Lampung ternyata mempunyai rumah adat yang begitu bervariasi. Variasi tersebut mulai dari bentuk dan fungsinya yang berbeda. Terdapat rumah yang dikhususkan untuk tempat tinggal masyarakat biasa, pemangku adat, hingga rumah adat yang hanya dibuat sebagai tempat musyawarah. Semua jenis rumah adat tersebut akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.
Daftar Isi
Rumah Adat Lamban Pesagi
Tentu menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi masyarakat Lampung, ketika rumah adat lamban pesagi telah disahkan menjadi warisan budaya tak benda kategori arsitektur tradisional pada tahun 2014. Asal mula rumah adat lamban pesagi ini diketahui berasal dari Lampung Barat dengan gaya arsitektur tertutup yang unik.
Baca juga: Pakaian Adat Lampung Serta Penjelasannya
Gaya arsitektur tersebut maksudnya adalah tidak adanya serambi yang terbuka di bagian depan rumah. Hal itu ternyata dibuat karena letak geografis daerah Lampung Barat yang cenderung berhawa dingin. Apabila diartikan, lamban mempunyai arti rumah, sedangkan pesagi adalah wilayah Gunung Pesagi. Sehingga, secara harfiah lamban pesagi artinya rumah dari Pesagi.
Arsitektur dari rumah adat Lampung ini begitu dieluh-eluhkan oleh banyak orang karena ternyata bangunan tradisional ini mampu selamat dari bencana gempa bumi di Lampung pada tahun 1994 silam.
Sebenarnya, dari segi material pun, masyarakat Lampung dulunya tidak begitu memperhitungkan jenis kayu yang akan dipakai untuk membangun rumah. Akan tetapi, mereka mengetahui secara pasti bagaimana cara menggunakan bahan secara tepat.
Misalnya, ketika menggunakan bambu, masyarakat Lampung akan memilih waktu kemarau supaya kandungan air dalam titik minimum. Kemudian, teknik yang digunakan dalam pembangunan rumah adat ini adalah sistem pasak dan sistem ikat. Jadi, dengan adanya sistem tersebut, tidak perlu menggunakan adanya paku.
Ruangan di dalam rumah lamban pesagi terbagi menjadi dua ruangan yaitu ruangan tertutup dan terbuka. Ruangan tertutup di sini merupakan ruangan tempat tidur para perempuan.
Sedangkan, ruangan terbuka digunakan sebagai tempat anggota keluarga bercengkerama dan tempat tidur laki-laki. Lalu, dalam hal bagian rumah, rumah adat lamban pesagi terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian atap, bagian tengah, dan bagian kaki.
Bagian atap menyimbolkan atap Gunung Pesagi yang difungsikan untuk meletakkan barang-barang berharga. Bagian tengah menjadi tempat tinggal para penghuni rumah, dan bagian kaki digunakan sebagai kandang hewan ternak dan menyimpan kayu bakar.
Keunikan dari rumah adat Lampung ini terletak pada jumlah anak tangganya yang selalu ganjil. Menurut kepercayaan setempat, anak tangga ganjil mampu mengusir roh jahat yang akan datang ke dalam rumah.
Rumah Adat Lamban Balak
Rumah adat Lampung satu ini merupakan milik suku Saibatin yang saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Rumah adat lamban balak umumnya bisa ditemukan di wilayah Pulau Tabuan, Kecamatan Cukuh Balak, tempat di mana suku Saibatin (Lampung pesisir) berada.
Meskipun saat ini sudah memasuki zaman modern yang mana rumah tradisional cukup ditinggalkan, tetapi berbeda dengan masyarakat suku Saibatin. Ketika akan ada masyarakat yang membangun rumah baru, mereka akan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dari rumah khas Saibatin.
Pada masa dulu, rumah adat lamban balak dibuat dengan atap ijuk dan lantainya berasal dari bambu atau papan. Kayu yang dipakai adalah kayu jenis klutum, bekhatteh, serta belasa. Sama seperti rumah adat pada umumnya yang berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat lamban balak juga terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya adalah:
- Jan: Tangga
- Lepau atau bekhanda: Ruangan terbuka di bagian depan rumah
- Lapang luakh: Ruang tamu serta sering dipakai juga sebagai ruang musyawarah antar warga
- Lapang lom: Ruang keluarga
- Bilik kebik: Kamar utama
- Tebelayakh: Kamar kedua
- Sekhudu: Ruangan di bagian belakang
- Dapokh: Dapur
- Gakhang: Tempat untuk mencuci perabotan
- Bah lamban: Bagian bawah rumah yang digunakan untuk menyimpan hasil pertanian.
Rumah Adat Nuwo Sesat
Tidak seperti rumah adat biasanya, rumah adat nuwo sesat lebih diperuntukkan sebagai tempat pertemuan atau tempat musyawarah. Dikarenakan fungsi tersebut, rumah adat Lampung ini juga dijuluki dengan balai agung. Saat ini, rumah adat ini sudah jarang ditemukan dan hanya ada di bebarapa wilayah tertentu. Misalnya, di kampung Wana, Balambangan Pager, Menggala, Talang Pandang, Olokgading, dan lainnya.
Bagian-bagian dari rumah adat nuwo sesat terdiri dari anjungan atau serambi yang dipakai untuk pertemuan. Lalu, pusiban yang digunakan untuk tempat musyawarah. Tetabuhan difungsikan sebagai tempat menyimpan alat musik tradisional. Gajah merem digunakan untuk tempat istirahat penyimbang. Ijan geladak yang mana merupakan tangga yang mempunyai atap, dan bagian atap tersebut disebut sebagai rurung agung.
Rumah adat ini juga dilengkapi dengan berbagai motif atau ornamen yang membuatnya tampak indah. Biasanya, terdapat motif perahu terbalik yang ada di bagian depan rumah. Kemudian, ada juga motif payung besar dengan berbagai warna seperti kuning, putih, dan merah. Ornamen payung besar menurut kepercayaan masyarakat setempat menyimbolkan tingkatan tetua adat.
Rumah Adat Nuwo Balak
Rumah adat nuwo balak merupakan rumah adat Bangka Belitung yang ditempati oleh para pemangku adat atau purwatin. Di bagian depan, terdapat semacam teras yang difungsikan untuk menerima tamu dan tempat untuk sekadar bersantai. Dilengkapi pula rumah ini dengan tangga di bagian depan rumah untuk jalan masuk dan keluar rumah.
Lalu, di bagian dekat tangga, terdapat tempat mencuci kaki yang disebut dengan garang hadap. Kamar tidur yang ada di rumah adat nuwo balak jumlahnya ada 8, ruang pertemuan jumlahnya ada 2, dan 1 ruang keluarga. Dapur di rumah adat nuwo balak terletak pada bagian belakang rumah dan terpisah dari bangunan induk. Namun, tetap ada penghubung berupa jembatan kecil yang mengarah ke dapur.
Rumah Adat Nuwo Lunik
Jika rumah adat nuwo balak lebih dikhususkan sebagai tempat tinggal pemangku adat, rumah adat nuwo lunik diperuntukkan bagi warga biasa. Menurut artinya, nuwo lunik adalah rumah kecil, dan penamaan tersebut sesuai dengan bentuk rumahnya yang memang kecil.
Dari segi bagian rumah pun, rumah adat Bangka Belitung ini tak dilengkapi dengan beranda atau teras rumah. Ruangan di dalam rumah hanya terdiri dari kamar tidur, ruang keluarga, dan dapur. Berbeda dengan dapur di rumah nuwo balak yang terpisah, dapur rumah adat nuwo lunik ini menjadi satu dengan bangunan induk.
Selain itu, dari segi bangunannya juga cukup sederhana bila dibandingkan dengan rumah adat nuwo sesat dan nuwo balak. Hanya saja, dari segi atapnya cukup bervariasi, ada yang berupa atap limas, atap piramida, dan atap yang berbentuk perahu terbalik.
Baca juga: 10 Alat Musik Lampung
Pemahaman Akhir
Lampung memiliki ragam rumah adat yang sangat beragam dan unik. Berbeda dari bentuk dan fungsinya, setiap rumah adat mencerminkan keanekaragaman budaya dan tradisi masyarakat Lampung.
Rumah adat Lamban Pesagi merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Lampung, dengan gaya arsitektur tertutup yang unik. Rumah ini dibangun tanpa serambi depan karena berada di daerah Lampung Barat yang cenderung berhawa dingin. Bangunan rumah ini memiliki daya tahan yang luar biasa, bahkan mampu bertahan dari bencana gempa bumi.
Sementara itu, rumah adat Lamban Balak yang dimiliki suku Saibatin di Pulau Tabuan juga memiliki keunikan tersendiri. Rumah ini terbagi menjadi beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda, seperti kamar utama, ruang keluarga, dan dapur.
Rumah adat Nuwo Sesat lebih diutamakan sebagai tempat musyawarah atau pertemuan. Disebut juga sebagai balai agung, rumah ini memiliki berbagai motif dan ornamen yang indah, termasuk motif perahu terbalik yang menjadi ciri khasnya.
Di sisi lain, rumah adat Nuwo Balak diperuntukkan bagi pemangku adat atau purwatin. Rumah ini memiliki tangga di depannya dan kamar tidur yang cukup banyak, serta terdapat ruang pertemuan untuk menerima tamu.
Sementara rumah adat Nuwo Lunik lebih sederhana dan lebih kecil, digunakan oleh warga biasa. Meskipun sederhana, rumah ini tetap mencerminkan keunikan dan keanekaragaman budaya masyarakat Lampung.
Dengan ragam rumah adat yang begitu beragam, Lampung mengajarkan pentingnya melestarikan warisan budaya dan tradisi untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Rumah adat Lampung bukan hanya sekedar bangunan, tetapi juga simbol dari keberagaman dan kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Jadi, itulah berbagai rumah adat Lampung yang ternyata memang punya fungsi yang berbeda-beda. Dengan segala keunikan yang dimiliki oleh rumah-rumah adat tersebut, sangat pantas jika rumah adat tersebut masih terus dilestarikan. Upaya pelestarian tersebut patut diapresiasi karena menunjukkan kebanggaan kepada warisan budaya daerah di Indonesia.