Sering mendengar kata-kata “berpikir kritis”? Banyak orang yang beranggapan bahwa dalam hidup kita harus bisa berpikir kritis. Emangnya berpikir kritis itu yang seperti apa sih? Lalu, kenapa kita harus melakukannya? Temukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di artikel ini. Baca sampai habis, ya.
Daftar Isi
Pengertian Berpikir Kritis Menurut Para Ahli
Kita mulai pembahasan ini dengan definisi dari beberapa ahli. Tentunya, ada berbagai definisi dari para ahli tentang berpikir kritis. Salah satunya menurut Beyer (1995). Menurutnya, berpikir kritis adalah pembuatan penilaian-penilaian yang masuk akal. Dengan kata lain, berpikir kritis sama dengan menggunakan berbagai kriteria untuk menilai kualitas sesuatu dari kegiatan hal-hal yang sederhana sampai membuat kesimpulan dari suatu tulisan yang digunakan untuk menilai suatu validitas seperti pernyataan, argumen, ide, penelitian, dan lain-lain.
Sedikit berbeda dengan pendapat Beyer, Facione (2006) memiliki pendapat lain tentang definisi ini. Menurut Facione berpikir kritis adalah pengaturan yang ada dalam diri dalam memutuskan atau menilai, sehingga menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, baik dalam memaparkan sesuatu dengan menggunakan bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar pembentukan keputusan.
Berpikir kritis juga dapat diartikan sebagai proses disiplin cerdas dari konseptualisasi, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi aktif, dan berketerampilan yang diambil atau dihasilkan dari observasi, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai petunjuk menuju kepercayaan dan aksi. Definisi ini disampaikan oleh Scriven dan Paul pada tahun 1996 dan terkesan lebih kompleks daripada definisi berpikir kritis sebelumnya (dalam Zubaidah).
Definisi lain tentang berpikir kritis, disampaikan oleh Ennis. Menurutnya, berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan. Definisi ini seakan memberikan kesimpulan dari berbagai definisi sebelumnya. Ia menyederhanakan rangkaian tahapan dalam proses berpikir kritis.
Baca juga: Mengenal Pemberdayaan Masyarakat
Pentingnya Berpikir Kritis
Lalu, kenapa sih kita harus berpikir kritis?
Teknologi semakin berkembang, informasi semakin mudah didapat. Ada ribuan informasi bahkan lebih, yang dipertukarkan setiap detiknya. Untuk itu kita perlu berpikir kritis agar terhindar dari informasi yang menyesatkan. Dengan berpikir kritis memungkinkan kita sebagai pembaca untuk menilai bukti terhadap apa yang dibaca. Selain itu juga dapat mengidentifikasi penalaran palsu yang tidak logis.
Terlebih lagi pada masa pandemi seperti ini. Kemunculan virus baru mengakibatkan orang-orang di seluruh dunia panik dan kebingungan. Tenaga kesehatan dan ilmuwan berusaha mencari solusi untuk penanganan yang tepat bagi orang-orang yang terjangkit virus COVID-19 dengan berbagai cara. Namun di sisi lain ada banyak orang juga yang memiliki beragam argumen yang bahkan tidak masuk akal.
Simpang siurnya informasi dan kepanikan ini semakin memperburuk keadaan. Untuk itu penting bagi kita untuk memiliki pemikiran yang kritis dalam menerima informasi. Tidak semua informasi memiliki kebenaran yang pasti. Untuk itu kita perlu memikirkan informasi tersebut dari berbagai sisi. Agar tidak memperburuk keadaan.
Potter (2010, dalam Zakiah, 2019) mengatakan bahwa ada tiga hal yang membuat berpikir kritis menjadi sesuatu yang penting :
Adanya ledakan informasi
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa adanya pandemi ini dan teknologi yang semakin maju maka ledakan informasi tidak dapat dihindarkan lagi. Ledakan informasi ini berasal dari puluhan ribu situs mesin pencari di internet. Semua orang bisa mengakses apapun dan mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri tanpa perlu bertanya kepada seseorang yang benar-benar memiliki keahlian di bidangnya.
Jika kita tidak pandai dalam menyaring informasi, maka kita akan lebih tersesat. Informasi yang terdapat di internet belum tentu benar. Bisa jadi informasi yang kita temukan tidak memiliki kejelasan sumber, tidak menyampaikan informasi secara lengkap atau tidak kredibel.
Maka dari itu, sebelum mempercayai informasi yang kita dapat perlu adanya evaluasi terhadap data dan sumber informasi. Kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan memutuskan untuk menggunakan informasi yang didapat atau tidak seperti ini merupakan keterampilan berpikir kritis. Hal ini juga penting untuk diterapkan utamanya pada siswa, agar mampu menyerap informasi dengan benar dan melatih sistem berpikir otak.
Adanya tantangan global
Krisis global telah terjadi. Adanya permasalahan kemiskinan dan kelaparan dimana-mana merupakan pertanda yang jelas bahwa krisis global benar terjadi. Terlebih lagi pandemi melanda berbagai negara, bahkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang selama ini tidak terkalahkan cukup kewalahan menangani permasalahan ini.
Untuk menangani permasalahan global ini diperlukan penelitian dan pengembangan keterampilan-keterampilan berpikir kritis. Terlebih lagi, pandemi ini membutuhkan vaksin atau penanganan medis yang tepat dan adanya perkembangan studi yang terbarukan mengenai penyakit yang baru ini. Para tenaga medis dan ilmuwan perlu untuk mempelajari virus ini secara teliti untuk mengalahkannya.
Adanya perbedaan pengetahuan warga negara
Saat ini, mayoritas orang-orang yang memiliki usia di bawah 25 tahun sudah dapat mengunggah informasi ke internet. Tentu saja, kebenarannya tidak dapat dipastikan dengan mudah. Potensi untuk gagal paham dan disesatkan oleh informasi sangat terbuka bebas.
Bahkan tidak jarang juga kita menemui media mainstream yang memberitakan informasi yang tidak lengkap atau bahkan salah. Teknik framing berita juga sering dilakukan untuk mengarahkan pembaca kepada sesuatu yang ingin dipercayai.
Maka dari itu, jika dalam mencari informasi tidak dilandasi dengan berpikir kritis maka kita akan mudah tersesat. Kita juga perlu berlatih untuk mengevaluasi keandalan sumber situs, agar terhindar dari informasi yang salah atau bias.
Tujuan dan Manfaat Berpikir Kritis
Menurut Keynes (2008, dalam Zakiahm 2019, h. 6) dengan berpikir kritis sama saja kita mempertahankan diri kita dalam posisi objektif. Pikiran kita akan menimbang suatu permasalahan atau argumen dari semua sisi dan juga menilai kekuatan dan kelemahannya. Maka dari itu, pikiran kita perlu aktif untuk mencari semua sisi dari sebuah argumen dan menguji pernyataan dari klaim yang dibuat dari bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Hal yang paling utama dari berpikir kritis adalah memposisikan diri dan mengemukakan pendapat benar-benar secara objektif.
Berpikir kritis memiliki beberapa manfaat. Berikut ini beberapa manfaat dari berpikir kritis, menurut Eliano Crespo (2012, dalam Zakiah, 2019, h. 7) :
Performa akademis
Dalam proses pembelajaran, berpikir kritis membantu kita untuk memahami argumen dan kepercayaan orang lain, mengevaluasi secara kritis argumen dan kepercayaan itu, serta membangun dan mempertahankan argumen kepercayaan sendiri yang didukung dengan baik. Dengan begitu, kemampuan akademis kita menjadi semakin berkembang karena untuk memikirkan dari berbagai sisi akan menimbulkan usaha untuk mencari tau lebih lanjut mengenai argumen atau kepercayaan yang dilontarkan.
Tempat kerja
Berpikir kritis dalam dunia kerja membantu kita untuk menggambarkan dan mendapat pemahaman yang lebih dalam dari keputusan orang lain dan kita sendiri. Selain itu, dengan berpikir kritis dalam dunia kerja menjadikan kita memiliki pikiran yang terbuka untuk berubah serta dapat membantu kita dalam menganalisis masalah untuk mencari solusinya.
Kehidupan sehari-hari
Berpikir kritis juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat terhindar dari membuat keputusan yang bodoh baik dalam masalah personal atau dalam ranah sosial, politis, dan ekonomis dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, dapat juga membantu dalam pengembangan pemikir otonom yang dapat memeriksa asumsi, dogma, dan prasangka mereka sendiri.
Baca juga: 6 Macam Gaya Belajar
Indikator-indikator Berpikir Kritis
Ada banyak ilmuwan yang merumuskan indikator-indikator berpikir kritis. Berikut ini beberapa di antaranya :
Menurut Wade
Menurutnya ada delapan karakteristik berpikir kritis, yakni : 1) Kegiatan yang merumuskan pertanyaan; 2) Membatasi permasalahan; 3) Menguji data-data; 4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias; 5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional; 6) Menghindari penyederhanaan berlebihan; 7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan juga 8) Menoleransi ambiguitas.
Menurut Beyer
Ada 6 karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, yakni watak, kriteria, argumen, pertimbangan, sudut panjang, dan prosedur penerapan kriteria. Seseorang yang memiliki pikiran yang kritis ia memiliki watak yang skeptis, sangat terbuka, menghargai kejujuran, menghargai berbagai data dan pendapat, dan juga menghargai kejelasan dan ketelitian. Ia juga mencari pandangan-pandangan lain untuk membandingkan berbagai pendapat yang ia terima.
Kriteria atau patokan juga diperlukan. Patokan ini berguna sebagai alat indikator untuk menilai suatu argumen. patokan ini disusun berdasarkan relevansi, fakta-fakta yang akurat, kredibel, teliti, tidak bias, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
Secara tidak langsung, ketika kita dapat berpikir kritis kita menjadi terbiasa untuk mengevaluasi pendapat dan argumen. Dengan begitu, kita jadi dapat mempelajari bagaimana cara menyusun argumen dengan benar.
Dengan terbiasa memiliki pemikiran dan berbagai pertimbangan, kita jadi mampu menyimpulkan sesuatu dari satu atau beberapa premis yang ada. Kita juga jadi terbiasa untuk melihat suatu fenomena dari berbagai sudut pandang. Selain itu, kita menjadi terbiasa dengan hal-hal yang bersifat prosedural. Karena berpikir kritis merupakan sistem berpikir yang cukup kompleks.
Menurut Ennis (1985)
Orang yang memiliki pemikiran kritis, memiliki 13 karakter berikut :
- Mencari pertanyaan jelas dari teori dan pertanyaan.
- Mencari alasan.
- Mencoba menjadi yang teraktual.
- Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya.
- Menjelaskan keseluruhan situasi.
- Mencoba tetap relevan dengan ide utama.
- Menjaga ide dasar dan orisinil di dalam pikiran.
- Mencari alternatif.
- Memiliki pemikiran yang terbuka.
- Memilih posisi dan dapat mengubah posisi ketika bukti dan alasan yang ia temukan memungkinkan untuk melakukannya.
- Ketika mencari dokumen-dokumen yang diperlukan, ia melakukannya dengan penuh ketelitian.
- Memilki cara yang teratur dengan berbagai bagian dari keseluruhan yang kompleks.
- Memiliki kepekaan terhadap perasaan, pengetahuan, dan kecerdasan orang lain.
Cara Berpikir Kritis
Kita bisa berlatih berpikir kritis. Berikut ini cara berpikir kritis menurut Milton Keynes (2008, Zakiah, 2019, h.13) :
Mengidentifikasi dorongan informasi
Untuk mengidentifikasi dorongan informasi yang disampaikan ini, kamu bisa mencoba untuk mencari poin utama dari argumen yang disampaikan. Poin utama ini yang nantinya digunakan untuk mencapai kesimpulan.
Analisa materi
Ketika kita membaca suatu informasi, coba kita sejenak berpikir. Apakah materi yang kita baca relevan dengan kebutuhan kita. Ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu kita dalam menganalisis. Beberapa di antaranya adalah apakah informasi ini masuk akal dengan teori dan penelitian lainnya, di manakah gambaran yang lebih luas, apakah argumen yang disampaikan termasuk dalam induktif atau deduktif, apakah kita masih memerlukan informasi tambahan setelah membacanya untuk memahami maksud yang disampaikan, apakah argumen atau materi yang disampaikan memberikan porsi yang berimbang kepada dua pihak atau mengabaikan beberapa topik atau pihak untuk mengajukan argumen tertentu, serta ada berapa banyak materi yang disampaikan.
Membandingkan dan menerapkan informasi
Ketika kita menjadi siswa di bangku sekolah atau menjadi mahasiswa di bangku kuliah, kita seringkali mendapatkan materi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Namun ada kalanya, teori atau materi yang disampaikan di sekolah atau kampus tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang kita temui. Kita bisa saja menemukan berbagai kelemahan dari teori yang kita terapkan di lapangan.
Dengan begitu, kita sudah berlatih untuk membuktikan kebenaran dari suatu argumen. Karena, secara tidak langsung kita dapat menganalisis kelemahan dan kelebihan dari suatu argumen.
Mari Berlatih !
Sekarang sudah tau kan cara-caranya untuk berpikir kritis. Yuk, cobain. Bacalah penggalan narasi berikut ini :
“Haii semuanya, pagi ini aku sarapan pake buah apel. Sumpah gaess ini tuh apelnya enak banget. Rasa apelnya tuh berasaa banget. Mau meninggaaal, karena emang seenak itu woii. Parah sih. Harganya tuh juga murah banget yaa. Kalian wajib cobain, langsung aja cek akunnya @belibuahapel.”
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mari kita mulai dengan mencari poin utama dari narasi di atas. Jika dibaca secara keseluruhan, poin utama dari narasi tersebut adalah promosi. Namun, promosi tersebut dibalut dengan mengulas secara singkat produk yang dipromosikan.
Selanjutnya, mulai lah dengan menjawab beberapa pertanyaan seperti apakah kita langsung memahami pesan yang disampaikan, apakah kita membutuhkan informasi tambahan, atau apakah informasi yang disampaikan masuk akal.
Narasi di atas sangat mudah sekali untuk dipahami. Dengan sekali baca kita bisa langsung mengetahui poin utamanya. Namun, narasi tersebut tidak memberikan penjelasan yang cukup dan deskripsi yang realistis. Pembaca kesulitan untuk membayangkan rasa makanan dengan kata-kata seenak itu woi. Terlebih lagi, membayangkan rasa makanan yang terlalu enak hingga membuat seseorang hampir kehilangan nyawa.
Dengan kata lain, kita masih membutuhkan deskripsi produk yang lebih masuk akal. Ia juga tidak menyebutkan secara detail mengenai harga atau lokasi penjual. Sehingga kita membutuhkan informasi tambahan.
Dari hasil pemikiran kita di atas, maka kita menjadi lebih tau apa yang kurang dari narasi tersebut. Sehingga, kita bisa menyimpulkan kelebihan dan kekurangannya. Kesimpulan yang sudah kamu susun ini, menjadi argumenmu. Seperti contoh kesimpulan di bawah ini :
“Setelah membaca dan menganalisis tersebut kita merasakan sendiri bahwa narasi tersebut sangat mudah untuk dipahami. Kata-kata yang digunakan juga sering kita dengar. Namun, deskripsi produk yang tidak realistis membingungkan pembaca untuk ikut membayangkan produk yang diulas. Selain itu, informasi yang disampaikan juga kurang lengkap.”
Baca juga: Revolusi Industri 1.0 – 4.0?
Pemahaman Akhir
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan memutuskan sesuatu dengan logis dan objektif. Para ahli mengartikan berpikir kritis sebagai pembuatan penilaian-penilaian yang masuk akal, pengaturan dalam memutuskan atau menilai, serta proses berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan.
Berbicara tentang pentingnya berpikir kritis, kita hidup dalam era informasi yang berkembang pesat dan terpapar banyak informasi. Dalam menghadapi krisis global dan tantangan kompleks, berpikir kritis membantu kita menyaring informasi yang benar dari yang salah, mengevaluasi argumen dengan bijaksana, dan mengambil keputusan yang tepat.
Manfaat berpikir kritis mencakup peningkatan performa akademis, keterampilan di tempat kerja, serta kemampuan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dengan bijaksana dan objektif.
Indikator-indikator berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristik individu yang mencari pertanyaan jelas, alasan, teraktual, menggunakan sumber yang dapat dipercaya, menjaga ide dasar dan orisinil, mencari alternatif, dan memiliki pemikiran yang terbuka.
Cara berpikir kritis melibatkan identifikasi dorongan informasi, analisis materi dengan menganalisis kebenaran dan relevansi informasi, serta membandingkan dan menerapkan informasi untuk mengembangkan pemahaman dan kesimpulan yang logis.
Dengan berlatih berpikir kritis, kita dapat menghadapi banyak situasi dalam hidup dengan lebih objektif dan bijaksana, menyaring informasi yang kita terima, serta mengembangkan kemampuan analisis dan penilaian yang lebih baik. Berpikir kritis adalah keterampilan penting yang harus ditanamkan dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari untuk menjadi individu yang lebih berkualitas dan cerdas dalam menghadapi tantangan zaman.
Sekarang coba buat kesimpulan versi kamu, ya. Setiap orang bisa saja memiliki argumen yang berbeda, meskipun narasi yang dianalisis sama. Memang tidak harus sama. Ada banyak faktor yang menyebabkan perbedaan argumen terjadi.
Referensi
Zakiah, L. (2019). Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran. Bogor : Erzatama Karya Abadi.
Zubaidah, S. (n.d). Berpikir Kritis : Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains. Diakses 18 Agustus 2020, dari Universitas Negeri Malang.