Banten sebagai provinsi yang dulunya menjadi bagian dari Jawa Barat memiliki kebudayaan yang pastinya dipengaruhi oleh budaya Jawa Barat atau Sunda. Seperti pada pakaian adat Banten yang juga sedikit banyak dipengaruhi oleh Jawa Barat.
Namun, meskipun mendapat pengaruh dari Jawa Barat, pakaian adat yang dimiliki oleh Banten juga masih punya ciri khasnya tersendiri. Untuk menyimak lebih lanjut nama-nama pakaian adat Banten beserta penjelasan lengkapnya, mari simak berikut ini.
Daftar Isi
Pakaian Adat Banten Pangsi
Nama pakaian adat Banten yang satu ini bisa dibilang sudah tidak asing lagi tidak lain adalah pakaian adat banten pangsi. Bahkan, nama pakaian ini juga dipakai di daerah lain yaitu Jawa Barat.
Nama pangsi sendiri, konon merupakan singkatan dari ‘pangeusi numpang ka sisi’ yang artinya adalah pakaian yang dikenakan dengan cara dibelitkan dan menumpang seperti memakai sarung.
Dilihat dari tampilannya pada gambar pakaian adat Banten pangsi yang ada di atas, pakaian ini terbilang sederhana. Hal ini sesuai dengan fungsi pakaian ini yang mana dipakai untuk kegiatan sehari-hari entah untuk bekerja di ladang, sawah, maupun aktivitas sehari-hari lainnya.
Pemakaian yang menumpang tersebut terdiri dari tiga susun yaitu tangtung, nangtung, dan samping. Pakaian adat Banten Pangsi memang diperuntukkan untuk para pria. Untuk komponen dari pakaian adat ini berupa baju pangsi sebagai atasan dan celana komprang sebagai bawahan.
Baca juga: Pakaian Adat Jawa Barat Serta Penjelasannya
Pakaian Adat Banten Suku Baduy atau Urang Kanekes
Di daerah Banten terdapat satu suku yang mendiami wilayah ini dan terkenal sebagai suku asli Banten yaitu suku Baduy. Suku ini dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Jumlah populasi dari masyarakat suku Baduy juga termasuk tidak sedikit yakni sekitar 26.000 orang.
Suku ini terbilang sangat mementingkan adat istiadat mereka. Prinsip yang dipegang oleh suku Baduy ini membuat mereka menutup diri dari adanya kemajuan teknologi serta interaksi dengan masyarakat luar. Bahkan, bagi masyarakat suku Baduy Dalam sangat melarang untuk mendokumentasikan diri mereka.
Mengenai nama Baduy, sebenarnya julukan ini bukan julukan asli yang disematkan oleh suku Baduy sendiri, melainkan dari para peneliti Belanda yang menyamakan suku Baduy dengan orang Arab Badawi. Sementara itu, orang Baduy sendiri lebih suka menyebut mereka sebagai urang kanekes.
Suku Baduy tersebut terbagi lagi menjadi dua suku besar yakni suku Baduy Dalam dan suku Baduy luar. Keduanya memiliki keunikannya masing-masing dan juga pakaian adatnya sendiri. Untuk menyimak bagaimanakah pakaian adat Banten suku Baduy tersebut, simak lebih lanjut penjelasannya berikut.
Pakaian Adat Suku Baduy Dalam (Kanekes Dalam)
Suku Baduy Dalam tergolong sebagai suku yang masih sangat patuh terhadap adat istiadat. Para masyarakat suku Baduy Dalam atau Kanekes Dalam ini mendiami tiga wilayah yaitu Cibeo, Cikeusik, Cikertawana.
Para masyarakat suku Baduy Dalam mempunyai peraturan khusus yang begitu mereka taati diantaranya mereka tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi, tidak boleh memakai alas kaki, tidak boleh menggunakan alat elektronik, tidak diperkenankan menggunakan pakaian modern, dan pintu rumah mereka diwajibkan menghadap ke arah utara atau selatan kecuali rumah dari ketua adat.
Satu hal yang mudah sekali dikenali dari suku Baduy Dalam ini ada pada pakaian adat mereka. Pakaian yang umumnya sering dikenakan berupa baju putih atau biru tua dan ikat kepala yang berwarna putih seperti pada gambar pakaian adat Banten Baduy Dalam di atas. Nah, warna putih pada pakaian adat tersebut mempunyai nilai filosofis yang melambangkan kesucian dari Baduy yang tidak terkontaminasi oleh dunia luar.
Untuk nama pakaian adat Banten yang dipakai oleh pria Baduy dinamai dengan jamang sangsang. Bahan dari pakaian adat ini adalah kapas yang dipintal, serta diambil dari hutan dan dijahit secara manual dengan tangan. Sementara itu, bagi wanita menggunakan baju berwarna biru yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari mereka.
Pakaian Adat Suku Baduy Luar (Kanekes Luar)
Suku Baduy berikutnya adalah suku Baduy Luar atau dikenal dengan Kanekes Luar. Masyarakat suku ini mendiami wilayah yang mengelilingi Baduy Dalam yaitu Cikadu, Cisagu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, serta wilayah lainnya. Sebenarnya, suku Baduy Luar ini dulunya juga bagian dari Baduy Dalam, akan tetapi terdapat satu dua hal yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari Baduy Dalam.
Beberapa alasan dikeluarkannya mereka adalah karena melanggar adat dari Baduy Dalam, menikah dengan orang Baduy Luar, ataupun berkeinginan sendiri untuk keluar dari Baduy Dalam. Mengenai peraturan dari suku Baduy Luar juga terbilang sudah lebih longgar dibandingkan dengan suku Baduy Dalam.
Perbedaan peraturan tersebut diantaranya adalah mereka diperbolehkan menggunakan teknologi, sudah menggunakan alat modern untuk kegiatan sehari mereka termasuk untuk memasak dan membangun rumah, dan banyak yang sudah mulai menganut agama seperti Islam.
Kemudian, mengenai pakaian adatnya, nama pakaian adat Banten suku Baduy Luar diberi nama pakaian kekelawar. Ini dikarenakan warnanya yang didominasi oleh warna hitam seperti yang terlihat di gambar pakaian adat Banten yang tertera di bagian atas. Dalam hal desainnya, pakaian kekelawar ini juga lebih dinamis dibandingkan dengan pakaian adat Banten suku Baduy Dalam.
Para pria Baduy Luar mengenakan pakaian berwarna hitam yang dijahit oleh mesin, mempunyai kancing, kantong, dan bahannya tidak hanya dari kapas murni. Untuk ikat kepalanya, masyarakat Baduy Luar memakai ikat kepala batik dengan warna biru tua. Lalu, para wanita Baduy Luar mengenakan kain sarung yang warnanya juga hitam dengan garis-garis putih.
Namun, selain menggunakan pakaian adat tersebut, masyarakat suku Baduy Luar juga menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan jeans. Ini membuktikan kalau masyarakat Baduy Luar sudah lebih terbuka pada pengaruh dari dunia luar.
Pakaian Adat Banten Pengantin
Setelah mengenal pakaian adat Banten pangsi dan pakaian adat suku Baduy, Banten masih mempunyai pakaian adat lainnya yaitu pakaian adat pengantin. Sesuai dengan namanya, pakaian adat ini tentu saja diperuntukkan bagi pengantin.
Sekilas jika dilihat pakaian adat banten untuk pengantin ini memiliki kemiripan dengan pakaian adat Sunda. Kemiripan tersebut tidak lain memang dikarenakan adanya pengaruh pakaian adat Banten dari budaya Sunda.
Untuk pengantin pria, pakaian adat yang dipakai umumnya terdiri dari atasan baju koko berkerah, kain samping bermotifkan batik Banten untuk bawahan, ikat pinggang dengan motif batik Banten, dan keris sebagai senjata tradisional yang dipakai dengan diselipkan pada ikat pinggang. Selain itu, untuk bagian penutup kepalanya, para pria memakai blangkon dan bagian alas kaki menggunakan selop.
Sementara itu, bagi pengantin wanita, pakaian adat yang dipakai terdiri dari beberapa komponen seperti kebaya sebagai atasan dan kain samping sebagai bawahan. Lalu, untuk aksesorisnya terdiri dari selendang untuk diselempangkan di bahu, selop untuk alas kaki, serta kembang goyang warna emas dan rangkaian bunga melati sebagai hiasan kepala.
Baca juga: 10 Alat Musik Banten Serta Penjelasannya
Pemahaman Akhir
Sebagai provinsi yang pernah menjadi bagian dari Jawa Barat, Banten memiliki kebudayaan yang dipengaruhi oleh budaya Jawa Barat atau Sunda. Hal ini juga tercermin dalam pakaian adat Banten, yang sedikit banyak memiliki pengaruh dari budaya Jawa Barat. Meskipun begitu, pakaian adat Banten tetap memiliki ciri khasnya sendiri.
Salah satu pakaian adat Banten yang terkenal adalah “Banten Pangsi.” Pakaian ini dikenakan oleh pria dalam aktivitas sehari-hari dan terdiri dari baju pangsi sebagai atasan dan celana komprang sebagai bawahan. Pakaian ini memiliki ciri khas cara pembelitan seperti memakai sarung dan digunakan untuk bekerja di ladang atau aktivitas sehari-hari lainnya.
Selain itu, terdapat suku asli Banten yang disebut “Suku Baduy” atau “Urang Kanekes.” Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Suku Baduy Dalam yang lebih tradisional memiliki pakaian adat sederhana, seperti baju putih atau biru tua dengan ikat kepala putih. Mereka sangat menjaga adat dan kehidupan tertutup dari pengaruh dunia luar. Sementara itu, Suku Baduy Luar lebih terbuka terhadap perubahan dan telah mengadopsi pakaian modern, meskipun tetap mempertahankan pakaian adat kekelawar mereka.
Pakaian adat pengantin Banten juga menunjukkan pengaruh budaya Sunda dengan ciri khasnya, seperti baju koko untuk pengantin pria dan kebaya dengan selendang untuk pengantin wanita.
Melalui berbagai macam pakaian adat Banten, kita dapat mengamati bagaimana provinsi ini mempertahankan tradisi dan kekayaan budayanya, sekaligus membuka diri untuk memasukkan unsur-unsur baru dari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, pakaian adat Banten menjadi simbol keberagaman dan ketahanan budaya provinsi ini, sekaligus menjadikan Banten sebagai salah satu wilayah dengan kekayaan budaya yang unik dan menarik untuk dipelajari.
Demikian nama-nama pakaian adat Banten mulai dari pakaian adat Banten pangsi hingga pakaian adat untuk pengantin. Beruntungnya, pakaian adat tersebut masih sering dipakai oleh masyarakatnya, terutama masyarakat suku Baduy atau Urang Kanekes.