Sejarah dan Perkembangan Ilmu Hubungan Internasional

Ilmu hubungan internasional termasuk disiplin ilmu yang menarik untuk dipelajari. Secara umum, disiplin ini mempelajari tentang hubungan antar aktor internasional. Bagi kamu yang tertarik mempelajari ilmu satu ini, tentu dirasa perlu mengenal sejarah dan perkembangan dari ilmu hubungan internasional dari awal. Nah, untuk mengetahui seperti apa sejarahnya, yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Sejarah Ilmu Hubungan Internasional

Sejarah Ilmu Hubungan Internasional
Sumber: Freepik.com

Pada awalnya, ketika ilmu hubungan internasional pertama kali muncul, fokus utama kajiannya hanya berkisar pada masalah perang dan keamanan. Namun, seiring berjalannya waktu, isu-isu yang menjadi perhatian dalam ilmu ini menjadi lebih kompleks. Selain itu, aktor-aktor yang terlibat dalam hubungan internasional tidak lagi terbatas pada negara-negara saja, tetapi juga melibatkan organisasi internasional, perusahaan multinasional, dan bahkan individu.

Pada dasarnya, ilmu hubungan internasional bukanlah ilmu yang berdiri sendiri tanpa terkait dengan ilmu lainnya. Displin ilmu ini terbentuk dari ilmu-ilmu yang sudah ada sebelumnya, yaitu:

Hukum Internasional

Dalam hubungan internasional, terdapat hukum internasional yang memuat aturan-aturan yang berfungsi untuk mengatur hubungan antar aktor internasional.

Diplomasi

Hubungan internasional tidak lepas dari diplomasi. Hal ini dikarenakan diplomasi merupakan salah satu instrumen kebijakan luar negeri suatu negara.

Politik Internasional

Politik internasional mengkaji tentang kekuatan (power) yang ada didalam interaksi berbagai negara.

Ilmu Kemiliteran

Dalam sebuah negara, ilmu kemiliteran adalah hal yang dianggap penting demi terjaganya keamanan dari suatu negara. Melihat pentingnya ilmu kemiliteran, bahkan ilmu ini sudah ada lebih lama dibanding dengan diplomasi dan hukum internasional.

Organisasi Internasional

Setelah Perang Dunia I, organisasi mulai bermunculan dan kerja sama internasional banyak dilakukan dengan cara membentuk sebuah organisasi internasional. Atas kontribusinya tersebut, organisasi internasional kemudian dianggap sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional.

Perdagangan Internasional

Sejak abad 17, perdagangan sudah berkembang pesat sehingga memunculkan ilmu perdagangan internasional.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu hubungan internasional mengalami perkembangan sesuai dengan zamannya. Awalnya, ilmu hubungan internasional hanya membahas mengenai perang dan keamanan saja karena memang pada saat itu perang sedang berlangsung.

Namun saat pasca perang, ilmu hubungan internasional memiliki bahasan yang lebih kompleks seperti kerja sama internasional, organisasi intenasional, perdagangan internasional, dan lain-lain.

Oleh karena itu, tidak heran jika ilmu hubungan internasional terbentuk dari banyak ilmu yang sudah ada sebelumnya, seperti hukum internasional, diplomasi, politik internasional, perdagangan internasional, dan lain-lain.

Perkembangan Pendekatan-Pendekatan Ilmu HI: “Great Debates”

Perkembangan Pendekatan-Pendekatan Ilmu HI “Great Debates”
Sumber: Freepik.com

Dari awal kemunculan ilmu hubungan internasional hingga sekarang, terdapat empat perdebatan besar yang membahas mengenai pendekatan apa saja yang paling cocok untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena hubungan internasional.

Dari keempat perdebatan ini, secara epistemologis terdapat dua kelompok, yaitu kelompok positivis di mana kelompok ini menggunakan pendekatan sains (ilmu pasti) untuk menjelaskan fenomena hubungan internasional.

Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok post positivis di mana kelompok ini menganggap bahwa penelitian dalam ilmu sosial tidak dapat menggunakan ilmu sains (ilmu pasti) karena penulis harus terlibat langsung dengan objek penelitiannya.

Debat Pertama

Pada tahun 1930-1950an, terjadi great debate I yang terjadi antara para pemikir liberalis dan realis. Para pemikir liberalis memiliki asumsi dasar bahwa manusia pada dasarnya adalah baik sehingga memandang positif terhadap perdamaian dunia. Kaum ini berusaha untuk menciptakan perdamaian dunia dengan membangun organisasi internasional dan menerapkan hukum internasional.

Kemudian, dibangun Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang diprakarsai oleh Woodrow Wilson. LBB dibangun bertujuan untuk mencegah terjadinya perang agar perdamaian dunia tetap terpelihara.

Namun pada tahun 1941, LBB akhirnya bubar sejalan dengan pecahnya Perang Dunia II. Hal ini memicu kritikan dari kaum realis yang menganggap bahwa manusia pada dasarnya jahat dan perang sendiri menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah.

Asumsi liberalis dibantah oleh kaum realis dengan bukti pecahnya Perang Dunia II, hal ini menguatkan asumsi realis bahwa masing-masing negara akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai kekuasaan. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa hubungan internasional bersifat konfliktual.

Debat Kedua

Pada 1960-an, terdapat great debate antara kaum tradisionalis dengan kaum behavioralis. Para pemikir tradisionalis fokus terhadap upaya bagaimana “memahami” ilmu hubungan internasional, sedangkan kaum behavioralis berupaya untuk “menjelaskan” ilmu hubungan internasional. Antara kedua kaum tersebut, terdapat perbedaan dalam melakukan penelitian terhadap objeknya.

Kaum behavioralis berupaya untuk membuat hukum saintifik mengenai hubungan antar manusia sehingga menjadi objektif sama halnya seperti penelitian ilmu alam yang berada di laboratorium. Kaum ini menggunakan tahap-tahap dalam melakukan penelitian seperti pengumpulan data, hipotesis, pengujian hipotesis layaknya penelitian ilmu alam.

Berbeda dengan kaum behavioralis, kaum tradisionalis melakukan penelitian hubungan antar manusia selalu berkaitan dengan hal-hal seperti etika dan moralitas. Peneliti akan berada ditempat yang sama dengan objek penelitiannya sehingga hasil penelitian akan menjadi subjektif.

Debat Ketiga

Pada 1970-1980an, terjadi great debate III dalam ilmu hubungan internasional. Dalam debat ketiga ini membahas mengenai ekonomi politik internasional. Debat ini terjadi antara kaum marxis dengan kaum neo-liberalis dan neo-realis. Awalnya, Karl Marx menyatakan bahwa adanya ketertinggalan ekonomi dari negara dunia ketiga akibat negara dunia pertama yang mendominasi. Hal ini lah yang mempelopori adanya debat ketiga.

Bagi kaum marxis, negara dunia ketiga dengan sistem kapitalis yang diajarkan oleh negara dunia pertama tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik, karena negara dunia pertama memang mempertahankan adanya superior-inferior.

Hal ini menyebabkan, negara dunia ketiga hanya menjadi penyuplai bahan baku pada negara dunia pertama sedangkan negara dunia pertama menjadi produsen barang jadi. Hal ini menjadikan negara dunia ketiga bergantung pada negara dunia pertama.

Berbeda dengan kaum marxis, kaum ekonomi politik internasional neo-liberal memandang bahwa kapitalisme penting untuk mencapai kemakmuran bagi dunia. Mereka mendukung adanya perusahaan multinasional, negara kaya, dan finansial global yang dianggap dapat meningkatkan kemakmuran tersebut.

Sedangkan, ekonomi politik internasional neo-realis fokus terhadap kekuatan politik dalam isu ekonomi karena mereka menganggap bahwa negara berperan penting dalam menunjang aktivitas perekonomian negara tersebut. Oleh sebab itu, mereka memiliki anggapan bahwa perdagangan bebas akan semakin baik jika terdapat kekuatan yang dominan.

Debat Keempat

Dalam great debate ke empat, terjadi antara kaum positivis dengan kaum post-positivis. Fokus dari perdebatan ini mengenai korelasi antara teori dengan kenyataan/realita. Kaum positivis menganggap bahwa fungsi “penjelas” sangat penting ada dalam sebuah teori.

Sedangkan, kaum post-positivis menganggap bahwa nilai dan bias dari peneliti tidak dapat dipisahkan dengan penelitian. Hal ini mengakibatkan bahwa setiap teori akan memiliki asumsi yang tersirat didalamnya. Bagi kaum ini, keberadaan teori bergantung pada pengakuan dari masyarakat.

Kesimpulan

Ilmu hubungan internasional yang terbilang baru rupanya merupakan penggabungan dari berbagai ilmu yang sudah ada sebelumnya, seperti ilmu politik internasional, ilmu kemiliteran, perdagangan internasional, diplomasi, dan lain-lain. Selain itu, teori dalam ilmu hubungan internasional juga mengalami perkembangan yang pesat.

Perkembangan teori tersebut dapat dilihat dari empat perdebatan besar yang berupaya untuk menjelaskan fenomena hubungan internasional. Dalam perdebatan besar pertama, terjadi antara kaum liberalis dengan kaum realis.

Perdebatan besar kedua terjadi antara kaum behavioralis dengan kaum tradisionalis. Perdebatan besar ketiga terjadi antara kaum marxis dengan kaum neo-liberalis dan kaum neo-realis, dan perdebatan besar keempat terjadi antara kaum positivis dengan kaum post-positivis.

Jadi, begitulah sejarah pemikiran ilmu hubungan internasional mulai dari awal kemunculannya hingga perkembangannya dari waktu ke waktu. Perkembangan teori dalam ilmu hubungan internasional ini dapat dilihat dari adanya perdebatan besar atau great debates.


Sumber Referensi

Baylis, J. (2008). The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations. Oxford: Oxford University Press.

Brown, C., & Ainley, K. (2001). Understanding International Relations. New York: Palgrave.

Heywood, A. (2011). Global Politics. London: Pargrave Macmillan.

Sørensen, G., Møller, J., & Jackson, R. H. (1999). Introduction to International Relations. Oxford: Oxford University Press.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *