Teori Sosiologi Klasik: Pemikiran Georg Simmel

Tokoh yang berpengaruh dalam teori sosiologi klasik memang tidak sedikit, salah satunya adalah Georg Simmel. Seperti halnya tokoh yang lain, Georg Simmel mengeluarkan beberapa karya yang sangat berkontribusi terhadap keilmuan sosiologi. Apa sajakah karya dari Georg Simmel dan bagaimana kehidupannya sebelum menjadi akademisi? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Pemikiran Georg Simmel (1858-1918)

Pemikiran Georg Simmel
Sumber: laphamsquarterly.org

Georg Simmel adalah seorang intelektual yang lahir di Berlin pada tahun 1858. Meskipun lahir dalam keluarga Yahudi, ia dan orang tuanya kemudian memeluk agama Kristen. Simmel adalah seorang yang sangat berpendidikan dan menghabiskan 40 tahun karirnya sebagai pengajar di fakultas Filsafat Universitas Humboldt.

Pada saat itu, Jerman memiliki sentimen anti-Yahudi yang cukup tinggi, namun hal ini tidak menghentikan kemajuan karir akademis Simmel. Ia bahkan menjadi dosen yang sangat populer di kalangan akademisi Berlin dan menjadi tokoh sentral dalam perkembangan sosiologi di Jerman.

Georg Simmel memberikan kontribusi penting terhadap bidang sosiologi melalui berbagai karyanya, termasuk “The Isolated Individual and the Dyad,” “Fashion,” “The Conflict in Modern Culture,” dan “The Philosophy of Money.”

Salah satu karyanya yang terkenal, “The Isolated Individual and the Dyad,” membahas tentang hubungan antara dua individu yang disebut sebagai “dyad” dan hubungan antara tiga individu yang disebut sebagai “triad.” Menurut Simmel, dyad memiliki dua karakteristik utama, yaitu pola interaksi yang berulang dan tingkat keintiman yang tinggi antara kedua anggotanya. Ketika ada individu ketiga yang masuk ke dalam dyad, situasi berubah menjadi triad.

Simmel menyatakan bahwa individu ketiga dalam triad dapat berperan sebagai mediator, orang yang memanfaatkan konflik antara dua individu lainnya, atau bahkan individu yang sengaja menciptakan konflik untuk menguasai kelompok tersebut. Karyanya yang lain, seperti tentang fashion, budaya, dan uang, juga memiliki kontribusi berharga dalam pemahaman kita tentang berbagai aspek sosial.

Fashion (1904)

Lewat Fashion, Simmel membahas tentang kontradiksi yang hadir dalam dunia mode. Di satu sisi, mode memberi ruang bagi mereka yang ingin terlihat sebagai bagian dari kelompok tertentu. Dengan mengadopsi gaya berpakaian kelas borjuis misalnya, seorang individu akan terlihat sebagai bagian dari kelas sosial tersebut.

Namun di sisi yang lain, mode juga memberi ruang bagi mereka yang ingin telihat berbeda dan unik, seperti Lady Gaga dan kostum-kostumnya yang dianggap tidak lazim. Lebih lanjut, Simmel menjelaskan bahwa perubahan mode di dalam masyarakat melibatkan serangkaian proses.

Pada awalnya, masyarakat memiliki kesepakatan terkait apa-apa saja yang dianggap modis atau fashionable. Selanjutnya, muncul individu-individu yang menyimpang dari kesepakatan tersebut, dan menciptakan berbagai variasi mode yang baru.

Mode-mode baru inilah yang lama-kelamaan dianggap fashionable, dan diikuti oleh masyarakat luas. Bagi Simmel, mode bukanlah sesuatu yang abadi. Kematian sebuah mode akan melahirkan mode lain, yang kelak juga akan mati dan digantikan oleh mode yang lebih baru.

The Conflict in Modern Culture (1921)

Dalam The Conflict in Modern Culture, Simmel menjelaskan tentang perbedaan antara budaya subjektif dan budaya objektif. Menurut Simmel, budaya objektif mengacu pada segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia, seperti seni, ilmu pengetahuan, filsafat, dan sebagainya. Budaya subjektif, di sisi lain, mengacu pada kapasitas sang aktor untuk memproduksi, menyerap, dan mengontrol elemen-elemen budaya objektif.

Menurut Simmel, idealnya hubungan antara budaya subjektif dan objektif terjadi secara dua arah, yaitu budaya subjektif membentuk budaya objektif dan budaya objektif memengaruhi budaya subjektif. Namun pada praktiknya, budaya objektif justru berevolusi menjadi sesuatu yang bernyawa – sesuatu yang hidup. Dampaknya, manusia justru diatur oleh produk-produk budaya yang mereka ciptakan sendiri, seperti sains dan teknologi.

The Philosophy of Money (1900)

The Philosophy of Money (1900)
Sumber: wikiwand.com

Dalam The Philosophy of Money, Simmel membahas tentang konsep nilai, uang, dan proses transaksi. Menurut Simmel, nilai sebuah benda ditentukan dari jarak antara individu dan benda tersebut.

Konsep jarak dalam pemikiran Simmel ini mengacu pada tingkat kesulitan untuk mendapatkan sebuah benda, yang dapat diukur melalui empat variabel utama yaitu waktu, kelangkaan, usaha yang harus dikeluarkan, serta pengorbanan yang harus dilakukan.

Lebih lanjut, Simmel menyatakan bahwa sebuah benda akan dianggap bernilai jika benda tersebut berada di jarak yang tepat, tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh dari individu yang menilai benda tersebut. Ketika membahas tentang uang, Simmel menyatakan bahwa uang, layaknya mode, merupakan sesuatu yang bersifat kontradiktif.

Di satu sisi, uang menyimbolkan jarak antara subjek (individu) dan objek (benda), namun di sisi lain, uang juga berperan sebagai alat untuk melampaui jarak tersebut. Harga dari sebuah benda merupakan manifestasi dari jarak antara individu dan benda tersebut dan untuk melampaui jarak tersebut, seorang individu harus memiliki uang.

Menurut Simmel, kesulitan yang dialami oleh individu untuk mendapatkan uang merupakan pengalaman yang membuat sebuah benda memiliki nilai di mata individu. Simmel juga menjelaskan tentang dampak negatif dari hadirnya uang. Secara garis besar, uang mengubah hubungan antar-manusia yang tadinya besifat personal, menjadi impersonal.

Kehadiran uang membuat manusia berubah menjadi makhluk yang penuh perhitungan. Segala sesuatu dapat diukur, dan dibeli menggunakan uang, termasuk manusia. Sebagai contoh, beberapa sistem budaya memungkinkan pelaku pembunuhan untuk bebas setelah membayar sejumlah denda. Maraknya prostitusi juga merupakan contoh dari penggunaan uang untuk “membeli” manusia.

Menurut Simmel, hal-hal diatas merupakan bukti dari terkikisnya budaya subjektif oleh budaya objektif – bukti bahwa uang mulai mengatur jalannya hidup manusia. Karya-karya Simmel memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan sosiologi, khususnya sosiologi di Amerika Serikat.

Dibandingkan pemikiran Durkheim, Marx, dan Weber, pemikiran Simmel jauh lebih dikenal oleh sosiolog Amerika di awal abad ke-20. Topik bahasan yang unik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, penjelasan di level mikronya, serta konsep dualitas yang hadir dalam sebagian besar karyanya membuat Simmel kerap disebut sebagai pemikir post-modern di era modern.

Itulah sekilas gambaran mengenai pemikiran-pemikiran Georg Simmel yang tertuang dalam buku-bukunya. Mempelajari pemikiran Simmel memberikan pemahaman lebih lanjut tentang perkembangan ilmu sosiologi di masa itu serta bagaimana pemikiran tersebut bisa berdampak pada perkembangan di era sekarang.


Sumber:

Calhoun, C., Gerteis, J., Moody, J., Pfaff, S., & Virk, I. (2007). Classical Sociological Theory. Great Britain: Blackwell Publishing.

Ritzer, G. (2010). Sociological Theory. New York: McGraw-Hill.

Simmel, G. (2005). The Philosophy of Money. London: Routledge.

Ritzer, G. (2003). The Wiley-Blackwell Companion to Sociology. Oxford: Wiley-Blackwell.

Wolf, K. (1950). The Sociology of Georg Simmel. Illinois: The Free Press.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *