Perspektif Strukturalisme dalam Hubungan Internasional

Dalam perkembangannya, ilmu hubungan internasional mengandung berbagai perspektif. Salah satunya perspektif strukturalisme yang berasal dari pemikiran neo-klasik, Karl Marx. Di dalam perspektif ini terkandung beberapa teori penting yang menarik untuk dipelajari. Jadi, yuk cari tahu seperti apa jenis perspektif strukturalisme dalam hubungan internasional dengan menyimak penjelasan berikut!

Pengertian dan Asumsi Dasar

Pengertian dan Asumsi Dasar
Sumber: jannoon028 on Freepik

Strukturalisme adalah pandangan yang memandang bahwa sistem internasional dipengaruhi oleh struktur yang mengatur perilaku individu antar negara. Konsep ini memiliki akar dari pemikiran neo-klasik Karl Marx dan berdampak pada berbagai aspek studi hubungan internasional.

Ada dua gagasan utama dari Karl Marx yang memengaruhi pemikiran strukturalisme. Pertama, Marx memprediksi bahwa kapitalisme akan mengalami keruntuhan secara alami. Ini dikarenakan terjadi peningkatan produksi yang terus-menerus sementara daya beli tidak mengikuti perkembangan tersebut.

Kedua, menurut etika humanis Marx, manusia pada dasarnya memiliki sifat baik. Dalam kondisi yang mendukung, mereka dapat membebaskan diri dari lembaga-lembaga yang menindas. Untuk lebih memahami perspektif strukturalisme, penting untuk memahami asumsi dasarnya yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Asumsi Dasar Perspektif Strukturalisme

1Hubungan internasional dibentuk oleh struktur perekonomian dunia yang kapitalis.
2Aktor-aktor utama adalah negara, MnC (Multinational Corporation), dan kelas-kelas sosial transnasional.
3Kapitalisme merupakan tatanan dasar sosial dan ekonomi yang tidak adil.
4Kapitalisme menghasilkan kesenjangan sosial.
5Politik internasional bergantung pada faktor-faktor ekonomi.
6Negara lebih mencerminkan kepentingan kelas-kelas dominan dibandingkan dengan kepentingan nasionalnya.

Selain itu, ada keterkaitan antara ekonomi dengan politik yang memengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan politik itu sendiri dengan tujuan untuk menciptakan keadilan bagi seluruh kelas. Tiga pokok strukturalisme dari  ajaran Marx, yaitu:

  1. Kelas-kelas sosial yang terdiri dari kaum borjuis (pemilik modal) dan kaum proletar (buruh dan petani).
  2. Prinsip utama kapitalisme adalah produksi barang dan jasa manufaktur secara besar-besaran (model produksi).
  3. Upah buruh yang tidak sesuai dengan nilai barang yang diproduksi.

Kaum strukturalis mengharapkan terjadinya sistem dunia yang adil, terutama pada negara berkembang dan miskin. Kondisi dari negara-negara tersebut sangat jauh dari kata baik, kebanyakan dari mereka adalah negara yang berisi masyarakat yang miskin dan tertindas. Hal inilah yang ingin diperjuangkan oleh kaum strukturalis.

Menurut kaum ini, dalam hubungan ekonomi global terdapat rancangan yang diatur untuk menguntungkan kelas-kelas sosial tertentu, akibatnya sistem dunia menjadi tidak adil. Terdapat kesamaan dasar antara pluralis liberal dengan strukturalisme, di mana hubungan ekonomi internasional saling terhubung.

Selain itu, tidak hanya negara tetapi aktor non-negara juga memiliki peran terhadap hubungan internasional. Bagi kaum strukturalis, terdapat hubungan antara ekonomi dan politik yang seluruh struktur hubungan di dalamnya penting untuk berlangsungnya interaksi politik dan ekonomi. Kaum ini juga beranggapan bahwa institusi dan negara dapat mengatur tatanan kapitalis global, namun tidak melupakan bahwa kelas sosial juga merupakan aktor kunci.

Jenis-Jenis Teori dalam Strukturalisme

Jenis-Jenis Teori dalam Strukturalisme
Sumber: rawpixel.com on Freepik

Terdapat dua varian dalam strukturalisme, yaitu dependency theory dan world-systems theory. Dalam pemikiran dependency theory, sistem kapitalisme yang diajarkan oleh negara-negara liberal kepada negara dunia ketiga bertujuan untuk menjauhkan mereka dari sistem komunisme.

Negara dunia ketiga dipengaruhi agar melakukan perdagangan bebas dengan tujuan agar negara mereka dapat berkembang. Pada kenyataannya, negara dunia ketiga memiliki ketergantungan pada negara-negara besar. Hal ini dikarenakan perdagangan mereka hanya terbatas dengan negara-negara besar saja, sedangkan mereka tidak mampu mengejar ketertinggalan dari negara besar.

Kemudian, terdapat world system theory yang merupakan hasil pemikiran Immanuel Wallerstein. Teori ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu world-empire dan world-economy. Negara-negara besar melakukan ekonomi dan politik yang bersifat terpusat, hal inilah yang mendasari world empire seperti yang terjadi di Roma dan Mesir pada zaman kejayaannya.

Negara-negara tersebut menggunakan kekuatannya untuk mengambil sumber daya dari negara dunia ketiga. Sedangkan, yang mendasari world-economy adalah masyarakat, kelas-kelas sosial, dan negara yang mendominasi sistem kapitalis dunia.

Dalam world-economy, tidak ada kekuasaan yang tunggal sehingga distribusi sumber daya menyebar secara merata di pasar internasional. Selain itu, terdapat tiga kelompok negara menurut Wallerstein, yaitu:

  1. Negara core: Negara yang memiliki pendapatan tinggi, pemerintahan demokratis, mengimpor barang mentah dan mengekspor barang jadi.
  2. Negara semi-periphery: Negara dengan pendapatan, kesejahteraan, dan pelayanan masyarakat yang masih kurang. Negara ini mengimpor dan mengekspor barang mentah dan setengah jadi. Oleh sebab itu, negara semi-periphery disebut sebagai negara yang menuju negara core.
  3. Negara periphery: Negara pengekspor barang mentah pada negara core. Tingkat ekonomi dan kesejahterahan masyarakat sangat rendah. Biasanya negara ini masih menggunakan pemerintahan yang otoriter.

Tatanan dunia seperti yang telah dijelaskan di atas membuat negara-negara dunia ketiga terpaksa mengikuti sistem kapitalis. Akibatnya, negara dunia ketiga sangat bergantung pada negara besar. Dengan ketergantungan tersebut, negara dunia ketiga dieksploitasi demi keuntungan negara besar.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa perspektif strukturalisme melihat adanya kesenjangan sosial di dalam masyarakat internasional. Sistem kapitalis hanya akan membuat negara-negara dunia ketiga tetap miskin dan tidak mampu berkembang seperti negara besar lainnya. Dengan adanya perspektif ini, diharapkan dapat menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan tidak hanya menguntungkan negara besar saja.

Sekian pengenalan mengenai perspektif strukturalisme dalam hubungan internasional. Perspektif ini dalam beberapa sisi memiliki pandangan yang adil dan mengharapkan keseimbangan, baik bagi negara yang maju dan berkembang. Oleh karenanya, perspektif ini dapat dikatakan sebagai perspektif penengah yang diharapkan bisa menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.


Sumber:

Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama.

David, W. (2002). “Structural Determinist” dalam International Relations: A Concise Companion. New York: Oxford University Press Inc.

Hobden, S., & Jones, R. W. (2001). “Marxist Theorist of International Relations” dalam Baylis, John & Steve Smith (Eds). The Globalization of the World Politics. Oxford University Press.

Steans, J., Pettiford, L., Diez, T., & El-Anis, I. (2013). An introduction to international relations theory: Perspectives and themes. Routledge.

Steans, J., & Pettiford, L. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *