Filsafat Komunikasi: Pengertian, Epistemologi, Ontologi, Aksiologi

Filsafat komunikasi adalah suatu bidang studi yang menelaah pendekatan filsafat terhadap ilmu komunikasi. Studi filsafat komunikasi bisa kamu mulai dengan memelajari konsep pokok dalam disiplin filsafat, seperti epistemologi, aestetika, logika, etika, metafisika. Setelah itu, kamu bisa membahas bagaimana konsep tersebut dapat menjelaskan masalah/isu yang dihadapi praktisi komunikasi dalam profesi dan kehidupan masyarakat. Masalah yang dibahas khususnya adalah masalah yang bersangkutan dengan dilema-dilema etik.

Terdapat beberapa pendapat mengenai pendekatan filsafat dalam ilmu komunikasi. James A. Anderson (1996) menyatakan bahwa pendekatan filsafat menekankan pada teori komunikasi yang dapat mendefinisikan teori, mendiskusikan bidang studi teori komunikasi, dan mencari tahu hal yang membuat suatu teori termasuk teori komunikasi. 

Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa pendekatan filsafat memengaruhi penelitian komunikasi menjadi kritis dan dialektis. Melalui perspektif filsafat, komunikasi dilihat sebagai hakikat manusia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan alam semesta. 

Dalam Littlejohn & Foss (2017), disebutkan bahwa selama orang-orang memiliki pikiran tentang dunia, mereka selalu tergugah oleh misteri kodrat manusia. Komunikasi adalah salah satu kegiatan sehari-hari yang sangat berkaitan dengan seluruh kehidupan manusia. Perspektif filsafat dalam ilmu komunikasi dapat menempatkan komunikasi sebagai pusat dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, kamu dapat memiliki pemahaman lebih terhadap seluruh aspek komunikasi—permasalahan yang ada, kekuatan komunikasi, kemungkinan di masa depan, dan batasan dalam ilmu komunikasi.

Filsafat komunikasi

filsafat komunikasi
Sumber: Unsplash.com

Seperti yang sudah dibahas di atas, pendekatan filsafat menekankan kepada teori yang bersangkutan dengan ilmu komunikasi. Setiap teori yang ada di studi ilmu komunikasi melihat proses komunikasi dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang berbeda dapat membantu kamu untuk melihat berbagai pemahaman dan fungsi komunikasi. Oleh karena itu, teori komunikasi memiliki orientasi multi-teoritis.

Secara umum, arti teori dalam Littlejohn & Foss (2017) adalah seperangkat konsep, penjelasan, dan prinsip yang terorganisir yang menggambarkan beberapa aspek pengalaman manusia. Pengertian teknis dari teori menurut Littlejohn adalah satu kesatuan proposisi yang koheren yang memberikan gambaran filosofis yang konsisten tentang suatu subjek. Terdapat beberapa aspek teori.

Pertama, teori adalah abstraksi, berguna sebagai buku panduan yang membantu untuk memahami, menjelaskan, menafsirkan, menilai, dan berpartisipasi terhadap kegiatan komunikasi di sekitar kita.

Kedua, teori adalah hasil konstruksi manusia. Teori adalah suatu hal yang diciptakan manusia, tidak diciptakan oleh kekuatan lain. Oleh karena itu, teori merupakan penggambaran dari berbagai cara seorang peneliti melihat lingkungan sekitarnya. Teori tidak menangkap realitas, tetapi memperlihatkan bagaimana peneliti menyusun realitas yang diamatinya. Hasil pengamatan peneliti bisa menjadi berbeda, tergantung kepada sudut pandang teoritis masing-masing peneliti.

Ketiga, teori berkaitan erat dengan perilaku. Teori, atau cara kamu berpikir, dapat membimbing cara kamu berperilaku. Sebaliknya, perilaku kamu juga dapat memandu cara berpikir kamu. Sebuah teori mengatur bagaimana seseorang memahami dunia.

Asumsi Filosofis

Asumsi filosofis merupakan titik awal penyusunan teori. Karena asumsi filosofis dapat menentukan bagaimana suatu teori dapat dimainkan, pemahaman terhadap asumsi filosofis adalah langkah pertama untuk memahami teori tersebut.

Dalam pendekatan filsafat, gejala komunikasi dipelajari dengan menggunakan asumsi filosofis ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Effendy, 1984). Epistemologi adalah pertanyaan terhadap pengetahuan. Ontologi adalah pertanyaan tentang keberadaan. Axiologi adalah pertanyaan tentang nilai. Setiap teori, baik secara implisit maupun eksplisit, mengandung asumsi mengenai ilmu pengetahuan, keberadaan, dan nilai. 

Epistemologi

Sumber: Unsplash.com

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan, dan bagaimana seseorang dapat mengetahui suatu pengetahuan.

Guba (1990) menjelaskan epistemologi sebagai asumsi terhadap hubungan antara peneliti dan objek penelitian. Terdapat beberapa pertanyaan terkait epistemologi dalam peneliti ilmu komunikasi:

Sejauh apa pengetahuan muncul sebelum pengalaman?

Pertanyaan ini berkaitan dengan cara kita mendapat pengetahuan. Terdapat pandangan bahwa seluruh pengetahuan muncul dari pengalaman dan hasil observasi. Sebagai manusia, kita mengamati dunia lalu mendapatkan pengetahuan terhadapnya. Tetapi, terdapat juga kemungkinan bahwa kita memiliki kemampuan dasar untuk memiliki pengetahuan. Dengan itu, kita bisa mengetahui suatu hal bahkan sebelum kita mengalami dunia.

Baca juga: Dasar Ilmu Komunikasi

Sejauh apa pengetahuan bisa dipastikan?

Pertanyaan ini berkaitan dengan debat mengenai keberadaan pengetahuan di dunia. Terdapat pihak yang menyatakan bahwa pengetahuan tersedia sebagai hal yang absolut, ada juga pihak yang menganggap bahwa pengetahuan adalah relatif dan selalu berubah. 

Melalui proses apa saja pengetahuan bisa muncul?

Pertanyaan ini merupakan pusat dari asumsi epistemologi, karena proses untuk mendapatkan pengetahuan dapat menentukan bentuk pengetahuan yang muncul. Terdapat empat posisi dalam isu proses ini:

  • Rasionalis, menyarankan bahwa pengetahuan muncul dari kemampuan manusia untuk mengetahui kebenaran. Posisi ini memercayai akal manusia untuk memastikan kebenaran.
  • Empiris, menyatakan bahwa pengetahuan muncul dari persepsi. Manusia mengalami dunia dan melihat apa yang terjadi.
  • Konstruktivis, menyatakan bahwa manusia menciptakan pengetahuan untuk dapat berfungsi secara pragmatis. Suatu fenomena dapat dipahami dengan berbagai macam cara, dan pengetahuan adalah cara peneliti tersebut memahami dunia.
  • Konstruksi sosial, mengajarkan bahwa pengetahuan adalah produk dari interaksi simbolis antar kelompok sosial. Kenyataan adalah hal yang dibangun secara sosial sebagai produk dari kehidupan berkelompok dan berbudaya.

Apakah pengetahuan lebih baik disusun secara keseluruhan atau sebagian?

Pertanyaan ini berkaitan dengan cara peneliti memahami hubungan antar fenomena. Peneliti dengan pendekatan holistik percaya bahwa fenomena saling berkaitan dan berjalan sebagai satu sistem. Oleh karena itu, pengetahuan terdiri dari pemahaman yang umum dan tidak bisa dipisahkan. Sebaliknya, analis percaya bahwa pengetahuan terdiri dari pemahaman terhadap cara satu bagian pengetahuan berjalan sendiri. Mereka melihat bahwa pengetahuan adalah memisahkan dan menganalisis berbagai komponen secara satu persatu.

Sejauh mana pengetahuan itu eksplisit?

Pertanyaan ini berkaitan dengan penyampaian pengetahuan. Terdapat peneliti yang memahami bahwa suatu hal dapat dianggap sebagai pengetahuan ketika kamu bisa menyatakannya secara langsung. Peneliti lain menganggap bahwa pengetahuan adalah suatu hal yang tersembunyi. Manusia berjalan dengan pengetahuan yang mereka tidak sadari.

Ontologi

Ontologi adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat keberadaan. Hubungan antara epistemologi dan ontologi adalah, pemahaman terhadap pengetahuan bergantung kepada pemahaman mengenai siapa yang mengetahui pengetahuan.

Dalam ilmu komunikasi, ontologi berfokus kepada sifat interaksi sosial manusia. Terdapat empat isu penting dalam asumsi ini:

Sejauh mana manusia dapat membuat pilihan nyata?

Terdapat debat dalam filsafat mengenai pilihan nyata. Pihak determinists berpendapat bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa kondisi yang sudah ada sebelumnya yang menentukan perilaku manusia. Individu bersifat reaktif dan pasif. Di lain pihak, pihak pragmatists menyatakan bahwa seseorang merencanakan perilakunya untuk dapat bertemu dengan tujuan di masa depan. Dari sudut pandang ini, individu dilihat sebagai makhluk aktif dan dapat membuat keputusan yang menentukan kehidupannya sendiri. Juga terdapat posisi tengah, berpendapat bahwa orang membuat pilihan dalam hal tertentu, dan beberapa perilaku sudah ditentukan tetapi ada juga yang merupakan hasil dari keinginan bebas.

Apakah perilaku manusia paling baik dipahami dari segi keadaan atau sifat?

Pandangan segi keadaan melihat bahwa manusia adalah dinamis dan mengalami berbagai bentuk keadaan dalam waktu harian, tahunan, dan selama ia hidup. Pandangan sifat percaya bahwa orang adalah pihak yang dapat diprediksi karena mereka menampilkan karakteristik yang konsisten sepanjang waktu.

Apakah perilaku manusia utamanya individual atau sosial?

Pertanyaan ini berkaitan dengan peran individu atau kelompok sosial untuk memengaruhi perilaku manusia. Peneliti dapat menggunakan unit analisis individu atau kelompok ketika meneliti, namun perspektif yang digunakan tentu berbeda. Peneliti dengan perspektif individualis akan menggunakan unit analisis individu, dan peneliti dengan perspektif kehidupan sosial akan menggunakan unit analisis kelompok. Pertanyaan ini penting bagi peneliti ilmu komunikasi yang berfokus kepada interaksi dalam kehidupan. 

Sejauh mana komunikasi adalah hal yang kontekstual?

Fokus dari pertanyaan ini adalah kepada pengaruh perilaku; apakah dari prinsip universal atau tergantung kepada faktor situasional. Terdapat filosofer yang percaya bahwa faktor universal dapat menjelaskan kehidupan dan perilaku manusia, namun terdapat juga filosofer lain yang berpendapat bahwa perilaku manusia adalah kontekstual dan tidak bisa digeneralisasi. Peneliti ilmu komunikasi biasanya mengambil jalan tengah; perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor umum sekaligus situasional.

Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang berfokus kepada nilai yang dapat memandu penelitian dan implikasi nilai terhadap proses penelitian. Terdapat tiga isu aksiologis yang dianggap penting bagi peneliti ilmu komunikasi:

Apakah teori bisa menjadi bebas nilai?

Jawaban umum dari pertanyaan ini adalah; iya—teori dan penelitian adalah bebas nilai, pendidikan adalah netral, dan peneliti mencoba melihat fakta apa adanya. Ketika nilai peneliti menyusup, hasilnya adalah ilmu yang jelek. 

Namun, terdapat sisi lain dari isu ini; ilmu tidaklah bebas nilai karena pekerjaan peneliti selalu dibimbing oleh preferensi mengenai apa yang ingin dipelajari dan bagaimana cara mengambil data. Pilihan peneliti dipengaruhi oleh nilai personal dan juga institusi, seperti institusi pendidikan dan pemerintah yang memberikan dana penelitian, ideologi politik yang ada, dan lain sebagainya.

Sejauh mana proses penelitian memengaruhi apa yang dilihat?

Pertanyaan ini berkaitan dengan keperluan peneliti untuk menjadi bagian dari sistem supaya bisa meneliti dan memengaruhi sistem yang diteliti. Pandangan tradisional melihat bahwa peneliti harus meneliti secara berhati-hati tanpa terlibat dalam kehidupan objek penelitian. Banyak yang meragukan hal ini dapat dilakukan, karena tidak ada metode observasi yang benar-benar bebas dari keterlibatan langsung peneliti.

Peneliti harus memberi perhatian lebih terhadap level keterlibatannya dalam proses penelitian. Tidak hanya dapat memengaruhi hasil penelitian, tetapi keterlibatannya juga dapat memengaruhi kehidupan di luar proses penelitian. Peneliti dapat menjadi agen perubahan bagi objek peneliti. Contohnya, ketika melakukan wawancara kepada sebuah pasangan tentang keadaan hubungan mereka, terdapat kemungkinan bahwa wawancara tersebut dapat memengaruhi beberapa aspek dari hubungan mereka.

Haruskah pendidikan dirancang untuk mencapai perubahan, atau apakah fungsinya hanya untuk menghasilkan pengetahuan?

Peneliti tradisional percaya bahwa mereka tidak bertanggungjawab atas penggunaan ilmu yang bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Tetapi, pengetahuan saintifik adalah instrumentalis; dapat mendorong susunan kekuasaan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti memiliki kewajiban untuk berusaha mengubah masyarakat dalam cara yang positif.

Memelajari asumsi mendasar teori komunikasi melalui pandangan filsafat dapat membantu kamu untuk menelaah secara lebih mendalam dan komprehensif mengenai teori dan proses komunikasi. Termasuk di dalamnya adalah bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.

Terdapat beberapa manfaat dari memelajari hakikat filsafat komunikasi. Pertama, kamu bisa lebih mengetahui dan memahami makna ilmu komunikasi. Kedua, pemahaman filsafat bisa membantu kamu untuk memahami cara penerapan ilmu komunikasi yang sesuai dengan dilema-dilema etik. Ketiga, kamu bisa lebih mengetahui dan memahami ikhtisar ruang lingkup ilmu komunikasi dari berbagai segi.

Baca juga: Sejarah Model Komunikasi

Pemahaman Akhir

Filsafat komunikasi adalah bidang studi yang melibatkan pendekatan filsafat terhadap ilmu komunikasi. Dalam mempelajari filsafat komunikasi, kita dapat memahami konsep-konsep filosofis seperti epistemologi, aestetika, logika, etika, dan metafisika. Studi filsafat komunikasi membahas bagaimana konsep-konsep ini dapat menjelaskan isu-isu yang dihadapi oleh praktisi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, terutama isu-isu etika.

Pendekatan filsafat dalam ilmu komunikasi menekankan pada teori komunikasi yang dapat mendefinisikan dan membahas bidang studi komunikasi serta mencari tahu apa yang membuat suatu teori termasuk dalam kategori teori komunikasi. Pendekatan ini juga memengaruhi penelitian komunikasi menjadi lebih kritis dan dialektis.

Filsafat komunikasi melihat komunikasi sebagai hakikat manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan alam semesta. Ini memandang komunikasi sebagai hal yang sangat berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan pendekatan filsafat, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang berbagai aspek komunikasi, termasuk masalah-masalah yang ada, potensi-potensi komunikasi di masa depan, kekuatan komunikasi, dan juga batas-batas yang ada dalam ilmu komunikasi.

Dalam filsafat komunikasi, terdapat asumsi filosofis yang mendasari penyusunan teori. Asumsi-asumsi ini meliputi aspek epistemologi, ontologi, dan aksiologi. Asumsi epistemologi berkaitan dengan pertanyaan mengenai pengetahuan dan bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu. Asumsi ontologi berkaitan dengan sifat keberadaan dan hubungan antara manusia dan interaksi sosial. Asumsi aksiologi berkaitan dengan nilai-nilai yang memandu penelitian dan implikasi nilai dalam proses penelitian.

Studi filsafat komunikasi membahas konsep-konsep tersebut dan mengaitkannya dengan ilmu komunikasi. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang asumsi filosofis, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih luas dalam memahami teori dan proses komunikasi.

Melalui pemahaman filsafat komunikasi, kita dapat menelaah teori dan proses komunikasi secara lebih komprehensif. Kita dapat memahami makna ilmu komunikasi, menerapkan ilmu komunikasi dengan mempertimbangkan dilema-dilema etik, dan melihat ikhtisar ruang lingkup ilmu komunikasi dari berbagai perspektif.

Studi filsafat komunikasi memberikan manfaat dalam pemahaman yang lebih dalam dan komprehensif tentang teori dan proses komunikasi. Selain itu, pemahaman ini juga membantu kita dalam memahami penerapan ilmu komunikasi yang sesuai dengan dilema-dilema etik yang mungkin timbul. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hakikat filsafat komunikasi, kita dapat melihat ilmu komunikasi dari berbagai sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.

Sekian penjelasan mengenai filsafat komunikasi. Semoga dapat membantu!


Sumber:

Anderson, J. A. (1996) Communication Theory: Epistemological Foundations. 

Effendy, O. Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Littlejohn, S.W., & Foss, K. A. (2017). Theories of Human Communication: Tenth Edition. Illinois: Waveland Press

Rakhmat, Jalaluddin, 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Fransiska

Fransiska is an undergraduate student of Communication Studies, focusing on Advertising. She is passionate in the field of marketing, especially market research analysis, behavioural studies, advertising strategy, and business development strategy.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *