Konsep Belajar dalam Psikologi Pendidikan

Konsep belajar dalam dunia pendidikan adalah hal yang penting untuk dipelajari. Setiap tahunnya, banyak penelitian yang berfokus pada konsep dan proses belajar manusia. Belajar adalah proses yang panjang dan tidak memandang waktu. Mulai dari proses belajar yang formal hingga nonformal, manusia akan selalu mempelajari hal-hal baru di setiap harinya.

Pengertian Umum

Saat ini, belajar adalah salah satu topik penting di dunia psikologi pendidikan, akan tetapi konsep belajar masih cukup sulit untuk didefinisikan. Secara umum, belajar adalah kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, komprehensi, atau penguasaan atas sesuatu melalui proses belajar atau eksperimen. Tren psikologi saat ini mendefinisikan belajar sebagai adanya proses perubahan perilaku yang dapat diamati atau diobservasi.

Pengertian Belajar Menurut Para Ahli

Pengertian Belajar Menurut Para Ahli
Sumber: StockSnap dari Pixabay

Alan Pritchard

Pritchard (2009) berpendapat bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari percobaan atau pengalaman. Output yang dihasilkan adalah memperoleh sebuah ilmu atau pengetahuan baru. Tujuan belajar dapat bermacam-macam, bisa jadi agar menambah ilmu, pengetahuan, atau keterampilan melalui proses belajar dengan mengikuti instruksi-instruksi tertentu. Hasil akhir dari proses belajar yaitu perilaku yang berubah, terbentuk, dan terkontrol.

Dale H. Schunk

Schunk (2012) mengatakan bahwa belajar adalah proses memodifikasi dan mengumpulkan pengetahuan, keterampilan, strategi, kepercayaan, sikap dan perilaku. Yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk kognitif, linguistik, sosial, dan lain sebagainya. Menurut Schunk (2012), belajar dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan prinsip yang diterapkan pada konteks pendidikan.

R. Hergenhahn & Matthew. H. Olson

Hergenhahn dan Olson (2001) menyatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan pada perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari prosesnya. Perubahan perilaku ini relatif permanen dan terjadi secara seketika setelah proses belajar berlangsung.  Pengalaman atau praktik belajar harus memiliki unsur penguatan atau reinforcement. Dengan demikian, siswa dan orang-orang yang belajar akan selalu termotivasi.

Baca juga: Teori Psikologi Pendidikan

Neil J. Salkind

Salkind (2008) menuturkan bahwa secara sederhana, belajar adalah perubahan perilaku bersifat permanen yang bukan hasil dari efek pertumbuhan atau pendewasaan. Dengan catatan, tidak ada batasan rentang perilaku yang dapat dipertimbangkan atau konteks di mana perilaku tersebut terjadi. Mulai dari mengendarai mobil, mengoperasikan mesin, keterampilan sekolah seperti menulis dan menghitung, semua adalah hasil perilaku dari proses belajar.

Peter Jarvis

Jarvis (2003) menyebutkan bahwa belajar adalah penambahan atau pengurangan terhadap perubahan perilaku yang permanen sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Poin pentingnya adalah, belajar tidak hanya dilihat sebagai proses fisiologis yang terjadi begitu saja. Melainkan, belajar berkaitan dengan banyak faktor di dunia dan dipengaruhi olehnya. Hal-hal seperti dimensi sosial juga turut berperan dalam memahami mekanisme proses belajar manusia.

Robert E. Slavin

Slavin (2012) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku pada individu yang disebabkan oleh sebuah pengalaman. Perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan seperti penambahan tinggi dan berat badan tidak dianggap sebagai proses belajar. Termasuk juga perubahan-perubahan yang pasti terjadi secara refleks sejak lahir. Manusia melalui banyak sekali proses belajar sejak mereka lahir ke dunia.

S. Gazzaniga, T. F. Heatherton, & D. F. Halpern

Gazzaniga, Heatherton, dan Halpern (2010) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Proses belajar mulai terjadi ketika makhluk hidup mendapatkan sebuah manfaat dari suatu pengalaman dan melakukan adaptasi pada kehidupannya. Bagi makhluk hidup, belajar adalah proses yang sangat krusial. Untuk bertahan hidup, mereka harus belajar untuk mencari makanan, tempat tinggal yang aman, dan menjauhkan diri dari bahaya.

Konsep belajar adalah hal sentral yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari kemampuan mendasar seperti berjalan, berbicara, hingga perilaku yang lebih kompleks seperti menerbangkan pesawat dan melakukan tindakan operasi. Perilaku-perilaku tersebut adalah hasil dari proses belajar yang mana melingkupi banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Belajar Secara Umum

Metode Belajar Secara Umum
Sumber: Hans Braxmeier dari Pixabay

Terdapat beberapa metode dan konsep belajar yang dikategorisasikan berdasarkan teori Neuro-Linguistic Programming (NLP) (Pritchard, 2009). Teori NLP ini berfokus pada bagaimana kita berkomunikasi dan bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi proses belajar. Setelah bertahun-tahun melakukan berbagai macam penelitian dan observasi terkait bagaimana seseorang berkomunikasi, berikut adalah 3 metode belajar secara umum:

Visual Learners

Orang yang menggunakan metode belajar visual, lebih cenderung untuk belajar melalui apa yang mereka lihat. Mereka memiliki daya ingat visual yang baik dan lebih menyukai informasi yang disajikan secara visual. Seperti dalam bentuk diagram, grafik, peta, poster, dan presentasi misalnya. Ketika sedang menggambarkan dan mengingat peristiwa atau objek, orang dengan tipe visual sering menggunakan gerakan tangan untuk mempermudah. Lalu, ketika memikirkan atau mengingat informasi, mereka memiliki kecenderungan untuk (gerakan mata) melihat ke atas.

Auditory Learners

Metode belajar auditori diasosiasikan dengan aktivitas mendengarkan. Orang-orang dengan metode belajar auditori memiliki daya ingat pendengaran yang baik. Oleh karena itu, mereka dapat dengan mudah menerima informasi dari kegiatan diskusi, ceramah, wawancara, serta mendengar cerita dan video. Saat belajar, tipe ini menyukai sesuatu yang berurutan, pengulangan, serta ringkasan. Saat mengingat sesuatu, cenderung memiringkan kepala dan menggunakan gerakan mata yang sejajar.

Kinesthetic Learners

Berbeda dengan dua metode sebelumnya, orang dengan tipe belajar kinestetik cenderung belajar dengan melakukan sebuah aktivitas. Mereka pandai mengingat peristiwa dan mengasosiasikan perasaan serta pengalaman fisik dengan ingatan. Karakteristik lainnya adalah mereka menikmati aktivitas fisik, kunjungan lapangan, memanipulasi objek, dan pengalaman praktikal lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka adalah orang-orang yang merasa sulit untuk diam dan tenang dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Baca juga: Psikologi Keluarga: Manfaat, dan Ruang Lingkup

Metode Belajar Berdasarkan MBTI

Metode Belajar Berdasarkan MBTI
Sumber: Sanu A S dari Pixabay

The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah sebuah teori yang dapat membagi kepribadian seseorang menjadi beberapa tipe. Selain digunakan sebagai prediktor kepribadian, MBTI juga bermanfaat bagi guru untuk mengetahui metode belajar para siswa (Pritchard, 2009). Teori ini mengklasifikasikan tipe belajar individu berdasarkan tipe psikologis yang diciptakan oleh Carl Jung. Berikut adalah berbagai macam metode belajar berdasarkan konsep belajar MBTI:

Extrovert Learners

Siswa dengan metode belajar ekstrovert cenderung menyukai aktivitas berbicara untuk memahami informasi dan ide baru. Selain itu, mereka juga menyukai pekerjaan yang bersifat kelompok dan melihat contoh bagaimana orang lain melakukan sebuah pekerjaan. Prinsip dari tipe ini adalah: coba sesuatu terlebih dahulu dan pikirkan hasilnya nanti. Kelebihan dari metode ini adalah siswa dapat memiliki kerja sama yang baik dengan teman-temannya. Ketika menemui sebuah kesulitan, mereka dapat dengan mudah membicarakan ide-idenya dengan orang lain.

Introvert Learners

Berkebalikan dengan ekstrovert, siswa dengan metode belajar introvert lebih suka belajar sendiri dan memikirkan informasi secara pribadi. Lalu, mereka juga menyukai aktivitas mengamati, menulis, dan membaca. Prinsip belajarnya adalah pikirkan sesuatu dengan matang terlebih dahulu, lalu coba di kemudian hari. Kelebihan metode ini adalah introvert dapat belajar dengan baik di tempat dan situasi yang tenang agar dapat merefleksikan dirinya. Terkadang, siswa dengan metode introvert mengaitkan hubungan antara tugas sekolah dengan hobi dan kesenangannya.

Sensing Learners

Sensing learners atau metode belajar sensing (merasa), memiliki karakteristik pembelajar yang menyukai tujuan yang jelas dan berhati-hati serta memperhatikan detail. Ciri-ciri lainnya adalah mengambil satu langkah pada satu waktu dan memiliki ingatan yang baik terhadap fakta. Sisi kelebihannya ada pada siswa yang dapat meminta guru secara langsung untuk menjelaskan apa yang diharapkan dari proses pembelajaran. Secara praktis, mereka suka menggunakan komputer, menonton film, sekaligus melihat, mendengar, dan menyentuh apa yang sedang mereka pelajari.

Intuitive Learners

Intuitif adalah metode belajar yang dicirikan dengan siswa yang suka membaca dan mendengarkan, dan menyelesaikan masalah yang membutuhkan imajinasi. Siswa-siswa dengan metode belajar intuitif lebih tertarik pada ide-ide besar daripada detail yang kecil. Contohnya memulai proyek baru daripada menyelesaikan yang sudah ada. Kekuatan yang ditawarkan adalah pembelajar intuitif dapat menemukan cara untuk menjadi imajinatif dan kreatif di sekolah. Atau dengan kata lain, lebih suka mengikuti insting mereka sebelum mengerjakan tugas.

Thinking Learners

Pembelajar dengan metode berpikir ingin diperlakukan secara adil, ingin merasakan prestasi dan keterampilan dan memiliki guru yang terorganisir. Untuk menyelesaikan masalah, mereka menggunakan pikiran yang jernih, jelas, dan logis. Sisi kelebihannya adalah pertama, mampu memasukkan informasi dalam urutan yang logis dan masuk akal. Kedua, mampu menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang terbatas. Ketiga, merasa sukses ketika mampu fokus pada apa yang mereka ketahui lalu membuat koneksi ke informasi baru.

Feeling Learners

Feeling learners atau metode belajar dengan fokus pada perasaan, memiliki ciri ingin memiliki hubungan yang bersahabat dengan guru. Ciri selanjutnya yaitu belajar dengan membantu orang lain, bergaul dengan orang lain dan menyukai bekerja kelompok. Lantas, kekuatannya adalah, siswa dengan tipe ini dapat memaksimalkan potensi belajarnya ketika belajar bersama dengan seorang teman. Karena siswa tersebut berpeluang untuk memilih topik yang mereka pedulikan serta mampu membantu orang lain.

Judging Learners

Judging learners adalah metode belajar yang dicirikan dengan suka memiliki rencana dan menaatinya, bekerja dengan mantap, dan tertib. Selanjutnya, peserta didik dengan tipe ini suka menyelesaikan proyek, belajar dengan serius, dan tahu persis apa yang mereka harapkan. Poin kekuatannya adalah siswa dapat mencapai performa belajar terbaiknya ketika mereka memiliki tujuan jangka pendek. Juga ketika mereka mampu mencari tahu dari perspektif guru apa yang mereka harapkan.

Perceiving Learners

Perceiving learners adalah metode belajar yang bersifat mempersepsi, yaitu siswa merasa terbuka untuk menerima pengalaman baru saat belajar. Siswa dengan metode ini suka membuat pilihan, fleksibel, belajar dengan performa baik ketika prosesnya menyenangkan, dan ingin menemukan informasi baru. Kekuatannya adalah pelajar dapat menemukan cara-cara baru untuk belajar dan menghasilkan minat untuk mencari ide-ide baru. Dalam mengerjakan tugas, mereka lebih suka pada tugas yang fleksibel tanpa tenggat waktu yang pasti.

Metode Belajar Berdasarkan Teori Kolb’s Learning Style Model

Metode Belajar Berdasarkan Teori Kolb’s Learning Style Model
Sumber: Sanu A S dari Pixabay

Metode belajar selanjutnya akan berpedoman pada Kolb’s Learning Style Model. Model dan konsep belajar Kolb mengklasifikasikan individu menjadi dua dimensi berdasarkan beberapa preferensi (Pritchard, 2009). 1. Bagaimana siswa menerima informasi, dan 2. Bagaimana siswa menginternalisasi informasi. Berikut ini adalah empat metode belajar umum yang terbentuk berdasarkan dua dimensi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:

Diverger (Konkret dan Reflektif)

Pertama adalah diverger, pembelajar sering menggunakan pertanyaan ‘mengapa?’ saat belajar. Lalu, mereka merespons dengan baik penjelasan tentang materi yang dijelaskan, terutama yang berkaitan dengan pengalaman dan minat mereka. Peserta didik diverger yang konkret dan reflektif lebih suka belajar dengan teknik observasi, brainstorming, dan mengumpulkan informasi. Dalam dua kata, mereka imajinatif dan sensitif.

Baca juga: Pengertian Kepribadian dalam Psikologi

Assimilator (Abstrak dan Reflektif)

Kedua adalah assimilator, pembelajar sering menggunakan pertanyaan ‘apa?’ saat belajar. Kemudian, merespons dengan baik informasi yang disajikan secara logis dan terorganisir. Siswa yang bersangkutan akan mendapatkan manfaat jika diberi waktu untuk refleksi. Dan juga, siswa tipe assimilator lebih suka belajar dengan meletakkan informasi dalam urutan logis yang ringkas.

Converger (Abstrak dan Aktif)

Ketiga adalah converger, pembelajar sering menggunakan pertanyaan ‘bagaimana?’ saat belajar. Setelah itu, merespons dengan baik ketika memiliki kesempatan untuk bekerja secara aktif dalam menyelesaikan sebuah tugas. Umumnya, siswa belajar melalui praktik coba-coba, yang sesekali memungkinkan mereka untuk gagal. Converger dicirikan dengan siswa yang suka belajar dengan cara memecahkan masalah, melakukan tugas teknis, dan pandai menemukan kegunaan praktis sebuah ide.

Accommodator (Konkret dan Aktif)

Keempat adalah accommodator, pembelajar sering menggunakan pertanyaan ‘bagaimana jika?’ saat belajar. Selanjutnya, siswa akan merespons dengan baik ketika menerapkan materi baru dalam menyelesaikan masalah. Pelajar dengan tipe accommodator berorientasi pada orang dan lebih mengandalkan perasaan dari pada logika.

Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Sumber: Pexels dari Pixabay

Layaknya aktivitas lainnya, proses dan konsep belajar pun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Schunk (2012), terdapat faktor-faktor beresiko yang dapat memengaruhi proses belajar siswa yaitu sakit, kelelahan fisik, hingga konsumsi narkoba dan alkohol. Sebenarnya, faktor-faktor tersebut hanya sementara dan tidak bertahan selamanya. Karena ketika penyebabnya dihapus, perilaku siswa akan kembali ke keadaan semula.

