode), yaitu keadaan kongkresi batuan berbentuk bulat berlubang dan pada bagian tengah batuan terdapat deretan kristal.
- Fosil, yaitu kondisi batuan yang terdapat sisa-sisa makhluk hidup. Beberapa batuan sedimen terbentuk karena campuran endapan organisme yang telah mati. Sisa organisme mati dan terendap bersama dengan material sedimen kemudian termampatkan sehingga membentuk batuan sedimen berfosil.
- Rekah kerut (mud crack), biasa ditemukan pada dasar perairan seperti danau, empang, sungai, ataupun pantai. Rekah kerut ini adalah lapisan batuan yang mengendap pada dasar perairan karena berat jenisnya.
Proses Pembentukan Batuan Sedimen
Budi Santoso (1985) menjelaskan pembentukan batuan sedimen melalui beberapa proses sebagai berikut:
- pelapukan fisika dan kimia dari bahan induk,
- transportasi hasil-hasil pelapukan oleh air, es, angin ataupun gravitasi,
- deposisi bahan tersebut pada basin sedimen, dan
- pemadatan dan sementasi menjadi batuan yang padat.
Sementara Soetoto (1981) menjelaskan jika lithifikasi dapat disebabkan oleh proses-proses:
- Perekatan (comentation). Materi SiO2, Fe2O3 atau CaCO3 berfungsi sebagai perekat/matriks.
- pemadatan (compaction).
- desikasi (desication), keluarnya air dari pori-pori dan
- kristalisasi (crystalization).
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada yang mengalami pelapukan, dorongan oleh air, pengikisan, diagnesa, transportasi dan litifikasi. Batuan ini mengendap pada bagianbagian yang lebih rendah dibandingkan batuan asalnya.
Berikut tahapan pembentukan batuan sedimen:
Pelapukan
Pelapukan merupakan peristiwa perusakan batuan karena pengaruh cuaca, kimia, ataupun organisme. Peristiwa pelapukan menghasilkan keping-keping batuan yang hancur menjadi butiran yang lebih kecil. Sehingga, hasil pelapukan larut dalam air akan diperoleh materi disebut sedimen.
Erosi
Erosi merupakan peristiwa pengikisan batuan, tanah yang disebabkan oleh kekuatan arus air, angin, es, pengaruh gaya gravitasi, dan organisme. Erosi tidak sama dengan pelapukan. Pelapukan merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, sedangkan erosi karena pengaruh kekuatan alir angin, air, ataupun gletser.
Transportasi
Transportasi merupakan peristiwa pengangkutan material sedimen dari satu tempat ke tempat lain melalui media aliran dan material tersebut berhenti terendapkan di suatu tempat. Media fluida ini bisa melalui gravitasi, air, es, dan udara.
Sedimentasi
Awalnya, batuan sedimen merupakan batuan lunak tidaklah keras, akan tetapi karena proses diagenesa maka batuan lunak berubah menjadi keras.
Batuan sedimen baik terbentuk secara kimia ataupun organik memiliki kesamaan yaitu merupakan akumulasi dari larutan materi endapan. Selain itu, ada pula jenis batuan sedimen yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan hasil pelapukan karena penyinaran matahari, ataupun kikisan angin.
Batuan ini disebut eluvium dan disebut alluvial jika dihanyutkan oleh air. Sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis. Sebaiknya, batuan sedimen kebanyakan diendapkan secara mendatar sehingga batuan paling muda terdapat pada lapisan atas.
Litifikasi dan Diagnesis
Litifikasi atau pembatuan adalah proses perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batu pasir. Sedangkan diagenesis adalah proses lanjutan litifikasi dengan ciri utama mengubah tekstur dan mineralogi batuan.
Diagnesis terjadi pada suhu dan tekanan yang tinggi dibandingkan kondisi saat pelapukan. Namun berbeda dengan proses metamorfosis batuan. Terdapat tiga macam proses diagenesis, yaitu proses kimia, fisika, dan biologis.
Proses diagenesis dimulai dari kompaksi, rekristalisasi, pelarutan, sementasi, autigenisasi, replacement, dan bioturbasi. Secara umum diagenesis dikenal sebagai proses kompaksi atau pemadatan material sedimen menjadi batuan keras, misalnya larutan kapur.
Sebagian besar proses diagenesis terjadi di dasar samudra. Beberapa material mengendap secara langsung dan reaksi-reaksi kimia seperti oleh garam (CaSO4.nH2O). Selain itu, ada pula terdapat bahan organik pada batuan, berupa jasad renik, baik tumbuhan maupun hewan.
Proses diagnesa berperan dalam menentukan karakteristik batuan sedimen. Proses diagnesis akan menyebabkan perubahan material sedimen. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik, kimia, dan mineralogi.
Beberapa proses yang terjadi pada tahap diagnasis, yaitu:
- Kompaksi, tahap ini akan terjadi karena penambahan beban. Kompaksi terjadi jika adanya tekanan penambahan beban. Baban itu akibat penumpukkan material sedimen yang berada di atasnya.
- Anthigenesis, merupakan mineral baru pada batuan sedimen pada proses diagenesis. Mineral autigenik biasanya ditemukan pada batuan karbonat, silika, klastika, illite, gipsum, dan beberapa mineral lain.
- Metasomatisme, yaitu proses pergantian mineral sedimen tanpa pengurangan volume. Contoh, proses perubahan mineral karbonat ataupun fosil menjadi dolomit.
- Rekristalisasi, yaitu pengkristalan kembali mineral dari pelarutan material endapan selama diagnesis.
- Larutan (Solution), yaitu adanya larutan pada bagian dalam batuan sehingga menyebabkan batuan sedimen berongga.
Baca juga: Materi Lapisan Litosfer
Transportasi Material Sedimen
Material endapan dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu:
- Suspension, ini pada umumnya terjadi pada material sedimen yang berukuran sangat kecil (seperti lempung) sehingga dapat diangkut dengan mudah oleh aliran fluida (air dan angin).
- Bed load, cara bed load terjadi jika material endapan cukup besar (seperti pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada fluida yang bergerak dengan kecepatan cukup tinggi. Sehingga mampu memindahkan partikel yang besar pada dasar perairan.
- Saltation, cara pengangkutan ini yaitu aliran fluida yang melomcat-loncat dan mengepul, kemudian mampu mendorong dan mengangkut material sedimen. Sampai akhirnya, gaya gravitasi mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan proses pengendapannya, klasifikasi batuan sedimen dibagi menjadi: batuan sedimen klastik, batuan endapan kimiawi, dan batuan endapan organik.
Batuan sedimen klastik
Batuan ini memiliki susunan kimia yang sama dengan susunan kimia materi sedimen pembentuknya. Proses pembentukan batuan mengalami penghancuran secara mekanik tanpa proses perubahan kimiawinya. Batu yang besar mengalami kehancuran dan menjadi partikel lebih kecil. Pecahan batu ini terangkut oleh air hujan, angin,longsor atau berguling-guling masuk ke dalam sungai.
Arus sungai mampu menghancurkan batu besar (bom) menjadi pasir, kerikil, lumpur serta mengendapkan di tempat lain. Contoh batuan klastik adalah batu konglomerat. Pembentukan batuan karena angin, air, atau es ini disebut juga sedimen mekanik.
Contoh jenis batuan sedimen klastik: batu gamping, batu pasir, batu lempung, batu breksi, batu konglomerat, batu tilit, argillaceous (serpih lempung), batu lanau, arenaceous (batu pasir serpih), arkosa (batu pasir feldspar), dan carbonaceous (serpih gamping).
Batuan sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen non-klastik terbentuk selain melalui proses penghancuran mekanik, bisa secara kimiawi ataupun sedimen organik.
Batuan Sedimen Kimiawi
Berbeda dengan jenis batuan sedimen klastik, batuan ini terbentuk melalui proses kimia. Tahapan proses kimia adalah pelarutan, penguapan, oksidasi, dehidrasi, dan sebagainya. Sehingga struktur kimia batuan endapan ini berbeda dengan materi sedimen asalnya.
Hasil pengendapan secara kimiawi, seperti; batu kapur. Hujan yang mengandung karbon monoksida terjadi di gunung kapur kemudian air hujan meresap ke dalam retakan halus batu gamping (CaCO3).
Batu kapur larut dengan air hujan menjadi larutan air kapur (Ca(HCO3)2) sampai ke atap gua kapur. Tetesan air kapur ini akan membentuk stalaktit bagian atas atap gua dan stalagmit di bawah gua. Kedua bentuk batuan kapur ini disebut batuan endapan kimiawi.
Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berbeda dengan jenis batuan sedimen klastik. Batuan sedimen organik terbentuk karena sebagian material organik seperti ranting, daun, bangkai binatang atau hasil uraian dekomposer tertimbun di dasar laut.
Tabel Jenis batuan Sedimen
Cara pembentukan | Sifat utama | Contoh Batuan Sedimen lepas | Contoh Batuan Sedimen padat |
Mekanik | Batuan psefitik | Talus Kerikil | Breksi Konglomerat |
Batuan psimitik bersifat pasir | Pasir | flagstone, graywacke, arkose, batu pasir, | |
Batu pelitik bersifat lempung | lempung | Batuan lempung, serpih | |
Mengandung gamping | Batuan koral pasir globigerina | Batuan gamping | |
Organik | Mengandung silisium | Lumpur radiolarian, tanah diatomea | Batuan mengandung radiolarit |
Mengandung karbon | Gambut | Batu bara muda (lignit), dan batu bara antrasit | |
Mengandung besi | Bijih besi | limonit | |
Mengandung fosfat | Guano | Fosforit breksi | |
Kimiawi | Mengandung gamping | CaCO3 yang mengendap menjadi CaCO3. MgCO3 | Batuan gamping dolomit |
Mengandung besi | Hidrosol Fe2O3 | Batu besi lempung | |
Mengandung silisium | Gel Silisium | Batu api, sinter, yasper |
Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan tenaga pengangkutnya dan tempat terjadinya yaitu:
- Batuan endapan aerik (aeolis), dibentuk karena proses angin, seperti; tanah los, tuf, dan pasir di gurun.
- Batuan endapan glasial, dibentuk karena adanya gletser, seperti; Moraine.
- Batuan endapan aquatik, karena dibentuk oleh air, seperti; batu pasir, batu lempung dan sebagainya.
- Batuan endapan marin yang dibentuk oleh air laut, seperti batu pasir. Batuan sedimen marine dibagi menjadi dua bagian yaitu ferrigen dan pelagie. Ferrigen ialah sedimen di laut yang berasal dari hasil pelapukkan dan transportasi daratan. Pelagie adalah sedimen di dasar laut yang berasal dari organisme yang sudah mati di laut.
- Batuan endapan fluvial, pengendapan air di sungai oleh aliran air. Di sini akan terbentuk endapan aluvium (endapan alluvial)
- Batuan endapan kostal, pengendapan yang terdapat di pantai yang terbentuk dari campuran daratan maupun lautan, mengendap berupa delta, lagoria dan esturia.
Contoh Bantuan Sedimen
Batu Breksi
Batuan breksi memiliki perekat sementasinya pun kasar dengan ukuran 2-256 milimeter. Material sedimen breksi terdiri dari campuran dari kuarsit, rijang, granit, batu gamping, kuarsa, dan lain-lain.
Batu Konglomerat
Batuan konglomerat mirip dengan batu breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter. Campuran sedimennya antara lain batu kerikil, kuarsa, tijang, granit, dan pasir.
Batu Pasir
Batu pasir (sand stone) terbentuk dari sementasi dari butiran pasir yang terbawa aliran angin, sungai, dan ombak kemudian terakumulasi pada suatu tempat.
Batu Arkose
Arkose adalah batu pasir yang memiliki kandungan feldspar lebih dari 25%.
Batu Graywacke
Batu greywacke merupakan salah satu jenis batuan pasir yang kandungan lempung lebih dari 15%.
Batu Lanau
Batu lanau memiliki butiran yang berukuran sedang, antara batu pasir dan batu serpih. Komposisi dari mineral-mineral kuarsa, lempung, klorit, opal, kalsedon, dan bijih besi.
Batu Lempung
Batu lempung memiliki ciri khas yaitu mudah dibentuk, plastis, dan mudah membelah.
Batu Kapur
Batu kapur atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit dengan rumus kimia CaCO3.
Batu Calcilutit
Batu calcilutit terbentuk jika ukuran butiran calcarenit menjadi lebih kecil dan mengalami pengerasan.
Batu Bara
Batu bara merupakan batuan endapan yang terbentuk dan pemampatan material yang berasal dari sisa tumbuhan baik itu daun, dahan, ranting, maupun akar. Teksturnya berlapis, amorf, dan tebal.
Baca juga: Siklus Batuan Beserta Penjelasannya
Pemahaman Akhir
Lempung termasuk salah satu jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk melalui proses pelapukan, transportasi, deposisi, dan litifikasi dari serpihan batuan atau material organik. Batuan sedimen memiliki ciri-ciri fisik seperti berlapis, tekstur, gelembung gelombang, warna, kongkresi, geoda, fosil, rekah kerut, dan lain-lain.
Selain lempung, contoh batuan sedimen lainnya meliputi batu pasir, batu gamping, batu koral, batu breksi, batu konglomerat, batu tilit, serpih lempung, batu lanau, batu kapur, batu bara, dan lain-lain. Batuan sedimen dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pembentukannya, seperti klastik (pengendapan material hasil pelapukan), non-klastik (pengendapan material selain hasil pelapukan), aerik (pengendapan akibat angin), glasial (pengendapan akibat gletser), aquatik (pengendapan akibat air), marin (pengendapan akibat air laut), fluvial (pengendapan akibat sungai), dan kostal (pengendapan di pantai).
Proses pembentukan batuan sedimen melalui pelapukan, erosi, transportasi, deposisi, dan litifikasi merupakan bagian penting dalam siklus batuan dan proses geologis yang terjadi di bumi. Melalui pemahaman tentang jenis dan pembentukan batuan sedimen, kita dapat lebih mengenal geologi bumi dan memahami peran penting batuan sedimen dalam membentuk lingkungan alam dan keberagaman geologi di berbagai wilayah.
Demikian penjelasan seputar batuan endapan, baik klasifikasi batuan sedimen, contoh jenis batuan sedimen, batuan sedimen klastik, batuan sedimen nonklastik, dan proses pembentukkannya. Semoga bisa menambah wawasan kamu ya seputar batuan endapan.
Sumber:
Gatot Harmanto. (2016). Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Nandi. (2010). Handout Geologi Lingkungan: Batuan, Mineral, dan Batu Bara. Bandung: UPI
Zuhdi, Muhammad. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. Duta Pengantar Ilmu: Lombok