Sosiologi dan Budaya Dalam Sosiologi

Dalam kehidupan bermasayarakat, akan ada aturan-aturan tidak tertulis terkait dengan perilaku dalam bermasyarakat. Contohnya saja, mencium tangan orang tua saat akan berpamitan atau menggunakan tangan kanan untuk makan dan mengerjakan aktivitas penting lainnya.

Aturan-aturan yang tidak tertulis inilah yang kemudian dalam ilmu sosialogi disebut sebagai budaya. Nah, dalam artikel ini, secara khusus, kita akan membahas mengenai apa itu budaya dalam sudut pandang sosiologi.

Pengertian Budaya

Pengertian Budaya
Sumber: johnstocker on Freepik

Budaya adalah seperangkat norma, nilai, dan praktik yang membentuk cara hidup masyarakat. Budaya memiliki dua aspek utama, yaitu budaya material dan budaya non-material.

Budaya material mencakup benda-benda fisik yang diciptakan oleh anggota masyarakat, seperti pakaian, alat-alat, dan arsitektur. Ini adalah manifestasi fisik dari budaya yang bisa dilihat dan disentuh.

Di sisi lain, budaya non-material adalah aspek immaterial dari budaya, yang melibatkan gagasan, norma, nilai-nilai, keyakinan, ilmu pengetahuan, seni, dan sebagainya. Ini adalah apa yang masyarakat pikirkan, yakini, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Penting untuk dicatat bahwa budaya material dan non-material saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Budaya material seringkali merupakan simbol atau representasi dari budaya non-material. Misalnya, salib sebagai objek budaya material merepresentasikan agama Kristen sebagai aspek budaya non-material.

Budaya juga memiliki dampak yang kuat pada cara individu bertindak dan berpikir. Budaya membentuk pandangan dunia individu dan menentukan apa yang dianggap sebagai perilaku yang tepat atau tidak. Terkadang, apa yang dianggap sebagai “normal” dalam satu budaya bisa dianggap aneh atau tidak normal dalam budaya lain.

Sebagai contoh, masyarakat Indonesia mungkin menganggap konsumsi nasi tiga kali sehari sebagai hal yang wajar, sementara masyarakat Amerika Serikat yang lebih terbiasa dengan roti dan kentang mungkin melihatnya sebagai sesuatu yang berlebihan. Perbedaan ini bisa menyebabkan culture shock bagi orang yang baru datang atau berinteraksi dengan budaya yang berbeda.

Dengan demikian, budaya memainkan peran penting dalam membentuk identitas individu dan memengaruhi cara individu berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya.

Elemen-Elemen Budaya

Elemen-Elemen Budaya
Sumber: Freepik.com

Terdapat empat elemen yang umumnya dimiliki oleh sebuah budaya yaitu simbol, bahasa, nilai, dan norma. Keempat elemen tersebut dapat dipahami lebih lanjut melalui penjelasan berikut ini.

1. Simbol

Simbol merupakan sesuatu yang bermakna khusus. Makna dari sebuah simbol hanya dapat dikenali, dan dimengerti oleh mereka yang berbagi kebudayaan. Sebuah simbol dapat memiliki makna yang berbeda, tergantung di kebudayaan mana simbol tersebut ditampilkan. Kedipan mata contohnya, dapat dimaknai sebagai tanda ketertarikan, persetujuan, atau bahkan pelecehan.

Hal ini dikarenakan setiap kebudayaan memaknai simbol dengan berbeda, perbedaan pemaknaan simbol kerap memicu terjadinya culture shock. Sebagai contoh, seorang turis Eropa mungkin akan merasa kaget dan tidak nyaman ketika melihat masyarakat China memakan daging anjing. Contoh lain, masyarakat Indonesia mungkin akan merasa terkejut dan marah ketika sepasang turis Amerika berciuman di depan umum.

2. Bahasa

Bahasa merupakan sistem simbol yang digunakan sebagai media komunikasi dan alat penyebaran budaya. Setiap kebudayaan memiliki bahasanya masing-masing yang unik. Keunikan sebuah bahasa tidak hanya terletak pada penulisan abjadnya. Inggris dan Amerika misalnya, meskipun menggunakan abjad yang sama, memiliki aksen dan aturan penulisan bahasa yang berbeda.

Lebih lanjut, sistem penulisan menggunakan abjad yang dikenal secara luas oleh manusia baru muncul sekitar 5000 tahun yang lalu. Sebelumnya, manusia menyebarkan, dan mewariskan budayanya lewat percakapan. Sosiolog menyebut metode transfer budaya di masa lampau ini sebagai “tradisi budaya lisan.”

3. Nilai

Nilai merupakan standar budaya terkait apa saja yang dianggap bagus, indah, dan diinginkan, yang kemudian menjadi panduan bagi kehidupan sosial. Keberadaan nilai mendukung lahirnya kepercayaan, atau pemikiran spesifik yang dipercaya sebagai sesuatu yang benar.

Secara singkat, nilai merupakan standar baik dan buruk yang bersifat abstrak, sedangkan kepercayaan merupakan pandangan pribadi seorang individu terkait hal-hal mana yang ia anggap benar, dan hal-hal mana yang ia anggap salah.

Setiap budaya memiliki seperangkat nilainya masing-masing, seperti Amerika Serikat dengan nilai kebebasan dan kesetaraan. Lalu, Indonesia dengan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.

4. Norma

Norma merupakan aturan-aturan, serta ekspektasi yang digunakan oleh masyarakat untuk mengatur perilaku individu. Penegakan norma melibatkan sebuah konsep bernama sanksi, yang didefinisikan sebagai hadiah, atau hukuman yang mendorong masyarakat untuk patuh pada norma-norma tersebut.

Norma hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari adat istiadat, hukum agama, hingga hukum positif. Layaknya tiga elemen budaya lain, setiap kebudayaan memiliki normanya masing-masing. Sebagai contoh, di Singapura, terdapat norma hukum yang melarang warga Singapura untuk mengkonsumsi permen karet, kecuali untuk kepentingan medis.

Keberagaman Budaya

Keberagaman Budaya
Sumber: pikisuperstar on Freepik

Setiap masyarakat memiliki budaya yang unik, dan berbeda dengan budaya masyarakat lain. Sosiologi memiliki beberapa istilah yang kerap digunakan untuk membahas topik-topik terkait keberagaman budaya, yaitu multikulturalisme, subkultur, dan counterculture.

1. Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan perspektif yang mengakui, dan mendukung keberagaman budaya di suatu wilayah.  Istilah multikulturalisme sendiri lahir di Amerika Serikat, sebagai respon dari gagalnya upaya untuk menyatukan berbagai budaya di Amerika Serikat pada masa awal pembentukan negara tersebut.

Kegagalan ini terjadi karena budaya Inggris yang kental justru “memaksa” individu dari sistem kebudayaan lain (seperti orang-orang Asia dan Afrika) untuk hidup dengan mengikuti standar budaya Inggris. Alih-alih bersatu dan melahirkan budaya baru, yang terjadi di Amerika pada masa awal pembentukan negara tersebut adalah proses “menjadi Inggris,” yang disebut sebagai Anglicization.

2. Subkultur

Subkultur mengacu pada pola-pola budaya yang membedakan beberapa segmen masyarakat dari populasi masyarakat pada umumnya. Fans Persija Jakarta, pecinta vespa, keluarga Arab-Indonesia tradisional, dan anak-anak punk merupakan contoh dari kelompok subkultur. Seorang individu dapat tergabung ke dalam beberapa kelompok subkultur sekaligus baik secara sadar, maupun tidak sadar.

3. Counterculture

Counterculture mengacu pada pola-pola budaya yang menolak budaya mainstream. Artinya, sebuah counterculture menolak kehadiran pola-pola budaya yang sebelumnya telah diterima oleh masyarakat secara luas.

Pada tahun 1960an misalnya, sebuah counterculture yang menganggap bahwa budaya mainstream terlalu kompetitif, individual, serta materialistik lahir, dan dikenal dengan nama “hippies”. Di Indonesia sendiri, kehadiran kelompok radikal agama yang ingin mengubah dasar negara dapat dilihat sebagai bentuk counterculture.

Kesimpulan

Budaya mengatur tindakan dan cara berpikir seorang individu dalam sebuah masyarakat. Budaya hadir dalam bentuk material (seperti perkakas dan karya seni), dan non material (seperti ideologi dan ilmu pengetahuan). Sebuah budaya umumnya terdiri dari empat elemen yaitu simbol, bahasa, nilai, dan norma.

Setiap masyarakat memiliki budayanya sendiri yang unik, dan berbeda dengan budaya masyarakat lain. Secara sosiologis, terdapat beberapa terminologi yang dapat digunakan untuk menjelaskan keberagaman budaya.

Multikulturalisme mengacu pada perspektif yang mengakui, dan mendukung keberagaman budaya. Subkultur mengacu pada pola-pola budaya yang membedakan beberapa segmen masyarakat dari populasi masyarakat umum. Counterculture mengacu pada pola-pola budaya yang berlawanan dengan budaya umum.

Sekian ulasan mengenai budaya dalam sudut pandang sosiologi. Tidak dapat dipungkiri, budaya adalah bagian dari masyarakat sehingga kajiannya juga memiliki peranan yang esensial dalam disiplin sosiologi.


Sumber:

Little, W., Vyain, S., Scaramuzzo, G., Cody-Rydzewski, S., Griffiths, H., Strayer, E., & Keirns, N. (2012). Introduction to Sociology. Houston: OpenStax College.

Macionis, J. (2012). Sociology (14th ed.). New York: Pearson.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *