Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial yang dipimpin oleh seorang presiden. Namun, tahukah kamu bahwa sebelum menggunakan sistem tersebut, di Indonesia juga pernah menggunakan sistem kerajaan. Hal itu dikarenakan pada zaman dahulu banyak terdapat kerajaan di Indonesia, salah satunya ialah Majapahit.
Bagaimana bisa mengetahui bahwa pernah ada Kerajaan Majapahit? tentunya hal itu didukung oleh temuan-temuan oleh para arkeolog berupa peninggalan dari kerajaan majapahit. Apakah kamu tahu apa saja peninggalannya? untuk lebih jelasnya, yuk simak materinya.
Daftar Isi
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah salah satu kerajaan yang ada di Pulau Jawa. Sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit, Kerajaan Singhasari merupakan kerajaan yang terkuat di Jawa (Mukarrom, 2009:33). Pada masa itu, Kerajaan Mongol mengirim utusan untuk meminta upeti dari Singhasari dan ditolak. Kerajaan mempermalukan utusan dari Mongol itu, dan membuat Raja Mongol Kubilai Khan marah besar.
Raja Mongol memutuskan untuk melakukan pelayaran ke Pulau Jawa. Mereka tidak tahu bahwa Kerajaan Singhasari telah diserang terlebih dahulu oleh Kerajaan Kediri yang dipimpin Jayakatwang. Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singhasari berhasil melarikan diri. Setelah berhasil melarikan diri, Raden Wijaya dibantu oleh Aria Wiraraja untuk menyerang Kerajaan Kediri.
Bersamaan itu, tentara Mongol telah tiba di Pulau Jawa. Tidak menyadari keadaan yang terjadi di Jawa, tentara Mongol berhasil dibujuk oleh Raden Wijaya untuk menyerang Kediri. Berhasil memenangkan perang, Raden Wijaya pamit untuk mengambil upeti dengan pengawalan prajurit Mongol. Prajurit yang mengawal Raden Wijaya lalu dibunuh dalam perjalanan. Selain itu pasukan Raden Wijaya juga menyerang sisa tentara Mongol yang sedang berpesta merayakan kemenangannya.
Setelah menang dari peperangan, Raden Wijayapun memindahkan Ibukota ke Trowulan dan mendirikan Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya kemudian naik tahta dan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Perjalanan Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Puncak Kejayaan Majapahit
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yang didampingi patih Gajah Mada. Dikatakan dalam kitab Nagarakertagama, luas wilayah Majapahit meliputi wilayah Nusantara saat ini dan bahkan lebih luas lagi hingga Semenanjung Malaya serta Singapura. Kebesaran Kerajaan Majapahit juga tidak terlepas dari peran patih Gajah Mada, panglima tentara perang yang terkenal dengan sumpah amukti palapa miliknya.
Berkat gagasan menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, membawa Kerajaan Majapahit ke puncak kejayaannya. Raja Hayam Wuruk juga sering melakukan perjalanan ke daerah-daerah kekuasaanya. Hal itu dilakukan agar daerah tersebut tetap setia pada pemerintahan pusat. Kunjungan tersebut juga membuat daerah-daerah tersebut merasa diperhatikan oleh Raja Hayam Wuruk (Pinuluh, Esa Damar, 2010).
Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Setelah mencapai masa puncak kejayaannya, Kerajaan Majapahit sampai pada akhir masa kejayaanya. Kesurutan ini tidak terlepas dari Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk yang meninggal. Hal itu membuat beberapa wilayah di bawah kekuasaan Majapahit melepaskan diri.
Kesurutan ini juga tidak terlepas dari perselisihan keluarga kerajaan untuk memperebutkan tahta. Peselisihan ini terjadi antara Wikramawarddhana dan Brhe Wirabumi. Wikramawarddhana adalah suami dari pewaris Raja Hayam Wuruk. Bhre Wirabumi adalah putra Raja Hayam Wuruk dari selirnya, yang menuntut haknya. Dalam pararaton, perang saudara disebut sebagai “paregreg” (Haryono, 1997:110).
Perang saudara tersebut dimenangkan oleh Wikramawarddhana, namun dampaknya semakin lemahnya Majapahit. Pada saat yang sama, Islam mulai menyebar di Jawa dan muncul kerajaan baru. Karena Kerajaan Majapahit yang semakin lemah, kemudian diserang oleh Pati Unus dari Demak dan mengalami kekalahan.
Peninggalan Kerajaan Majapahit
Runtuhnya Kerajaan Majapahit tidak lantas membuat kejayaannya benar-benar hilang dari Nusantara. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit menjadi bukti kejayaan kerajaan besar tersebut pernah ada di Nusantara. Peninggalan-peninggalan tersebut mencerminkan bahwa budaya yang dimiliki masyarakat kala itu juga sudah tinggi. Melalui peninggalan tersebut dapat diketahui kehidupan masyarakat pada masa itu.
Situs Trowulan
Situs Trowulan merupakan situs perkotaan masa klasik di Indonesia, dengan luas 11 km x 9 km. Cakupan wilayahnya meliputi Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Jombang. Dalam situs ini, tidak hanya berupa tempat tinggal. Situs ini juga terdapat situs lain, seperti situs untuk upacara, sawah, pasar, waduk, dan lainnya.
Situs Twowulan ini sudah digunakan sebagai pemukiman sejak abad ke X-XV. Penemuan situs ini dilakukan oleh W. Wardenaar pada tahun 1815. Penelitian tersebut dilakukan atas perintah Thomas Stamford R, untuk mendata peninggalan di Mojokerto. Data dari penelitian digunakan untuk penulisan buku “The History of Java“.
Candi Sukuh
Candi Sukuh adalah salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Berjo, Karanganyar, Jawa Tengah. Peninggalan ini dibangun sekitar tahun 1437 masehi dengan bentuk piramid dan memiliki warna sedikit merah. Warna merah didapat dari batuan penyusunya, yaitu batu andesit. Ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson yang ditugaskan untuk pengumpulan data oleh Thomas Stanford R.
Candi Jabung
Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Probolinggo, Jawa Tengah. Bangunan ini disusun dari bata merah. Ketika melakukan perjalanan keliling Jawa Timur, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah. Candi Jabung bercorak Hindu, dengan struktur bangunan hampir sama dengan Candi Bahal peninggalan Sriwijaya. Bangunan ini disusun dari batu merah lengkap dengan ukiran relief.
Arsitektur bangunan ini terdiri dari bagian batur, kaki, tubuh, dan atap. Candi ini memiliki bentuk tubuh bulat, di atas kaki candi tingkat tiga berbentuk persegi. Atapnya memiliki bentuk stupa yang dilengkapi motif suluran, namun sudah runtuh pada puncaknya.
Gapura Bajang Ratu
Bangunan gapura ini terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto. Dalam kitab Negarakertagama, gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Menurut perkiraan, bangunan ini adalah gapura terbesar sepanjang masa Kerajaan Majapahit. Gapura ini memiliki struktur vertikal dengan tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Pada bagian Gapura ini terdapat Relief Sri Tanjung yang dipercaya sebagai penangkal bahaya. Selain itu juga terdapat relief Ramayana.
Candi Tikus di Majapahit
Peningalan berupa Candi Tikus ini terletak di Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Disebut sebagai candi tikus, dikarenakan saat ditemukan menjadi sarang tikus. Bangunan ini memiliki bentuk seperti petirtaan, sehingga banyak disebut sebagai tempat pemandian keluarga kerajaan. Tak sedikit juga yang menganggap candi ini sebagai tempat menampung air untuk keperluan masyarakat di Kerajaan Majapahit.
Candi Surawana
Peninggalan ini terletak di Desa Canggu, Pare, Kediri. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini memiliki nama asli candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke 14. Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker, yang merupakan Raja Kerajaan Wengker, yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Struktur bangunannya memiliki luas 8 meter x 8 meter dan dibangun dengan batu andesit. Semua bagian tubuh candi sekarang sudah hancur dan hanya tersisa kaki candi setinggi 3 meter.
Candi Cetho
Peninggalan Kerajaan Majapahit ini terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Karanganyar, Jawa Tengah. Ditemukan pada 1842 berkas arkeolog dari Belanda yang bernama Van de Vlies. Bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit ini bercorak Hindu, sehingga sering digunakan peziarah Hindu untuk pemujaan. Candi ini ditemukan dalam bentuk reruntuhan yang memiliki 14 punden berundak dengan bentuk memanjang dari barat ke timur.
Pada Candi Cetho ini ditemukan relief yang berbentuk tubuh manusia yang seperti wayang kulit. Pada relief ini wajahnya menghadap ke samping dan tubuh menghadap ke depan.
Candi Pari
Bangunan peninggalan kerajaan ini terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Dikatakan bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Dibangun dengan batu bata segi empat seperti pura di Bali dan menghadap ke arah barat. Berdasarkan tulisan J. Knebel dalam laporannya, candi ini dibangun untuk mengenang hilangnya adik angkat dan sahabat dari putra Prabu Brawijaya.
Jika dilihat, peninggalan Kerajaan Majapahit ini arsitekturnya mirip dengan budaya Campa dari Vietnam. Hal tersebut mungkin dikarenakan Majapahit mungkin pernah menjalin hubungan dengan Vietnam.
Baca juga: Mengenal Pangkat TNI Secara Lengkap
Candi Brahu
Candi ini terletak di Desa bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini masuk dalam kawasan situs arkeolog Trowulan. Bangunan ini dibuat oleh Mpu Sindok dan digunakan untuk tempat pembakaran jenazah raja-raha Majapahit. Candi ini memiliki gaya Buddha. Pembangunanya menggunakan batu bata merah. Bangunan ini memiliki panjang 22,5 m dengan lebar 18 m dan tinggi mencapai 20 m.
Candi Wringin Branjang
Candi Wringin Branjang ini letaknya ada di Desa Gadungan, Gandungsari, Blitar. Bentuk candi ini terlihat sederhana dan tidak ada kaki candinya, hanya ada atap dan badan candi saja. Ukuran candi ini diperkirakan panjang 4m dengan lebar 3m dan tingginya 5m. Pada bagian dindingnya tidak dilengkapi dengan relief, namun terdapat lubang ventilasi. Diperkirakan, fungsi dari peninggalan Kerajaan Majapahit ini adalah untuk tempat penyimpanan alat upacara dan sejenisnya.
Gapura Wringin Lawang
Peninggalan Kerajaan Majapahit berupa gapura ini terletak di Dewa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Bangunan ini dibuat dari batu bata merah, dengan tinggi mencapai 15,5m dan diperkirakan dibangun pada abad ke 14 Masehi. Banyak ahli berpedapat bahwa peninggalan Kerajaan Majapahit ini adalah pintu gerbang ke kediaman Patih Gajah Mada serta bangunan penting di Majapahit.
Baca juga: Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pemahaman Akhir
Sejarah Indonesia mencatat perjalanan yang panjang dan beragam dalam bentuk sistem pemerintahan. Sebelum menggunakan sistem pemerintahan presidensial yang dipimpin oleh seorang presiden, Indonesia pernah mengenal sistem kerajaan. Salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia adalah Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dan memanfaatkan bantuan tentara Mongol yang datang untuk menyerang Kediri. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan yang meliputi sebagian besar Nusantara saat ini.
Namun, runtuhnya Kerajaan Majapahit tidak menghilangkan jejak kejayaannya dari sejarah Nusantara. Peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit menjadi bukti penting dari kebesarannya dan tingkat peradabannya. Beberapa peninggalan tersebut termasuk situs-situs arkeologi seperti Situs Trowulan, Candi Sukuh, Candi Jabung, Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Surawana, Candi Cetho, Candi Pari, Candi Brahu, Candi Wringin Branjang, dan Gapura Wringin Lawang.
Peninggalan-peninggalan ini mencerminkan tingkat kemajuan dan kecanggihan teknologi serta seni bangsa Majapahit pada masa lampau. Melalui penelitian dan penggalian arkeologi, kita dapat lebih memahami kehidupan dan budaya masyarakat Majapahit pada masa itu. Peninggalan Kerajaan Majapahit ini menjadi warisan berharga bagi bangsa Indonesia dan harus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya dan sejarah yang kaya.
Nah, itu tadi adalah pembahasan seputar peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam materi juga dibahas sekilas mengenai awal berdirinya hingga runtuhnya Majapahit. Bagaimana, apakah sudah lebih paham? Semoga materi ini bisa menambah wawasan kamu tentang Kerajaan Majapahit.
Sumber:
Mukarrom, Ahwan. 2009. Sejarah Islamisasi Nusantara. Surabaya: Jauhar.
Pinuluh, Esa Damar. 2010. Pesona Majapahit. Yogykarta: BukuBiru
Haryono, Timbul. 1997. Kerajaan Majapahit: Sri Rajasanagara sampai Girindrawarddhana. Jurnal Humaniora V/1997. Dari https://journal.ugm.ac.id /index.php/jurnal-humaniora/artcle/view/1902/1707