Selanjutnya, tatanan ruang kelas dan sistem pembelajaran juga berpengaruh penting dalam proses belajar (Schunk, 2012). Ruang kelas yang kondusif, tenang, nyaman dan bersih, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Di sisi lain, ruang kelas yang bising, jendela yang tidak berfungsi dengan baik, cahaya dan suhu yang tidak tepat, dapat menurunkan motivasi belajar. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan setting kegiatan belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan.

Tidak hanya di sekolah, tempat dan ruang belajar di rumah juga perlu dipersiapkan dengan baik. Adanya meja dan kursi belajar yang sesuai, sirkulasi udara yang baik, dan tersedianya fasilitas pendukung lainnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian, peserta didik dapat memperoleh kesempatan yang lebih tinggi untuk menggapai prestasi.

Baca juga: Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Pemahaman Akhir

Konsep belajar dalam dunia pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk dipelajari dan dipahami. Belajar merupakan proses yang panjang dan terjadi sepanjang hayat manusia, tidak memandang waktu. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari konsep dan proses belajar manusia baik dalam konteks formal maupun nonformal.

Para ahli telah memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang belajar, namun pada umumnya mereka setuju bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dapat diamati atau diobservasi. Belajar melibatkan perolehan pengetahuan, keterampilan, strategi, sikap, dan perilaku baru melalui pengalaman atau percobaan. Hasil akhir dari proses belajar adalah perubahan perilaku yang berlangsung secara permanen.

Metode belajar juga dapat dikategorikan berdasarkan preferensi individu. Berdasarkan teori Neuro-Linguistic Programming (NLP), terdapat tiga metode belajar umum yaitu visual, auditori, dan kinestetik, yang didasarkan pada preferensi cara seseorang mengolah informasi. Selain itu, berdasarkan teori MBTI, metode belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepribadian individu, seperti ekstrovert, introvert, sensing, intuitive, thinking, feeling, judging, dan perceiving.

Selain itu, Kolb’s Learning Style Model juga mengidentifikasi empat metode belajar umum berdasarkan preferensi dalam menerima dan menginternalisasi informasi, yaitu diverger, assimilator, converger, dan accommodator.

Beberapa faktor juga mempengaruhi proses belajar, seperti kondisi fisik dan lingkungan ruang belajar. Ruang kelas yang kondusif, tenang, nyaman, dan bersih dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, tatanan ruang belajar di rumah juga penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung belajar.

Dengan pemahaman yang baik tentang konsep belajar dan metode belajar yang sesuai, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang efektif dan memenuhi kebutuhan individu siswa. Dalam konteks pendidikan, konsep belajar memiliki peran sentral dalam membentuk perilaku dan pengetahuan manusia, baik dalam hal kemampuan dasar maupun perilaku yang lebih kompleks.

Yup, itulah penjelasan lengkap mengenai pengertian, metode, dan faktor-faktor yang memengaruhi proses dan konsep belajar dalam psikologi pendidikan. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai selesai. Selamat belajar!


Sumber:

Gazzaniga, M. S., Heatherton, T. F., & Halpern, D. F. (2010). Psychological Science 3rd Edition. New York: W. W. Norton.

Hergenhahn B. R. & Olson, M. H. (2001). An Introduction to Theories of Learning, 6th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Jarvis, P., Holford, J. & Griffin, C. (2003). The Theory & Practice of Learning 2nd Edition. London and Sterling: Kogan Page.

Pritchard, A. (2009). Ways of Learning: Learning Theories and Learning Styles in the Classroom 2nd Edition. New York: Routledge.

Salkind, N. J. (2008). Encyclopedia of Educational Psychology. California: SAGE Publications.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective 6th Edition. Boston: Pearson Education.

Slavin, R. E. (2012). Educational Psychology Theory and Practice. New Jersey: Pearson.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Salma

Lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.Mengerjakan skripsi dengan metode kuantitatif.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *