Apa itu Revolusi Industri 1.0 – 4.0?

Dunia terus berkembang dari berabad – abad lalu hingga sekarang. Perkembangan pun meluas tidak hanya di satu sektor, tapi juga di berbagai sektor seperti ekonomi, industri, perusahaan swasta, pemerintahan, politik, hingga masyarakat luas. Yang secara tidak langsung juga mengubah gaya hidup masyarakat.

Perubahan ini tidak dapat ditolak, semua mau tidak mau mengikuti perkembangan ini. Terutama dalam dunia usaha, yang mana perubahan ini harus disikapi secara cepat dan persiapan yang matang. Selain itu, perlu juga antisipasi atas apapun yang terjadi. Perkembangan pasar menjadikan tantangan baru bagi dunia industri dan usaha. Sehingga muncul kompetisi yang ketat antar pebisnis.

Hal tersebut melahirkan perubahan besar yang dikenal dengan revolusi industri. Sejak abad ke-18 silam, sudah dimulai revolusi industri 1.0 yang mana terus berkembang hingga kini sudah memasuki revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 diyakini dapat meningkatkan produktivitas hingga 30%. Efeknya sangat tinggi, mencakup berbagai sektor.

Berikut ini sejarah perjalanan revolusi industri 1.0 hingga 4.0.

Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0
Foto: Museums Victoria on Unsplash.com

Revolusi industri dimulai dari Britania Raya, yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia. Mengakibatkan industri di dunia turut berubah, menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin.

Revolusi industri pertama dimulai pada abad ke-18, ditandai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Munculnya mesin uap ini mendorong diciptakannya mesin – mesin lain yang bertenaga air. Keberadaan mesin – mesin ini mendorong digantikannya tenaga manusia dalam melakukan pekerjaan. Utamanya pada pekerjaan industri.

Sektor industri berkembang dengan sangat cepat. Dengan adanya mesin – mesin ini, produksi barang semakin lebih mudah dan cepat, serta dapat menghasilkan produk secara massal. Pada saat itu, industri yang sangat terasa karena ditemukanya mesin uap ini adalah pada sektor pertanian, pertambangan, transportasi, manufaktur, serta teknologi yang mulai berkembang.

Faktor yang melatarbelakangi revolusi industri adalah terjadinya revolusi pada ilmu pengetahuan alam. Ini dimulai pada abad ke-16, dengan munculnya beberapa ilmuwan, seperti Francis Bacon, Rene Descartes, dan Galileo Galilei.

Selain itu, adanya pengembangan riset dan penelitian pun menjadi faktor munculnya revolusi industri, dengan didirikannya lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science. Faktor seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas, dan kaya akan sumber daya alam, juga menjadi faktor pendorong revolusi industri.

Dua abad setelah revolusi industri generasi pertama ini berhasil meningkatkan pendapatan perkapita negara – negara di dunia. Bahkan hebatnya, peningkatan ini mencapai enam kali lipat. Kemudian, revolusi industri generasi pertama ini berakhir di pertengahan tahun 1800-an, yang diselingi oleh perlambatan penemuan makro sebelum revolusi industri 2.0.

Revolusi Industri 2.0

Revolusi Industri 2.0
Foto: austriannationallibrary on Unsplash.com

Revolusi industri 2.0 ini dimulai ketika awal Perang Dunia II. Yang mana dimulai pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Revolusi industri 2.0 ini juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi karena pada saat ini banyak sekali diciptakan tenaga listrik sebagai sumber utama dan Ruang Pembakaran (Combustion Chamber).

Penemuan listrik dan ruang pembakaran mendorong diciptakannya telepon, mobil, hingga pesawat terbang. Benda – benda ini mengubah dunia secara signifikan. Bisnis pun mengalami perkembangan yang jauh pesat, serta meningkatkan efektifitas, dan efisiensi fasilitas industri.

Selain pada mesin produksi, di dunia bisnis juga mengalami perkembangan adanya pembagian divisi pada pekerjaan. Dimana setiap pekerja hanya mengerjakan pekerjaan bagiannya saja dari seluruh pekerjaan, sehingga tiap pekerja akan terspesialisasi.

Hal ini juga menyebabkan adanya proses manufaktur yang lebih baik. Tersusun berdasarkan urutan untuk menghasilkan produk dengan lebih baik, cepat, serta teratur.

Revolusi Industri 3.0

Revolusi Industri 3.0
Foto: Steve Buissinne on Pixabay

Mendekati revolusi industri 4.0, ternyata tahap revolusi 3.0 inilah mulai dikembangkan komputer dan internet. Pada revolusi generasi ketiga ini, ditandai dengan adanya perkembangan semikonduktor dan proses otomatisasi industri. Dunia mulai bergerak ke arah digital dengan munculnya berbagai produk digital dan internet.

Jika pada generasi sebelumnya telah ditemukan listrik, di tahan revolusi industri 3.0 ini ditemukan berbagai komponen elektronika. Komponen ini seperti transistor, IC Chips, yang digunakan untuk mengembangkan mesin sehingga tidak diperlukan lagi tenaga manusia untuk mengerjakan suatu kegiatan. Perangkat lunak pun mulai berkembang yang mana sangat mendukung kinerja dari perangkat keras elektronik.

Peralatan industri mulai optimal karena dapat digunakan secara otomatis, sehingga tidak memerlukan lagi manusia. Pekerjaan manusia menjadi lebih mudah, bahkan hanya dalam hitungan jam saja dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang besar. Kualitasnya pun begitu baik, tidak kalah dengan produk yang dihasilkan oleh manusia sendiri.

Adanya percepatan dan produksi ini turut membuat bisnis semakin berkembang. Selain itu, proses bisnis juga lebih terstruktur, tidak hanya pada masalah produksi, namun mulai dari tahap awal perencanaan oleh manusia, jadwal, serta proses produksi. Begitu pula manusia yang telah dibagi dalam divisi – divisi tertentu.

Karena kegiatan produksi sudah dirasa baik, dunia bisnis tidak berhenti sampai disini. Tentu masih ada terobosan dan peningkatan yang lebih baik lagi. Yang mana pada revolusi industri 3.0 ini mulai memperhatikan penekanan biaya produksi, sehingga pengeluaran perusahaan dapat diminimalisir.

Baca juga: Mengenal Teori Motivasi

Tidak hanya bisnis dengan hasil produk atau barang saja, bisnis jasa pun turut hadir. Yang mana bisnis ini berbasis teknologi dan dikenal dengan istilah Technopreneur. Teknologi komunikasi juga membantu percepatan perpindahan revolusi industri 3.0 beralih menuju ke 4.0.

Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0
Foto: Gerd Altmann on Pixabay

Pada revolusi industri 3.0 sudah ditemukan adanya internet, yang mana menjadi dasar menuju revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 ini dimulai pada abad ke-21, dan terus berkembang hingga kini. Salah satu grand design generasi ini adalah pemanfaatan Internet of Thing (IoT).

Ambisi besar dari IoT ini adalah mengkoneksikan segala perangkat dengan internet. Internet tidak hanya berfungsi pada komputer saja, tapi semua perangkat. Misalnya remote control yang dapat mengontrol dari kejauhan. Bahkan, sudah adanya smart house yang dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan internet.

Pada tahu 2018, MIT Technology Review merilis, bahwa peneliti di Massachussets Institute of Technology telah berhasil menciptakan pesawat yang dapat terbang tanpa mengandalkan satupun bagian yang berputar. Dimana pesawat ini memanfaatkan electroaerodynamic propulsion. Penemuan ini masih dikembangkan hingga awal tahun 2019.

Inovasi teknologi di revolusi industri 4.0 semakin berkembang. Robot mulai digunakan dalam industri, adanya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Drone Operation Centre, Self-Powered Data Centre, serta rencana pengembangan Virtual Workers. Bahkan, Jepang sudah mendahului dengan adanya pekerja robot di salah satu hotel di Jepang. Yang mana sebagian besar pekerja di hotel tersebut adalah robot. Di bisnis restoran pun sudah banyak menggunakan robot, yang menggantikan tugas waiters mengantarkan makanan.

Model bisnis pun semakin berkembang dengan memanfaatkan teknologi. Jual beli pun tidak harus bertatap muka, dapat dilakukan secara online dimana pun. Seperti yang seringkali kita lakukan ketika melakukan belanja online, tinggal memilih produk, membayar produk, dan barang akan dikirim.

Revolusi industri 4.0 ini memiliki dampak perkembangan peradaban manusia yang sangat besar. Lebih unik lagi, ukuran perusahaan tidak menjadi jaminan. Tidak selalu perusahaan berukuran besar yang akan sukses mengalahkan perusahaan kecil. Bahkan, perusahaan kecil atau start up pun siap mengalahkan perusahaan besar. Karena kunci keberhasilan perusahaan saat ini adalah kelincahan perusahaan tersebut dan kemampuan bertahan di segala kondisi.

Revolusi Industri 4.0 di Indonesia

Indonesia tidak luput dari pengaruh revolusi industri 4.0 ini. Bahkan, Indonesia cukup pesat dalam mengikuti perkembangannya dan mendukung adanya revolusi industri 4.0 ini. Bahkan, Presiden Joko Widodo telah meresmikan Making Indonesia 4.0 sebagai roadmap industri 4.0.

Tujuan adanya roadmap ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah industri manufaktur dalam negeri. Yang nantinya diharapkan industri dalam negeri dapat bersaing dengan industri – industri global.

Penerapan awalnya difokuskan pada lima sektor manufaktur. Kelima sektor tersebut diantaranya industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman, industri tekstil, industri kimia, industri elektronik, serta industri otomotif. Dasar pemilihan kelima industri ini adalah ukuran Produk Domestik Bruto, perdagangan, serta potensi dampaknya pada industri lain, besaran investasi dan kecepatan penetrasi pasar.

Jika diperhatikan, lima industri tersebut merupakan industri krusial di Indonesia. Yang mana semua bergantung pada industri – industri ini. Majunya industri ini dapat mendukung majunya industri di sektor lainnya, sehingga perlu dilakukan langkah optimal untuk menjadikan lima sektor industri tersebut berkembang mengikuti perkembangan industri 4.0.

Dampak Revolusi Industri

Adanya revolusi industri tentu membawa berbagai dampak kehidupan bagi masyarakat, utamanya bagi industri. Seperti adanya barang melimpah dengan harga murah karena digantikan dengan mesin maka proses produksi menjadi lebih cepat dan tenaga yang diperlukan tidak banyak.

Perdagangan semakin berkembang, karena peralatan komunikasi yang modern, sehingga lebih cepat dan murah. Produksi lokal berubah menjadi produksi internasional dan menjadikan pesatnya pelayaran dan perdagangan internasional. Pada bidang transportasi pun juga mengalami kemajuan yang pesat dengan adanya berbagai sarana transportasi.

Sayangnya, revolusi industri tak selamanya memberikan dampak yang baik. Ada juga dampak buruk yang ditimbulkan dari adanya revolusi industri, seperti perusahaan kecil menjadi gulung tikar.

Perusahaan tradisional yang tidak mengikuti perkembangan terancam gulung tikar karena adanya perusahaan besar dengan mesin dan biaya produksi yang rendah, sehingga produk yang dihasilkan pun lebih murah harganya.

Banyaknya tenaga kerja yang melakukan urbanisasi ke kota menjadikan upah tenaga kerja menjadi rendah. Banyaknya tenaga kerja tidak sepadan dengan lowongan pekerjaan yang ada, karena pabrik sudah banyak menggunakan mesin untuk melakukan produksi.

Hal ini juga memunculkan adanya golongan pengusaha dan golongan buruh, yang mana terlihat perbedaannya bahwa golongan pengusaha hidup dalam kemewahan sementara golongan buruh hidup dalam kemiskinan.

Tidak hanya bisnis atau industrinya saja yang mengikuti perkembangan, tapi juga manusia yang menjalani pun harus mengikuti perkembangan. Dalam menyambut industri 4.0 ini, kecepatan menjadi tantangan yang harus diperhatikan.

Bagaimana cara perusahaan mendapatkan serta melaukan evaluasi terhadap informasi dengan segera. Langkah selanjutnya, menggunakan informasi itu untuk merespon kejadian serta masalah secara cepat dan tepat.

Baca juga: Melatih Kesehatan Mental

Ini juga dapat meningkatkan kompetisi diantara perusahaan. Bukan hal yang buruk, selama kompetisi ini dilakukan di jalan yang baik dengan tidak bermaksud mencelakai bisnis lain.

Pemahaman Akhir

Revolusi industri telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk ekonomi, industri, perusahaan swasta, pemerintahan, politik, dan masyarakat secara keseluruhan. Perkembangan ini tidak dapat dihindari, dan setiap orang harus mengikuti perubahan tersebut dengan cepat dan persiapan yang matang. Penting juga untuk melakukan antisipasi terhadap perubahan yang terjadi. Dalam dunia usaha, perkembangan pasar telah menciptakan tantangan baru dan meningkatkan persaingan antar pebisnis.

Revolusi industri dimulai dengan revolusi industri 1.0 pada abad ke-18, yang ditandai dengan penggunaan mesin uap dan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Revolusi industri 2.0 terjadi pada awal abad ke-20 dengan penemuan listrik dan ruang pembakaran, yang mendorong perkembangan teknologi dan efisiensi dalam industri. Revolusi industri 3.0 dimulai dengan munculnya komputer dan internet, yang memperkenalkan otomatisasi industri dan perkembangan sistem informasi. Revolusi industri 4.0, yang sedang berlangsung, didorong oleh internet of things (IoT) dan teknologi digital yang terus berkembang, seperti kecerdasan buatan, robotika, dan teknologi digital lainnya.

Revolusi industri 4.0 memiliki dampak besar pada peradaban manusia, termasuk dalam hal penerapan teknologi, perubahan model bisnis, dan pergeseran dalam cara manusia bekerja. Perusahaan harus menjadi lebih lincah dan mampu bertahan dalam segala kondisi untuk tetap bersaing di era ini. Dalam konteks Indonesia, pemerintah telah mengadopsi revolusi industri 4.0 dan mencanangkan program “Making Indonesia 4.0” untuk meningkatkan nilai tambah industri manufaktur dan daya saing global.

Revolusi industri juga memiliki dampak yang kompleks. Meskipun membawa manfaat seperti peningkatan efisiensi produksi, kemajuan teknologi, dan pertumbuhan ekonomi, revolusi industri juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif, seperti hilangnya lapangan kerja, kesenjangan ekonomi, dan dampak lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang matang, kebijakan yang bijaksana, dan upaya kolaboratif antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk mengelola dampak revolusi industri secara positif.

Dalam menghadapi revolusi industri, kecepatan dan adaptasi menjadi kunci. Perusahaan harus siap menghadapi perubahan yang cepat dan menggunakan informasi dengan tepat waktu untuk merespons situasi dan masalah yang muncul. Kompetisi juga akan meningkat, dan penting bagi perusahaan untuk bersaing secara sehat dan inovatif. Selain itu, individu juga perlu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan revolusi industri, serta memiliki sikap terbuka terhadap perubahan dan kemampuan beradaptasi.

Dalam menghadapi revolusi industri, kerjasama antar sektor dan pemangku kepentingan menjadi penting. Pemerintah, perusahaan, akademisi, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi, pengembangan teknologi, dan peningkatan kapasitas manusia. Dengan demikian, kita dapat mengoptimalkan manfaat revolusi industri dan mengelola dampaknya secara efektif.

Revolusi industri merupakan fenomena yang terus berkembang dan akan terus membawa perubahan dalam kehidupan kita. Dalam menghadapinya, penting untuk terus belajar, beradaptasi, dan menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dengan kepentingan manusia dan lingkungan.

Jadi, siapkah menyambut revolusi industri 4.0 yang terus berkembang ini?

Artikel Terbaru

Avatar photo

Ratih

Penggemar teh yang suka nulis dan jalan - jalan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *