Komunikasi adalah salah satu disiplin yang paling tua, tetapi juga paling modern. Model komunikasi sudah mulai dipraktekkan sejak zaman Yunani awal. Namun, seiring berkembangnya teknologi komunikasi, popularitas dan kompleksitas ilmu komunikasi semakin meningkat. Studi komunikasi mengalami perjalanan yang panjang dalam perkembangannya hingga saat ini. Oleh karena itu, yuk kita lihat perkembangan model komunikasi!
Daftar Isi
Sejarah Komunikasi
Menurut sejarawan, peran komunikasi sudah dapat dilihat sejak abad kelima belas dalam tulisan Mesir dan Babilonia. Esai yang tertulis pada 3000 SM memberikan saran mengenai cara berbicara yang efektif. The Precepts, tulisan Mesir pada 2675 SM, memberikan pedoman mengenai komunikasi efektif.
Perkembangan ilmu komunikasi merupakan hal yang dipengaruhi oleh pemerintahan Yunani. Pada saat itu, Yunani memiliki bentuk pemerintahan demokratis. Hal ini membuat komunikasi menjadi kemampuan penting yang harus dimiliki semua orang dalam sektor apapun; bisnis, pemerintahan, hukum, pendidikan, dan sebagainya. Dalam sektor hukum, tugas pengacara diambil oleh orang awam. Sejak itu, berbicara di depan umum dalam konteks hukum menjadi suatu hal yang menyenangkan.
Pada zaman itu, berbicara di ruang sidang dianggap sebagai sebuah seni persuasi. Akademisi Yunani pada saat itu akhirnya mengembangkan konsep yang bernama retorika. Retorika bertujuan untuk mempelajari seni persuasi. Dari konsep tersebut, dikembangkan konsep organisasi pesan. Konsep organisasi pesan menyatakan bahwa sebuah pesan harus memiliki tiga bagian; perkenalan, isi, dan kesimpulan.
Dalam perkembangannya, akademisi Yunani lain seperti Cicero, Quintilian, Plato, dan Aristotle juga berpartisipasi dalam diskursus retorika. Cicero mengembangkan teori retorika, menyatakan bahwa komunikasi adalah topik akademik dan praktis. Quintilian melihat bahwa komunikasi dan edukasi adalah hal yang berhubungan. Tulisan para akademisi ini mendorong pandangan bahwa komunikasi merupakan persoalan yang penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Pemikiran ini dikembangkan hingga periode Klasik.
Selain retorika dan pidato, jurnalisme merupakan salah satu bidang yang memiliki kontribusi penting dalam ilmu komunikasi. Praktik jurnalisme sudah ada sejak 3700 tahun yang lalu di Mesir. Catatan tentang kejadian saat itu dituliskan di batu nisan seorang raja Mesir. Beberapa tahun kemudian, Julius Caesar membuat salinan dari berita tersebut dan dijual ke khalayak. Koran pada masa awal juga berisi campuran dari proklamasi, majalah, pamflet, dan catatan politik.
Baca juga: Filsafat Komunikasi
Pada 1910an, industri koran merupakan sarana jurnalisme yang paling terkenal. Setelah itu, kemunculan radio pada 1920an dan TV pada 1940an menghasilkan penerapan konsep jurnalistik yang lebih luas. Media baru ini memberikan dorongan kepada perkembangan sifat jurnalisme.
Lingkup dari ilmu komunikasi semakin meluas pada akhir 1940an dan 1950an. Berbagai akademisi dari bidang pengetahuan lainnya, seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, psikologi, mulai mengaplikasikan peran dari komunikasi ke dalam ilmunya masing-masing. Hal ini membuat terjadinya perkembangan ilmu disipliner.
Pada 1960an, banyak peneliti yang berfokus kepada kesuksesan bentuk komunikasi propaganda untuk mempersuasi khalayak. Studi yang tadinya spesifik terhadap teknologi tertentu—koran, majalah, radio, TV—berganti menjadi studi yang lebih general, berfokus kepada sifat teknologi komunikasi sebagai media massa dan komunikasi massa. Hingga tahun 1970an, akademisi komunikasi melakukan perpaduan antara penelitian komunikasi dengan berbagai lingkup pengetahuan lainnya. Masa ini dapat dilihat sebagai masa integrasi.
Ekspansi ilmu komunikasi pada tahun 1960an menyebabkan studi ilmu komunikasi mengalami perkembangan dan spesialisasi ilmu. Sejumlah sub-disiplin ilmu komunikasi pun berkembang; komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, psikologi komunikasi, komunikasi politik, komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional, dan sebagainya. Selain itu, popularitas ilmu komunikasi juga meningkat. Pada masa ini, komunikasi berkembang sebagai profesi dan disiplin ilmu yang diajari di perguruan tinggi.
Pada akhir 1990an, dunia memasuki masa informasi. Masa informasi adalah masa ketika teknologi komunikasi dan informasi memiliki peran yang semakin penting dalam masyarakat. Dampak dari media baru dan teknologi komunikasi sangatlah luas dan mempengaruhi segala aspek kehidupan sosial dan profesional manusia.
Dalam tahap ini, informasi menjadi komoditi yang bisa diperjualbelikan. Perusahaan komunikasi dan informasi menjadi perusahaan yang paling besar. Informasi menjadi pusat industri manapun, seperti publikasi, Internet, perbankan, asuransi, dan sebagainya.
Pada masa informasi, sifat berbagai media baru yang berbeda mengalami konvergensi. Contohnya, TV tidak hanya menjadi media untuk program komunikasi massa, tetapi juga bisa digunakan bersamaan dengan Internet, DVD, video game, dan sebagainya. Teknologi komunikasi berkembang menjadi teknologi hybrid dengan kegunaan yang beragam. Hal ini mendorong teknologi untuk memasuki kehidupan manusia secara lebih jauh lagi.
Sekarang, studi komunikasi mengalami perkembangan ilmu yang luar biasa pesat. Interdisipliner berkembang lebih luas, dengan adanya hubungan antara ilmu komunikasi dengan disiplin ilmu lainnya. Teknologi sangat berperan dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Selain itu, mulai terdapat kesadaran bahwa peran komunikasi dalam kehidupan profesional dan sosial sangatlah penting.
Sekian gambaran dari masa-masa yang penting dalam perkembangan ilmu komunikasi. Dari gambaran ini, dapat dilihat bahwa disiplin ilmu komunikasi adalah ilmu yang kuno sekaligus sangat modern, interdisipliner, dan memiliki kepentingan dalam berbagai tahap kehidupan. Selain itu, komunikasi akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, ilmu komunikasi adalah disiplin yang selalu menarik untuk dipelajari.
Model Komunikasi
Untuk dapat memahami berbagai aspek dari proses komunikasi lebih mendalam, kamu perlu memelajari model komunikasi. Model komunikasi adalah representasi elemen yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan. Kegunaan dari model komunikasi adalah untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan hubungan unsur-unsur tersebut. Tujuan dari model komunikasi adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap fitur fundamental dalam proses komunikasi.
Model Aristoteles
Aristoteles (185-322 SM) memandang komunikasi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam demokrasi. Model Aristoteles menjelaskan komunikasi sebagai kegiatan ketika pembicara (speaker) membangun sebuah argumen (argument) untuk ditampilkan dalam bentuk pidato (speech) kepada audiens (audience). Tujuan yang dimiliki pembicara adalah untuk menciptakan citra positif terhadap dirinya. Pembicara juga ingin audiens memberikan respon baik terhadapnya.
Model Shannon-Weaver
Shannon-Weaver menciptakan model komunikasi yang dikembangkan dari model komunikasi Harold Lasswell. Model Lasswell adalah model komunikasi yang menjelaskan mengenai komunikasi massa. Seperti Aristoteles, Lasswell berfokus kepada proses satu arah yang melibatkan pembicara (speaker), pesan (message), dan audiens (audience). Menurut Lasswell, pernyataan yang dapat menjelaskan komunikasi adalah “Who says what to whom in what channel with what effect.”
Lasswell menawarkan pengertian yang lebih luas terhadap elemen komunikasi. Channel/medium dapat meliputi media massa, tidak hanya pidato. Lasswell juga melibatkan efek komunikasi, seperti memberi informasi, menghibur, dan juga menarik perhatian.
Sekitar satu tahun setelah model Lasswell diperkenalkan, Claude Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya terhadap permasalahan transmisi sinyal dari Bell Telephone. Hasil penelitian ini menjadi dasar dari model komunikasi Shannon dan Weaver.
Shannon dan Weaver menjelaskan proses komunikasi sebagai prosedur yang terjadi ketika satu pemikiran dapat memengaruhi pemikiran lain. Proses ini dapat terjadi melalui pidato tertulis dan bicara, tetapi juga musik, seni lukis, teater, balet, dan semua perilaku manusia.
Seperti Lasswell, Shannon juga melihat komunikasi sebagai proses satu arah—pesan dikirim dari satu sumber melalui channel kepada penerima pesan. Namun, model Shannon dan Weaver lebih detil karena memiliki beberapa diferensiasi yang tidak dimiliki model lain. Secara spesifik, mereka membuat perbedaan antara sinyal (signal) dan pesan (message), sumber informasi (information source) dan pemancar (transmitter), serta penerima (receiver) dan tujuan (destination).
Contohnya adalah ketika kamu menonton sinetron di TV. Channel yang kamu gunakan adalah kabel, sinyal adalah impuls listrik atau gelombang radio yang dibawa oleh kabel. Sumber informasi adalah artis yang memainkan peran, pembuat film, dan sebagainya. Transmitter adalah peralatan (kamera, audio, dan sebagainya) yang mengubah gambar visual menjadi impuls listrik. Receiver adalah set TV dan peralatan kabel, yang bertujuan untuk mengubah sinyal menjadi pesan yang dapat diterima oleh audiens. Dalam model ini, audiens penonton TV adalah destination.
Shannon & Weaver memperkenalkan istilah noise, yaitu gangguan yang mengganggu transmisi sinyal dari sumber ke tujuan. Contoh dari noise adalah gangguan listrik yang membuat audio atau video error.
Model Schramm 1
Menurut Wilbur Schramm (1954), komunikasi membutuhkan beberapa unsur:
- Sumber (Source)
Bisa merupakan individu (berbicara, menulis, menggambar) atau organisasi komunikasi (korean, penerbit buku, stasiun TV, studio film)
- Pesan (Message)
Dapat berupa gelombang suara di udara, bendera, tinta di kertas, atau sinyal lain yang dapat dimaknai.
- Sasaran (Destination).
Dapat berupa individu atau anggota kelompok yang mendengarkan, menonton, dan membaca pesan media.
Model Schramm 1 merupakan pengembangan dari model Shannon-Weaver. Schramm berfokus kepada komunikasi sebagai proses yang memiliki tujuan untuk membangun kebiasaan antara sumber dan penerima pesan.
Model Schramm 2
Melalui model ini, Schramm memperkenalkan konsep field of experience, yaitu bidang pengalaman. Field of experience dapat membantu proses komunikasi. Tanpa field of experience yang sama, pesan akan lebih sulit dimengerti. Field of experience dapat berupa bahasa yang sama, latar belakang, budaya, dan sebagainya.
Model Schramm 3
Schramm menekankan pentingnya feedback (umpan balik) dalam Model Schramm 3. Menurut Schramm, feedback dapat menjadi sarana untuk mengatasi permasalahan dari noise. Dengan mengetahui interpretasi lawan bicara terhadap pesan yang kamu berikan, komunikasi dapat berjalan secara lebih lancar. Arus komunikasi dalam model ini terjadi secara sirkular.
Model Westley-McLean
Westley dan MacLean berpendapat bahwa proses komunikasi dimulai dengan menerima pesan, bukan dengan mengirimkannya. Dimulai dari serangkaian signal (X) yang diproses oleh individu A. Sinyal dapat berupa penglihatan, pendengaran, dan sentuh. Ketika individu A memproses signal dan melakukan interpretasi, muncul pesan baru (X1). Pesan baru tersebut diberikan oleh A kepada individu C ketika mereka berinteraksi. Proses ini berlangsung secara sirkular dan berkelanjutan.
Model ini lebih kompleks daripada model yang lain. Terdapat beberapa hal yang membuat konsep ini mampu memperluas pandangan tentang komunikasi:
- Menganggap adanya hubungan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi media massa.
- Menyarankan bahwa komunikasi dimulai dari seorang individu yang menerima pesan.
- Menjelaskan bahwa sinyal yang penting dalam proses komunikasi mungkin saja tidak dikirim secara sengaja.
- Menekankan adanya perubahan pesan seiring mereka berjalan dari satu orang ke orang lainnya.
Model Berlo
Model Berlo menekankan bahwa interpretasi pesan bergantung kepada makna pesan tersebut bagi pengirim dan penerima pesan. Elemen utama dalam model komunikasi Berlo adalah pengirim pesan (sender), pesan (message), saluran komunikasi (channel), dan penerima pesan (receiver). Model ini merupakan perluasan dari model Aristoteles. Terdapat elemen utama komunikasi, namun model ini merincikan faktor-faktor yang ada dalam sebuah elemen. Model Berlo tidak hanya melihat transmisi informasi, tetapi juga interpretasinya.
Model Dance
Pada 1967, Frank Dance mengembangkan model komunikasi yang sering disebutkan sebagai helical-spiral view of communication. Menurut model ini, komunikasi adalah proses yang kompleks dan evolusioner. Digambarkan dengan arus helical-spiral untuk menggambarkan proses yang dinamis, berubah sepanjang waktu. Model Dance menambahkan dimensi waktu dalam model komunikasinya. Setiap tindakan komunikasi dibangun dari pengalaman komunikasi sebelumnya.
Model Watzlawick-Beavin-Jackson
Watzlawick, Beavin, dan Jackson menuliskan model komunikasi yang berdasarkan studi psikiatrik dan terapi. Model ini memperlihatkan komunikasi sebagai proses yang melibatkan give-and-take pesan antar individu. Komunikasi bukanlah sesuatu yang terjadi hanya ketika pemberi pesan ingin mengirimkan pesan. Kita semua selalu berkomunikasi, sehingga model ini menggambarkan kegiatan komunikasi dengan “one cannot not communicate.”
Terdapat beberapa perubahan dari model komunikasi awal dan yang lebih baru. Model komunikasi awal berpusat pada sumber dan pesan, serta bersifat satu arah. Public speaking dan pemberian informasi menjadi fokus. Sebaliknya, model komunikasi yang lebih baru berpusat pada penerima dan meaning dari komunikasi. Pembicaraan bersifat sirkular atau spiral, dan merupakan sebuah proses. Komunikasi tidak hanya pemberian informasi, tetapi juga interpretasi informasi. Selain itu, konteksnya tidak terbatas dalam public speaking tetapi lebih beragam; individual, grup, organisasi, masyarakat, hingga media.
Baca juga: Komunikasi Global
Pemahaman Akhir
Komunikasi adalah disiplin yang sangat tua namun tetap menjadi relevan dan modern dalam perkembangannya. Model komunikasi telah ada sejak zaman Yunani kuno dan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Studi komunikasi telah mengalami perjalanan panjang dan meluas ke berbagai bidang disiplin.
Sejarah komunikasi menunjukkan bahwa retorika dan pidato merupakan konsep awal yang penting dalam pengembangan ilmu komunikasi. Di samping itu, jurnalisme juga memainkan peran signifikan dalam perkembangan ilmu komunikasi. Dengan munculnya media baru seperti radio, televisi, dan internet, ilmu komunikasi semakin kompleks dan luas.
Model komunikasi dari Aristoteles, Shannon-Weaver, Schramm, Berlo, Dance, Watzlawick-Beavin-Jackson, dan lainnya memberikan pemahaman tentang elemen-elemen yang terlibat dalam proses komunikasi. Model-model ini menunjukkan perubahan dalam cara kita memahami komunikasi dari satu arah menjadi lebih kompleks, melibatkan interpretasi pesan, dan mempertimbangkan konteks serta hubungan antarindividu.
Perkembangan teknologi komunikasi dan media baru telah memberikan dampak yang signifikan terhadap studi komunikasi. Komunikasi tidak lagi terbatas pada pidato atau media massa, melainkan juga melibatkan komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi politik, komunikasi internasional, dan banyak lagi.
Dalam era informasi saat ini, di mana teknologi komunikasi dan informasi memiliki peran krusial, studi komunikasi menjadi semakin penting. Komunikasi dianggap sebagai kunci dalam kehidupan sosial dan profesional kita. Disiplin ilmu komunikasi terus berkembang dan menarik untuk dipelajari karena komunikasi akan terus mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi dan dinamika masyarakat.
Sekian penjelasan tentang model komunikasi dan sejarah ilmu komunikasi. Semoga penjelasan ini dapat membantu!
Sumber:
Ruben, B. D, & Stewart, L. P. (2006) Communication and Human Behavior (Fifth Edition). Boston: Pearson Education