Budaya Melayu nampaknya juga mempengaruhi rumah adat yang dimiliki oleh Riau. Wujud pengaruh dari kebudayaan Melayu itu dapat dilihat lewat adanya hiasan maupun bentuk rumahnya. Terdapat 6 macam rumah adat Riau yang perlu untuk diketahui sebagai warisan budaya daerah Indonesia.
Kira-kira apa saja nama rumah adat Riau tersebut? Mari simak selengkapnya penjelasan mengenai rumah adat Riau beserta dengan gambar rumah adat Riau tersebut berikut.
Daftar Isi
Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah adat selaso jatuh kembar merupakan sebuah rumah adat yang tidak difungsikan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat kegiatan masyarakat. Kegiatan yang biasanya diadakan di rumah adat ini berupa tempat musyawarah, upacara adat, penobatan kepala adat, ataupun acara lainnya yang berhubungan dengan masyarakat.
Baca juga: 13 Alat Musik Riau
Dikarenakan fungsi dari rumah adat ini yang lebih mengarah sebagai tempat pertemuan, maka seringkali masyarakat Riau juga menyebut rumah adat ini sebagai balai penobatan, balai karapatan, maupun balirung sari.
Ukuran rumah adat ini bisa dikatakan besar seperti yang terlihat pada gambar rumah adat Riau selaso jatuh kembar. Hal ini sesuai dengan fungsinya yang dipakai untuk tempat berkumpulnya banyak orang.
Penamaan selaso jatuh kembar sebenarnya merujuk pada bentuk rumah yang mempunyai selasar (selaso). Lalu, bagian selasar ini lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian tengah, sehingga nampak seperti jatuh. Nah, jumlah selasar tersebut ada dua, oleh karenanya sangat sesuai dengan namanya.
Bahan yang dipakai untuk pembuatan rumah tergolong bahan yang alami seperti pada atapnya yang terbuat dari rumbia. Pada bagian dinding terbuat dari kayu pilihan seperti kayu meranti, kayu medang, atau kayu punak.
Meskipun rumah adat Riau ini tidak dipakai sebagai tempat tinggal, tetapi tetap ada sekat yang memisahkan antar ruang. Hal tersebut untuk membedakan mana tempat tetua adat, tempat pria, dan wanita.
Sebagai bentuk untuk mempercantik rumah, rumah adat selaso jatuh kembar dipenuhi berbagai ragam ukiran di setiap bagian rumah. Beberapa jenis ragam ukiran yang ditemukan diantaranya ukiran itik sekawan, pucuk rebung, lebah bergantung, dan awan larat. Setiap ukiran tersebut punya nilai filosofi tersendiri yang membuatnya bukan hanya menjadi sekadar ukiran.
Balai Selasar Jatuh Tunggal
Rumah adat berikutnya ini termasuk satu jenis dengan rumah adat selaso jatuh kembar. Fungsi dari balai selasar jatuh tunggal pun juga sama dengan selaso jatuh kembar yaitu dipakai untuk kegiatan musyawarah dan acara adat lainnya.
Terdapat banyak hiasan yang melengkapi rumah adat ini diantaranya ragam hias ombak, lebah bergantung, semut beriring, lambai-lambai, pucuk rebung, kalok paku, itik pulang petang, dan lainnya.
Bentuk atap dari selasar jatuh tunggal sangat identik dengan bentuk atap yang mencuat ke atas dan bersilangan. Keunikan bentuk tersebut tercermin dalam gambar rumah adat riau selasar jatuh tunggal yang tertera. Lalu, dilengkapi dengan ukiran selembayung atau sulobuyung. Ukiran tersebut menyimbolkan adanya sikap tahu diri terhadap adat istiadat.
Rumah Adat Lancang atau Lontik
Rumah lancang atau nama lainnya rumah lontik merupakan rumah adat milik suku Melayu yang tinggal di wilayah Lima Koto, Kampar, Riau. Kedua nama tersebut disematkan kepada rumah adat Riau satu ini tak lain karena bentuknya.
Diberikan nama lancang karena bentuk hiasan kaki dinding dari rumah ini berbentuk perahu (pencalang). Sedangkan, nama lontik diberikan karena bentuk atap yang lentik ke atas seperti yang ada di gambar rumah adat Riau berikut.
Salah satu bentuk tiang rumah lancang atau lontik ini ada yang berupa segi empat. Bentuk tersebut menyimbolkan empat arah mata angin. Dalam kata lain, tiang tersebut menyimbolkan kalau rumah tersebut bisa mendatangkan rezeki dari arah mana saja. Selain itu, ada juga tiang rumah yang punya bentuk segi enam yang mana menyimbolkan rukun iman dalam ajaran agama Islam.
Pembagian ruangan dalam rumah adat lancang atau lontik terbagi menjadi 3 bagian. Hal ini sesuai dengan falsafah alam nan tigo. Falsafah tersebut mengatur kehidupan manusia yang berhubungan dengan pergaulan masyarakat, keluarga, dan kehidupan pribadi.
Bagian pertama disebut sebagai ruang bawah dikarenakan bentuknya yang lebih rendah dari lantai di ruang induk. Ruang bawah ini terbagi lagi menjadi ruang bawah kiri dan ruang bawah kanan. Dalam kegiatan sehari-hari, ruang bawah kanan dipakai untuk kegiatan bersembahyang. Sementara itu, ruang bawah kiri dipakai untuk tidur ninik mamak.
Bagian kedua dari rumah lancang atau lontik adalah ruangan tengah atau ruangan induk yang dipakai sebagai tempat tidur. Lalu, bagian ketiga adalah ruangan belakang (pedapuan) difungsikan untuk memasak, makan, dan menerima tamu wanita. Tidak jarang pula bagian belakang ini dipakai sebagai tempat tidur anak gadis.
Baca juga: 13 Suku di Sumatera
Rumah Adat Kajang
Rumah adat Riau ini dinamakan sebagai rumah adat kajang dikarenakan bentuk dari atap rumahnya. Jenis rumah adat ini sudah jarang ditemukan di lingkungan masyarakat, namun sedikit banyak arsitekur rumah adat ini dimodifikasi untuk bangunan perkantoran modern di wilayah Riau.
Bentuk atap rumah adat kajang yang curam seperti pada gambar rumah adat Riau di atas ditujukan untuk mempermudah jatuhnya air hujan. Kemudian, dinding dan lantai di rumah ini dibuat dari anyaman yang difungsikan supaya sirkulasi udara bisa berjalan lancar.
Pada masa lampau, bahan yang dipakai tentunya juga bahan yang diambil dari alam diantaranya kayu, rumbia, buluh berayam, pelupuh, batang nibung, dan sebagainya. Komponen penting lainnya dalam rumah adat kajang adalah tiang yang terbagi menjadi beberapa macam.
Ada tiang utama atau tiang tuo yang tidak boleh bersambung dan terletak di deretan pintu masuk sebelah kanan dan kiri. Lalu, ada pula tiang gantung yang sesuai namanya dibuat menggantung dan diberikan motif daun dan bunga. Pemberian motif tersebut menyimbolkan kedekatan masyarakat Riau dengan alam.
Selain itu, bentuk tiang di rumah adat kajang juga dibedakan sesuai dengan bentuknya mulai dari segi empat, enam, tujuh, delapan, dan sembilan. Setiap bentuk tiang yang berbeda mempunyai lambang yang berbeda pula. Tiang segi empat melambangkan empat arah mata angin yang berhubungan dengan datangnya rezeki.
Kemudian, tiang segi enam melambangkan rukun iman. Tiang segi tujuh melambangkan tingkatan surga dan neraka. Tiang segi delapan melambangkan delapan arah mata angin, dan tiang segi sembilan melambangkan kalau pemilik rumah adalah golongan yang berada.
Rumah Adat Potong Limas
Seperti namanya, rumah adat potong limas adalah rumah adat yang punya bentuk atap limasan. Dulunya, rumah adat potong limas digunakan sebagai tempat tinggal keluarga sultan. Dari gambar rumah adat Riau potong limas, bisa dilihat kalau rumah adat ini berupa rumah panggung yang bentuknya memanjang ke belakang.
Pada bagian atap, rumah adat potong limas terbagi menjadi beberapa susunan yaitu alang, bujuran, tulang bubung, runjuk langit, odor-odor, reng, perabung, dan sirap. Lalu, di bagian dindingnya dibuat dari kayu belian dan dilengkapi dengan hiasan flora.
Mengingat rumah adat potong limas berupa rumah panggung, maka rumah ini juga dilengkapi dengan tiang pokok yang jumlahnya sebanyak 16 buah. Selain itu, terdapat juga tangga sebagai jalan masuk dan keluar rumah yang harus berjumlah ganjil.
Rumah Singgah Sultan Siak
Rumah singgah Sultan Siak termasuk rumah adat Riau yang menjadi salah satu cagar budaya di Riau. Rumah ini diketahui merupakan rumah milik Tuan Kadhi Kerajaan Siak, H. Zakaria. Dulunya, rumah adat ini digunakan sebagai rumah persinggahan Sultan Siak Sri Indrapura ketika berkunjung ke Pekanbaru.
Bangunan rumah adat yang dijadikan sebagai cagar budaya ini terletak di dekat Sungai Siak atau tepatnya di bawah jembatan Siak 3. Menurut sejarahnya, bangunan ini sudah dibangun sejak tahun 1895, namun bagian tangganya kembali dibangun di tahun 1928.
Bagian rumah adat ini terbagi ke dalam tiga bagian yakni bagian kaki, tubuh, dan atap. Dari berbagai bagian dari rumah singgah Sultan Siak, terdapat tangga yang sudah terbuat dari bata. Kemungkinan tangga tersebut dibangun ulang dan dulunya hanyalah berbahan kayu.
Lalu, pada bagian dinding dan bagian lainnya masih menggunakan kayu meranti. Potret uniknya bangunan rumah singgah Sultan Siak yang masih tetap ada hingga sekarang ini dapat dilihat lewat gambar rumah adat Riau yang tercantum.
Baca juga: 8 Pakaian Adat Riau Serta Penjelasannya
Pemahaman Akhir
Budaya Melayu memiliki pengaruh yang kuat terhadap rumah adat yang dimiliki oleh masyarakat Riau. Dalam warisan budaya daerah Indonesia, terdapat enam macam rumah adat Riau yang mencerminkan kekayaan dan keunikan budaya tersebut.
Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar: Rumah adat ini tidak difungsikan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat kegiatan masyarakat seperti musyawarah, upacara adat, dan acara lainnya. Rumah ini memiliki bentuk besar dengan selasar yang lebih rendah di bagian depan dan diberi hiasan ukiran yang indah.
Balai Selasar Jatuh Tunggal: Rumah adat ini mirip dengan rumah adat selaso jatuh kembar, dengan fungsi dan ukiran hiasan yang serupa. Bentuk atapnya mencuat ke atas dan bersilangan, dan rumah ini juga dipenuhi dengan ragam hiasan yang mencerminkan kekayaan budaya Riau.
Rumah Adat Lancang atau Lontik: Rumah adat ini dimiliki oleh suku Melayu yang tinggal di wilayah Lima Koto, Kampar, Riau. Nama lancang diberikan karena bentuk hiasan kakinya yang mirip perahu (pencalang), sementara nama lontik diberikan karena bentuk atapnya yang lentik ke atas. Rumah ini memiliki pembagian ruangan yang terkait dengan falsafah alam nan tigo.
Rumah Adat Kajang: Nama rumah adat ini berasal dari bentuk atapnya yang curam dan berfungsi untuk mempermudah air hujan jatuh. Atapnya juga dibuat dengan anyaman untuk sirkulasi udara yang lancar. Rumah ini memiliki berbagai macam tiang dengan bentuk yang berbeda, setiap bentuk tiang memiliki lambang dan filosofi tersendiri.
Rumah Adat Potong Limas: Rumah adat ini memiliki bentuk atap limasan dan dulunya digunakan sebagai tempat tinggal keluarga sultan. Atapnya terdiri dari beberapa susunan seperti alang, bujuran, tulang bubung, dan lainnya. Rumah ini juga berdiri di atas rumah panggung dengan tiang pokok yang berjumlah 16 buah.
Rumah Singgah Sultan Siak: Rumah adat ini merupakan cagar budaya dan dulunya digunakan sebagai tempat persinggahan Sultan Siak Sri Indrapura ketika berkunjung ke Pekanbaru. Bangunannya terdiri dari tiga bagian: bagian kaki, tubuh, dan atap. Bagian dinding dan lainnya terbuat dari kayu meranti, dan tangga yang dulunya kayu kini telah dibangun ulang dari bata.
Rumah-rumah adat Riau tersebut merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia, mencerminkan kekayaan dan keindahan budaya Melayu yang kental dalam masyarakat Riau. Melalui gambar rumah adat Riau dan penjelasan mengenai masing-masing rumah, kita dapat memahami dan mengapresiasi kekayaan budaya lokal yang patut dilestarikan dan dijaga untuk generasi mendatang.
Itulah berbagai jenis rumah adat Riau yang ternyata bentuknya didominasi oleh rumah panggung. Meskipun sebagai rumah adat tradisional, rumah-rumah adat diatas mempunyai desain arsitektur yang tak kalah dari rumah modern.
Referensi: