Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang besar di Indonesia. Tapi bagaimana bisa mengetahui bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar? Dari manakah asal sumber sebagai bukti-bukti? Yup, dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Jadi seperti apakah bentuk peninggalannya? Untuk mengetahui mengenai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Mari simak penjelasan berikut ini ya.
Daftar Isi
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Bukti keberadaan dari sebuah Kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara ini, memiliki berbagai bentuk. Peninggalan tersebut ada yang sengaja dibuat untuk memberitahukan suatu informasi, namun ada juga yang dibuat untuk digunakan pendharmaan dari para raja. Biasanya bentuk dari peninggalan suatu kerajaan diantaranya ialah dalam bentuk prasasti dan candi.
Prasasti merupakan piagam atau dokumen yang ditulis pada suatu benda yang keras serta tahan lama (kebudayaan.kemdikbud.co.id, 2018). Prasasti berasal dari bahasa sansekerta, dan memiliki arti “pujian”, namun berubah arti sebagai “piagam/maklumat/undang-undang/surat keputusan”.
Candi merupakan sebuah kata yang ditunjukan untuk nama Durga yang merupakan Dewa Maut yaitu Candika. Oleh karena itu, Candi dihubungkan dengan dewa kematian, sehingga candi digunakan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal.
Candi ini dibangun khususnya untuk para raja dan juga orang-orang yang terkemuka. Namun, orang yang mati tidaklah langsung dikuburkan dalam candi. Dalam agama Hindu, orang yang telah mati akan dilakukan upacara pembakaran, serta abunya akan dilarung ke laut. Candi hanya digunakan untuk pendharmaan, dengan menguburkan benda-benda yang dianggap sebagai lambang jasmaniahnya saja.
Baca juga: 13 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memiliki banyak peninggalan sejarah, salah satunya ialah dalam bentuk prasasti. Berikut prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya ialah:
Prasasti Kedudukan Bukit (683 M)
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di tepi sungai Tatang. Pada prasasti ini terdapat tulisan yang memiliki arti bahwa Dapunta Hyang membawa uang berangklat dari Minanga Tangwan dengan membawa bala tentara yang terbagi menjadi 2 kelompok. 200 orang melalui jalan air atau naik perahu, dan 1312 orang melalui jalan darat (Purwanta, dkk, 2007:17).
Berdasarkan prasasti tersebut, diketahui bahwa Dapunta Hyang sebelum Kerajaan Sriwijaya terbentuk, Dapunta Hyang telah memiliki angkatan perangnya sendiri serta memiliki organisasi kerajaan walaupun masih sederhana. Selain itu, prasasti kedudukan bukit ini juga dianggap sebagai penanda perpindahan ibu kota.
Prasasti Talang Tuo (684 M)
Prasasti ini ditemukan di Kota Palembang, di wilayah Talang Tuo. Menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti ini berisi mengenai pembangunan sebuah taman yang dinamakan Srikseta atas perintah Dapunta Hyang untuk memberikan kemakmuran pada rakyat. Dalam prasasti tersebut juga terdapat doa dan harapan yang kental akan Buddha Mahayana.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini diketahui tidak memiliki angka tahun. Ditemukan di wilayah Palembang, dan ditemukan di Kolam Telaga Biru. Isi dari prasasti ini adalah kutukan yang begitu seram kepada siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah-perintah raja (Soekmono, 1973:38). Selain itu, dalam prasasti ini juga terdapat data mengenai penyusunan ketatanegaraan dari Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Pulau Bangka. Isi dari prasasti ini adalah mengenai permohonan pada para Dewa untuk menjaga Kerajaan Srwijaya. Selain itu juga terdapat kutukan pada siapapun yang jahat dan tidak patuh pada kekuasaan Sriwijaya, serta menjaga mereka yang taat dan setia pada Kerajaan Sriwijaya.
Keterangan lain dalam prasasti ini adalah mengenai penaklukan Bhumi Jawa, yang kemudian diartikan sebagai Kerajaan Tarumanega yang ada di Jawa.
Prasasti Karang Berahi (686 M)
Penemuan prasasti ini ada di Desa Karang Berahi, Jambi. Isinya hampir sama dengan prasasti Kota Kapur, hanya berbeda kalimat terakhir mengenai penaklukan Bhumi Jawa. Pada prasasti ini hanya terdapat kutukan mengenai yang tidak tunduk dan patuh, serta memiliki niat jahat pada Sriwijaya.
Baca juga: 9 Peninggalan Kerajaan Kutai
Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Selain dari prasasti, Kerajaan Sriwjaya juga meninggalkan bukti-bukti keberadaanya melalui Candi. Berikut beberapa candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya:
Candi Muara Takus
Peninggalan ini terletak di Desa Muara Takus, Riau. Candi ini memiliki nuansa Buddha, sehingga diketahui bahwa pernah berkembang agama Buddha di wilayah ini. Mengenai Muara Takus ini sendiri memang diketahui bahwa nama tersebut diambil dari anak sungai bernama Takus yang bermuara di Sungai Kampar. Sedangkan pendapat lainya adalah, bahwa nama tersebut berasal dari dua suku kata yaitu Muara dan Takus. Muara memiliki arti muara sungai, Ta artinya besar, dan Ku artinya tua. Sehingga jika disatukan maka Muara Takus ialah candi tua besar yang letaknya di muara sungai.
Situs ini merupakan sebuah komplek yang didalamya terdapat beberapa bangunan. Yang utama disebut dengan Candi Tuo, yang merupakan bangunan terbesar dari lainnya. Candi ini dibangun dari campuran batu bata dan batu pasir. Bangunan kedua adalah Candi Mahligai, dengan bentuk bujur sangkar. Candi ketiga disebut dengan Palangka, yang letaknya ada di timur Candi Mahligai. Candi ini adalah candi yang terkecil. Keempat, ialah Candi bungsu, yang letaknya ada disebelah barat Candi Mahligai (candi.perpusnas.go.id).
Candi Muaro Jambi
Situs komplek percandian yang terluas di Asia tenggara ini merupakan komplek candi yang beraliran Hindu-Buddha. Kemungkinan kompleks candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga 12 M.
Candi Biaro Bahal
Candi ini merupakan komplek candi yang terluas di wilayah Sumatera Utara. Pada penduduk sekitar disebut dengan Biaro. Areanya meliputi Candi Bahal I, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III. Belum diketahui jenis aliran dari Candi ini, karena jika dilihat pada atap candi bahal I maka mirip dengan bentuk candi Buddha. Namun pada tempat tersebut juga ditemukan arca-arca batu yang beraliran Hindu. Sehingga belum diketahui jenis aliran dari candi ini. Namun diperkirakan candi imi beraliran Hindu Buddha Tantrayana.
Rimba Candi atau Gapura Sriwijaya
Ditemukan di wilayah Sumatera Selatan, dengan bentuk gapura. Dijelaskan bahwa situs ini terdiri dari 9 gapura, namun yang ditemukan baru 7 gapura. Ketika ditemukan kondisi dari Gapura ini sudah roboh, yang kemungkinan disebabkan oleh faktor alam seperti gempa, banjir, erosi, dan lainnya.
Candi Kota Kapur
Terletak di Desa Kota Kapur, Provinsi Bangka Belitung. Candi ini memiliki kaitan yang cukup erat dengan Prasasti Kota Kapur. Peninggalan Kerajaan ini berkaitan dengan perairan Selat Bangka. Perairan ini sering dilintasi oleh kapal nelayan dan kapal asing. Berdasarkan sejarahnya, perairan ini sering kali terjadi perampokan oleh para bajak laut. Oleh karena itu raja Sriwijaya mengirimkan pasukan untuk memberantas para perompak tersebut. Untuk menghindari gangguan lagi dari para perompak, maka dibuatlah suatu perjanjian yang tertulis dalam sebuah prasasti. Pada tempat ditemukannya prasasti inilah, ditemukan pula candi Kota Kapur.
Baca juga: 11 Peninggalan Kerajaan Majapahit
Pemahaman Akhir
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang besar di Indonesia. Penguasaan atas wilayah maritim menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan Sriwijaya menjadi kerajaan besar. Bukti keberadaan dan kebesaran Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari peninggalannya, yang umumnya berbentuk prasasti dan candi.
Peninggalan prasasti dari Kerajaan Sriwijaya memberikan informasi tentang berbagai aspek kehidupan pada masa tersebut, termasuk peristiwa sejarah, organisasi kerajaan, dan aspek keagamaan. Beberapa prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya antara lain Prasasti Kedudukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang Berahi. Prasasti-prasasti ini memberikan gambaran tentang perkembangan kehidupan politik dan sosial di kerajaan tersebut.
Selain prasasti, peninggalan candi juga menjadi bukti penting mengenai kebesaran Kerajaan Sriwijaya. Candi-candi seperti Candi Muara Takus, Candi Muaro Jambi, Candi Biaro Bahal, Rimba Candi atau Gapura Sriwijaya, dan Candi Kota Kapur menjadi saksi bisu tentang kemegahan arsitektur dan keagungan agama Hindu dan Buddha yang berkembang di masa itu. Peninggalan candi-candi ini menunjukkan tingkat peradaban dan kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh Kerajaan Sriwijaya.
Dengan adanya peninggalan prasasti dan candi ini, kita dapat memahami sejarah Kerajaan Sriwijaya lebih dalam dan mengapresiasi warisan budaya serta peradaban besar yang pernah ada di Nusantara. Hal ini juga memperkuat posisi Kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia dan menyadarkan kita akan pentingnya melestarikan dan menjaga warisan budaya nenek moyang kita untuk generasi yang akan datang.
Diatas adalah beberapa penjelasan mengenai berbagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan materi tersebut, ternyata peninggalan kerajaan tidak hanya ada dalam bentuk prasasti saja ya, tapi juga ada dalam bentuk candi. Semoga kamu bisa mendapatkan ilmu baru dari materi ini. Jangan lupa untuk terus membaca dan selamat belajar!
Daftar Rujukan
BPCP Jambi. 2018. Prasasti. (Online)
Purwanta, H., Sumardianta, J., Indratno., & Angkasa, K., J. 2007. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Bahasa. Jakarta: Grasindo
Kepustakaan Candi. Candi Muara Takus. (Online)
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius