Mengenal Stratifikasi Sosial Secara Lengkap

Dalam lingkungan sosial, manusia kerap kali mengelompokkan orang berdasarkan posisi sosialnya. Sistem pengelompokan ini disebut sebagai stratifikasi sosial yang tidak menempatkan kelompok-kelompok yang ada dalam posisi yang setara. Untuk memahami lebih lanjut seperti apa sistem pengelompokan stratifikasi sosial ini dan dampaknya, mari simak pembahasan berikut ini.

Definisi Stratifikasi Sosial

Definisi Stratifikasi Sosial
Sumber: Freepik.com

Stratifikasi sosial adalah sistem yang mengelompokkan masyarakat secara hierarkis. Dalam sistem tersebut, masyarakat akan dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kekuasaan, kehormatan, dan kekayaan yang mereka miliki.

Pengelompokan ini sifatnya hierarkis karena terdapat perbedaan peringkat antara kelompok satu dan lainnya. Tentunya stratifikasi bisa ditemui di seluruh masyarakat di belahan dunia mana pun, tetapi setiap kelompok masyarakat akan memiliki indikator stratifikasi yang berbeda.

Sistem Kasta dan Kelas

Stratifikasi sosial adalah gejala yang bisa ditemukan di berbagai masyarakat, tetapi perlu diingat bahwa setiap masyarakat mungkin menerapkan sistem stratifikasi yang berbeda. Dalam sosiologi, ada dua jenis sistem stratifikasi sosial yang dikenal, yaitu sistem kasta dan sistem kelas.

Sistem kasta merujuk pada stratifikasi sosial yang didasarkan pada kelahiran atau keturunan. Sistem ini bersifat tertutup, artinya nasib seseorang sudah ditentukan sejak lahir. Individu yang lahir dalam keluarga dengan kasta rendah akan secara otomatis menjadi bagian dari kasta yang sama dan hidup dengan status itu sepanjang hidupnya.

Mobilitas sosial, atau perpindahan antar tingkat sosial, hampir tidak mungkin terjadi dalam sistem kasta karena setiap kasta memiliki peran dan tugas yang spesifik yang tidak dapat diubah. Bagi yang lahir di kasta yang lebih rendah, hal ini dapat terasa sangat sulit untuk meningkatkan status sosial mereka. Namun, sebaliknya, bagi mereka yang lahir di kasta yang lebih tinggi, sistem ini seringkali dianggap sebagai suatu keberuntungan karena mereka sudah memiliki keuntungan status sosial sejak lahir.

Sistem Kasta

Sistem kasta umumnya diterapkan oleh masyarakat agraris. Masyarakat pedesaan India misalnya, mengenal empat jenis kasta yaitu Brahman, Kshatriya, Vaishya, dan Sudra. Sistem kasta yang disebut sebagai varnas (dari bahasa Sanksekerta yang berarti “warna”) ini mengatur jalannya hidup seorang individu semenjak ia dilahirkan, sampai ia meninggal kelak.

Tiap kasta memiliki pekerjaannya masing-masing yang telah diatur dalam sistem varnas. Misalnya, kasta Sudra berkerja sebagai pekerja kasar, Vaishya sebagai pedagang dan perajin, Kshatriya sebagai pejabat publik, dan kasta Brahman sebagai pemuka agama. Selain itu dalam sistem varnas, seorang individu dituntut untuk menikahi individu lain berasal dari kasta yang sama.

Artinya, seorang Brahman hanya boleh menikahi Brahman lain, Kshatriya menikahi Kshatriya lain, dan seterusnya. Hal ini terjadi karena terdapat pandangan umum bahwa orang yang berada di kasta atas jauh lebih suci daripada mereka yang berasal dari kasta bawah.

Sistem Kelas

Sistem yang kedua, kelas, mengacu pada stratifikasi sosial berdasarkan kelahiran dan pencapaian individu. Dalam sistem kelas, orang-orang yang terlahir di kelas bawah belum tentu selamanya hidup di kelas bawah. Mereka yang gigih dan mau berusaha dapat melakukan mobilitas sosial ke kelas atas.

Hal ini juga berlaku sebaliknya bagi orang-orang yang terlahir di kelas atas. Mereka yang kalah bersaing serta tidak mau berusaha akan tersisih dan harus menghabiskan hidupnya di kelas bawah.

Sistem kelas merupakan kombinasi dari sistem kasta dan meritokrasi, atau stratifikasi sosial berdasarkan pencapaian individu. Dalam masyarakat modern yang menuntut efisiensi, kualitas individu seperti keterampilan, kegigihan, serta pengetahuan yang dimiliki individu tersebut turut menentukan posisinya di masyarakat.

Stratifikasi Sosial dari Sudut Pandang Sosiologi

Stratifikasi Sosial dari Sudut Pandang Sosiologi
Sumber: Freepik.com

Sosiologi memiliki tiga pendekatan berbeda yang dapat digunakan untuk mengkaji sebuah fenomena, yaitu struktural fungsional, konflik, dan interaksionisme simbolik. Pendekatan-pendekatan inilah yang turut digunakan dalam mengkaji stratifikasi sosial.

Pendekatan Struktural Fungsional

Bagi pendekatan struktural fungsional, stratifikasi sosial merupakan elemen penting yang membuat masyarakat tetap beroperasi. Keberadaan stratifikasi sosial memiliki manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Lewat pembagian kerja yang jelas, kestabilan dan keharmonisan masyarakat akan tetap terjaga. Pendekatan ini juga melihat kesenjangan pendapatan sebagai sebuah hal yang wajar.

Hal ini dikarenakan sewajarnya seorang dokter digaji lebih tinggi daripada tukang sampah, karena jelas-jelas untuk menjadi dokter, seseorang harus mengikuti proses pendidikan yang panjang, serta memiliki keahlian yang spesifik.

Berdasarkan pendekatan struktural fungsional, kesenjangan pendapatan akan memacu orang-orang yang berada di kelas bawah untuk terus mengembangkan keahlian mereka demi mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih tinggi.

Pendekatan Konflik

Pendekatan konflik, di sisi lain, menganggap stratifikasi sosial dibuat dan dipertahankan untuk menguntungkan kelompok tertentu, yaitu mereka yang berada di kelas atas. Karl Marx menyatakan bahwa para pemilik modal yang berada di kelas atas akan terus mengeksploitasi buruh yang berada di kelas bawah.

Hal ini tidak hanya berdampak buruk pada kesejahteraan buruh, namun juga mematikan kemampuan mobilitas sosial mereka. Misalnya, coba bayangkan bagaimana orang-orang yang berada di kelas pekerja dapat melakukan mobilitas sosial, jika mereka masih dihantui oleh upah yang rendah dan jam kerja yang panjang. Pandangan Marx ini kemudian dikritik oleh sosiolog lain, Max Weber.

Weber menyatakan bahwa stratifikasi sosial tidak hanya ditentukan dari kepemilikan modal atau kekayaan semata. Menurut Weber, selain kekayaan, stratifikasi sosial juga turut dipengaruhi oleh dua indikator lain, yaitu status sosial dan kehormatan seseorang.  Namun terlepas dari kritiknya, Weber setuju dengan pendapat Marx bahwa stratifikasi sosial menghasilkan kesenjangan yang berujung pada konflik.

Pendekatan Interaksionisme Simbolik

Pendekatan ketiga, interaksionisme simbolik, membahas bagaimana stratifikasi sosial dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pendekatan ini, baju yang dikenakan oleh seorang individu, moda transportasi yang ia gunakan, hingga makanan yang ia konsumsi mencerminkan kelas sosial individu tersebut.

Sosiologi mengenal istilah conspicouous consumption, yang didefinisikan sebagai tindakan membeli atau menggunakan sebuah produk, karena produk tersebut menunjukkan posisi sosial sang pembeli.

Seorang individu tentu saja tidak memerlukan air mineral seharga ratusan ribu rupiah, atau mobil mewah seharga milyaran rupiah. Namun, jika hal tersebut dapat menunjukkan posisi sosialnya di masyarakat, mengapa tidak?

Kesimpulan

Stratifikasi sosial, layaknya konsep-konsep lain dalam sosiologi, dapat dikaji melalui berbagai pendekatan. Berdasarkan pendekatan struktural fungsional, stratifikasi sosial berperan dalam menjaga kestabilan masyarakat lewat mekanisme pembagian kerja, serta pemberian upah yang sesuai dengan tingkat kesulitan sebuah pekerjaan.

Sebaliknya, bagi pendekatan konflik, stratifikasi sosial dibuat dan dipertahankan demi kepentingan pihak tertentu. Pendekatan lain, interaksionisme simbolik, justru fokus pada elemen stratifikasi sosial yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami bagaimana ketiga pendekatan ini memandang stratifikasi sosial merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang sosiolog.

Sekian uraian penjelasan tentang stratifikasi sosial, mulai dari definisinya hingga pendekatan yang digunakan. Stratifikasi sosial di masyarakat bukan lagi hal yang baru, sehingga dengan memahami hal ini diharapkan bisa membantu mengenalkan teori ini lebih jauh lagi.


Sumber:

Little, W., Vyain, S., Scaramuzzo, G., Cody-Rydzewski, S., Griffiths, H., Strayer, E., & Keirns, N. (2012). Introduction to Sociology. Houston: OpenStax College.

Macionis, J. (2012). Sociology (14th ed.). New York: Pearson.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *