“Aku pulang dulu ya, Mbak Jumi. Nanti hati-hati pulangnya.”
Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang yang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru kali ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak’, bukan dengan teriakan keras, ‘Jumiii …’ yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari …. – 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
Kutipan dari novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro tersebut menggambarkan suatu adegan di mana tokohnya berpikir mengenai tingkah laku tokoh lain. Tokoh Mbak Jumi berpikir bahwa karakter Riani baik sekali karena selalu berterima kasih kepada office girl seperti Mbak Jumi “hanya” karena mencuci gelasnya setiap hari. Belum lagi Riani yang juga menghargai Mbak Jumi yang lebih tua dengan menambahkan embel-embel ‘Mbak’, tidak hanya memanggilnya dengan nama saja seperti pembantu. Meski jobdesc-nya memang membersihkan ruangan dan mencuci gelas, serta hal-hal sejenisnya.
Sebenarnya di Indonesia sendiri sudah umum memanggil orang yang lebih tua atau bahkan orang yang kurang akrab dan bahkan tidak kenal dengan embel-embel sebelum namanya. Misalnya, memanggil kakak dengan sebutan ‘Kak’. Belakangan para pramuniaga juga menyebut pelanggan dengan sebutan ‘Kak’ untuk rasa hormat.
Sebutan-sebutan lain seperti ‘paman’, ‘pak’, ‘bu’, ‘mbah’, dan lainnya juga banyak dijumpai di Indonesia. Apabila orang yang lebih muda memanggil orang yang lebih tua tanpa embel-embel tersebut pasti akan terkena teguran dan bahkan celaan. Hal itu dikarenakan karena adanya norma kesopanan yang telah berlaku di Indonesia sejak lama seperti itu.
Daftar Isi
- 1 Pengertian Norma Kesopanan
- 2 Sumber Norma Kesopanan
- 3 Tujuan Norma Kesopanan
- 4 Fungsi Norma Kesopanan
- 5 Ciri-Ciri Norma Kesopanan
- 5.1 Bersifat lokal atau kedaerahan, tidak berlaku di tempat lain
- 5.2 Pemberi sanksi masyarakat, yang sifatnya secara tidak resmi
- 5.3 Sanksi berupa celaan, cemooh, kritikan, atau bahkan dikucilkan dari masyarakat
- 5.4 Sumber norma kesopanan berasal dari pergaulan atau hubungan antar anggota masyarakat
- 5.5 Merupakan bagian dari budaya
- 6 Contoh Pelanggaran Norma Kesopanan
- 7 Contoh Norma Kesopanan
- 8 Pemahaman Akhir
Pengertian Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah petunjuk hidup yang mengatur bagaimana seseorang harus bertingkah laku dalam masyarakat. Contoh sederhananya adalah perilaku di dalam kutipan novel tersebut. Contoh lainnya seperti cara berpakaian, bersikap, dan berbicara.
Norma kesopanan bersifat relatif, dalam arti penerapan norma satu ini berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan waktu. Contohnya, di Indonesia sendiri umumnya cukup dengan berjabat tangan dan mengucapkan salam saat menyapa. Namun, hal tersebut dianggap kurang pantas di Korea. Negara Ginseng tersebut masih menggunakan cara tradisional untuk menyapa, yaitu dengan membungkuk. Sementara untuk jabat tangan sendiri ada tata caranya, yaitu menopang lengan kanan dengan tangan kiri saat menyapa untuk pria.
Baca juga: Mengenal Perubahan Sosial Budaya
Sumber Norma Kesopanan
Adat istiadat, budaya, dan tradisi di suatu wilayah tertentu merupakan sumber norma kesopanan. Ketiga sumber tersebut kemudian berkembang di dalam kehidupan pergaulan para anggota masyarakat tertentu. Hal tersebut dianggap sebagai tuntutan dalam berinteraksi antar sesama manusia. Meskipun tidak tertulis, norma ini memiliki sanksi apabila tidak dipatuhi, yaitu mendapatkan teguran, cemooh, celaan, hingga dikucilkan.
Tujuan Norma Kesopanan
Norma-norma sosial tentunya memiliki tujuan sendiri mengapa norma-norma tersebut ada dalam masyarakat, tidak berbeda dengan norma kesopanan yang merupakan salah satu jenis norma sosial. Tujuan norma kesopanan sendiri yang paling utama adalah menjaga ketertiban masyarakat.
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama, karenanya untuk mengatur kehidupan antar individu serta antar kelompok di dalamnya memerlukan sekumpulan aturan dan norma agar terwujud masyarakat yang damai, tenteram, dan tertib dalam berinteraksi atau berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, tujuannya nyaris sama dengan norma-norma lainnya pula.
Fungsi Norma Kesopanan
Terciptanya sebuah norma memiliki tujuan dan fungsi tersendiri mengapa norma tersebut hadir. Nah, fungsinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Fungsi norma kesopanan sebagai aturan, pedoman, serta tata cara dalam berperilaku dalam kelompok masyarakat. Agar suatu masyarakat dapat tertib, damai, dan tenteram, terdapat setumpuk aturan yang menjadi pedoman para anggota masyarakat tersebut dalam bertingkah laku, sekaligus mengendalikan cara mereka tampil dalam masyarakat tersebut. Bisa dikatakan bahwa itu juga merupakan tujuan norma kesopanan.
- Fungsi norma kesopanan sebagai pedoman dalam menentukan sanksi. Nah, apabila pedoman berisi tata cara berperilaku dalam masyarakat tersebut dilanggar, sederet sanksi telah menanti.
- Fungsi norma kesopanan untuk menciptakan suasana yang selaras dalam sebuah kelompok masyarakat sehingga akan tercipta rasa nyaman dan tenteram dalam kehidupan sosial.
- Fungsi norma kesopanan yaitu memiliki tujuan dalam membatasi perilaku seseorang.
Ciri-Ciri Norma Kesopanan
Suatu norma sosial dapat dikategorikan sebagai norma kesopanan apabila norma atau aturan tersebut memiliki ciri-ciri seperti:
Bersifat lokal atau kedaerahan, tidak berlaku di tempat lain
Ciri-ciri norma kesopanan yang pertama adalah bersifat kedaerahan. Artinya, sebuah norma kesopanan hanya berlaku di daerah di mana norma tersebut ada saja, tidak di tempat lain. Di Negara Korea Selatan, menulis nama orang dengan tinta warna merah dianggap tidak sopan, karena itu berarti bila seseorang melakukannya, orang itu dianggap menginginkan orang yang ia tulis namanya tersebut mati. Sementara di negara lain, seperti Indonesia, menulis nama orang dengan tinta warna apa pun tidak memiliki arti khusus.
Pemberi sanksi masyarakat, yang sifatnya secara tidak resmi
Maksud ciri-ciri norma kesopanan yang ini adalah bahwa norma kesopanan sendiri memiliki alat penegak aturan yang tegas, tetapi tidak resmi. Tidak seperti norma hukum yang alat pemaksanya berasal dari lembaga-lembaga yang diakui, norma kesopanan ditegakkan oleh masyarakat sekitar itu sendiri, tanpa adanya lembaga tertentu.
Sanksi berupa celaan, cemooh, kritikan, atau bahkan dikucilkan dari masyarakat
Berbeda dengan norma hukum, sanksi dalam norma kesopanan “hanya” berupa kritikan, cemooh, dan celaan. Namun, di tingkat yang lebih parah, pelanggar norma bisa juga dikucilkan dari masyarakat.
Sumber norma kesopanan berasal dari pergaulan atau hubungan antar anggota masyarakat
Norma kesopanan berasal atau bersumber dari masyarakat itu sendiri, tercipta karena para anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain.
Merupakan bagian dari budaya
Selain itu, norma kesopanan juga merupakan warisan dari leluhur, yang diwariskan secara turun temurun. Sehingga kadang bersifat tua dan kuno.
Contoh Pelanggaran Norma Kesopanan
Meskipun norma kesopanan memiliki sanksi sosial, tak jarang juga muncul pelanggaran-pelanggaran norma sosial satu ini. Di bawah ini merupakan contoh-contoh pelanggaran norma kesopanan yang mungkin sering dijumpai di sekitar kamu.
Berbicara ketika makan
Terdengar umum dan biasa saja, tetapi ini merupakan contoh pelanggaran norma kesopanan. Mungkin kamu sering melihatnya saat jam istirahat sekolah, saat duduk di kantin bersama teman-teman, makan sambil mengobrol. Namun, ternyata hal satu ini melanggar norma kesopanan. Bayangkan saja ketika makan, mulut penuh, tetapi sambil bicara. Jelas bukan pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat.
Makan sambil berdiri
Idealnya seseorang makan adalah dengan duduk di kursi. Selain itu, tampilan seseorang menyangga mangkuk, piring, atau benda sejenisnya dengan tangan kiri dan menyendok makanan ke mulut dengan tangan kanan bukanlah sesuatu yang indah atau bagus untuk dilihat.
Menerima sesuatu dengan tangan kiri
Tidak hanya menerima, sering kali apabila melakukan sesuatu dengan tangan kiri, pasti ada yang menegur. Seperti makan dengan tangan kiri, memberi dengan tangan kiri, dan juga menerima sesuatu dengan tangan kiri. ‘Tangan yang jelek’, begitu masyarakat menyebutnya untuk menegakkan norma kesopanan yang ada. Peraturan ini ada bukan karena tangan kiri “jelek”, sebab pemberian Tuhan pastilah tidak ada yang buruk. Namun, karena tangan kiri biasa digunakan untuk keperluan di kamar mandi. Berinteraksi dengan orang lain dan makan tentunya tidak elok bila dilakukan dengan tangan yang terbiasa melakukan “bisnis” di kamar mandi.
Memakai pakaian tidak sopan
Lain tempat, lain pula cara berpakaiannya. Itulah yang menjadi dasar contoh pelanggaran norma kesopanan satu ini. Misalnya saat pemakaman. Acara tersebut merupakan upacara yang dilakukan untuk melepas seseorang yang meninggal, sehingga suasana kesedihan biasanya terasa kental. Tamu yang hadir diharapkan mengenakan pakaian warna gelap untuk menunjukkan nuansa berduka dan sopan untuk menghormati beliau yang meninggal sekaligus keluarga yang ditinggalkan. Bila hadir di acara pernikahan dengan tanktop transparan dan rok mini, tentunya akan memancing komentar-komentar pedas dari para tamu lain.
Contoh Norma Kesopanan
Tidak semua bersifat larangan seperti contoh pelanggaran norma kesopanan sebelumnya. Ada juga yang sifatnya berupa himbauan, yang bila dilakukan akan terlihat baik dan sopan, tetapi bila dilanggar tetap akan dikenakan sanksi. Berikut contoh norma kesopanan tersebut.
- Mengucapkan terima kasih usai menerima pertolongan dan meminta maaf bila berbuat salah. Ini telah menjadi pengetahuan umum di masyarakat mana pun. Contoh kasusnya ada pada kutipan novel di awal tadi.
- Berbicara sopan pada orang yang lebih tua. Contohnya dengan tidak langsung memanggil nama orang tersebut, melainkan mengimbuhi dengan embel-embel.
- Mengucap salam ketika bertamu. Serta mengetuk pintu. Tidak langsung masuk ke rumah orang yang dikunjungi.
- Menghormati orang yang lebih tua.
- Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong. Kata-kata yang baik mencerminkan orang yang baik dan santun.
- Tidak duduk di atas meja.
- Mengucapkan salam atau permisi atau membungkukkan badan di hadapan orang yang lebih tua ketika lewat.
- Tidak bicara atau tertawa terlalu keras. Selain tidak enak dilihat, hal itu juga tidak sopan dan mengganggu orang lain di sekitarnya.
Baca juga: 10 Contoh Cerpen Tentang Kehidupan
Pemahaman Akhir
Kutipan dari novel “5 cm” karya Donny Dhirgantoro menghadirkan situasi di mana tokoh Mbak Jumi merenung tentang perbedaan perlakuan dari tokoh Riani terhadapnya. Di dalam kutipan ini, terungkap tentang norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat, terutama dalam interaksi antarindividu. Norma kesopanan ini mencerminkan tata krama dan etika dalam berhubungan sosial.
Indonesia memiliki beragam norma kesopanan yang bersifat lokal dan dapat berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan waktu. Sebutan-sbutan sopan seperti ‘Mbak’, ‘Kak’, ‘Paman’, ‘Pak’, dan ‘Mbah’ merupakan contoh norma kesopanan yang dipraktikkan dalam berinteraksi di masyarakat Indonesia. Norma kesopanan ini mencerminkan budaya dan adat istiadat yang telah diwariskan dari generasi sebelumnya.
Tujuan norma kesopanan adalah untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat, menciptakan suasana yang harmonis, dan membatasi perilaku seseorang. Norma kesopanan berfungsi sebagai pedoman dalam berperilaku dan menentukan sanksi sosial bagi mereka yang melanggarnya.
Norma kesopanan bersumber dari adat istiadat, budaya, dan tradisi suatu wilayah, dan berkembang melalui interaksi antar anggota masyarakat. Meskipun sanksi norma kesopanan bersifat tidak resmi, pelanggarannya dapat menyebabkan cemoohan, celaan, kritikan, bahkan pengucilan dari masyarakat.
Contoh-contoh pelanggaran norma kesopanan antara lain berbicara saat makan, makan sambil berdiri, menerima sesuatu dengan tangan kiri, memakai pakaian tidak sopan sesuai situasi, dan lain-lain. Di sisi lain, ada juga contoh norma kesopanan yang baik seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengucap salam saat bertamu, menghormati orang yang lebih tua, dan menggunakan bahasa yang sopan.
Dengan mematuhi norma kesopanan, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang tertib, santun, dan penuh dengan rasa hormat antarindividu. Norma kesopanan ini merupakan bagian penting dari budaya dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Nah, itu dia penjelasan sederhana mengenai salah satu jenis norma sosial yang meliputi pengertian, contoh norma kesopanan, sumber norma kesopanan, tujuan norma kesopanan, fungsi norma kesopanan, ciri-ciri norma kesopanan, serta contoh pelanggaran norma kesopanan. Semoga mudah dipahami, sehingga kamu tidak termasuk pelanggar dan menerima kritik maupun cemooh, ya!
Sumber:
Budiati, Atik Catur. 2009. Sosiologi Konstektual untuk Kelas X SMA & MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Maryati, Kun & Juju Suryawati. 2013. Sosiologi. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama