Mengenal Gerakan Sosial

Gerakan sosial dalam ilmu sosiologi dipandang sebagai bentuk perilaku kolektif yang berpengaruh di masyarakat. Gerakan ini mampu mendorong lahirnya kebijakan baru, mengubah ideologi suatu negara, dan memaksa pemimpin untuk turun dari jabatannya.

Berbeda dengan masyarakat tradisional, gerakan sosial dianggap sebagai hal yang umum akibat adanya perbedaan latar budaya dan perkembangan teknologi. Untuk mendalami lebih lanjut apa itu gerakan sosial, berikut ini ada penjelasan mengenai teori dan tipe-tipe gerakan sosial.

Definisi dan Tipe Gerakan Sosial

Definisi dan Tipe Gerakan Sosial
Sumber: Freepik.com

Gerakan sosial adalah aktivitas yang terorganisir yang mendorong atau menghalangi perubahan sosial. Dalam contoh sederhananya, pada Desember 2016 terjadi long march yang dilakukan oleh para petani Kendeng.

Long march itu dilakukan dengan berjalan sejauh 150 KM dari Rembang ke Semarang untuk menghentikan pembangunan pabrik semen di Rembang. Contoh ini pun dikategorikan sebagai gerakan sosial karena dilakukan untuk mencegah adanya perubahan sosial.

Kemudian, para sosiolog mengelompokkan gerakan sosial dikelompokkan menjadi dua indikator utama, yaitu “siapa saja yang dituntut untuk berubah?” dan “seberapa besar perubahan yang ingin dilakukan?”. Kombinasi dari dua indikator utama ini melahirkan empat tipe gerakan sosial berikut ini.

1. Gerakan Sosial Alteratif

Gerakan sosial alteratif menuntut perubahan sebagian perilaku dari seorang individu. Contohnya adalah kampanye anti merokok dan kampanye anti narkoba. Kedua kampanye tersebut hanya menargetkan satu perilaku, yaitu merokok dan menggunakan narkoba, dan hanya ditujukan bagi sebagian anggota masyarakat, seperti siswa SMP atau SMA.

2. Gerakan Sosial Redemptif

Gerakan sosial redemptif menuntut perubahan perilaku yang menyeluruh dari seorang individu. Gerakan ini biasanya dilakukan oleh mereka yang ingin “menebus dosa-dosanya”. Contoh dari gerakan sosial redemptif adalah gerakan yang mengajak narapidana untuk bertobat dan hidup sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama. Gerakan sosial redemptif juga sering disebut sebagai gerakan sosial religius.

3. Gerakan Sosial Reformatif

Gerakan sosial ini menuntut perubahan sebagian perilaku dari seluruh elemen masyarakat. Berbeda dengan gerakan alteratif yang hanya menargetkan sebagian orang, target dari gerakan sosial reformatif adalah seluruh orang. Contoh dari gerakan sosial reformatif adalah gerakan yang dilakukan oleh kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) untuk memperjuangkan kesetaraan.

4. Gerakan Sosial Revolusioner

Gerakan sosial ini menuntut perubahan perilaku yang menyeluruh dari seluruh elemen masyarakat. Gerakan sosial revolusioner menganggap institusi-institusi yang ada itu mengalami cacat dan harus segera diubah.

Contoh dari gerakan ini adalah gerakan-gerakan yang ingin mengganti ideologi negara dengan ideologi agama, serta gerakan separatis yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri dari sebuah negara.

Setiap gerakan sosial melibatkan sebuah proses bernama claims making, yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk meyakinkan publik dan para pejabat publik akan pentingnya sebuah isu, sehingga mereka ikut bergabung dalam gerakan sosial yang memperjuangkan isu tersebut.

Sebagai contoh, para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) melakukan claims making dengan cara mensosialisasikan dampak-dampak buruk dari reklamasi teluk Jakarta. Tujuan dari claims making tersebut tentu saja agar publik dan pemerintah turut memperjuangkan isu lingkungan yang dibawa oleh WALHI.

Teori-Teori tentang Gerakan Sosial

Teori-Teori tentang Gerakan Sosial
Sumber: Drazen Zigic on Freepik

Untuk mengkaji gerakan sosial, dapat digunakan beberapa teori penting seperti deprivation theory, mass-society theory, culture theory, resource mobilization theory, structural strain theory, political economy theory, dan new social movement theory. Ketujuh teori itu akan dijelaskan lebih lanjut berikut.

1. Deprivation Theory

Menurut teori ini, gerakan sosial lahir dari orang-orang yang merasa kekurangan. Mereka yang merasa pendapatannya tidak mencukupi, kesejahteraan dasarnya tidak terpenuhi, atau hak-hak politiknya tidak diakomodasi oleh pemerintah akan berkumpul dan membuat sebuah gerakan. Tujuan utama gerakan ini tentu saja untuk menghilangkan rasa kekurangan tersebut, seperti kenaikan gaji, atau penyediaan fasilitas kesejahteraan dasar oleh pemerintah.

2. Mass-society Theory

Menurut teori ini, gerakan sosial membuat mereka yang terlibat di dalamnya merasa sebagai bagian dari sesuatu yang penting. Selain itu, gerakan sosial juga memicu lahirnya perasaan saling memiliki antar anggota gerakan sosial tersebut. Oleh karena itu, mereka yang tergabung dalam sebuah gerakan sosial umumnya adalah orang-orang yang terisolir, dikucilkan oleh masyarakat, dan tidak mempunyai teman.

3. Culture Theory

Menurut teori ini, sebuah gerakan sosial tidak akan lahir tanpa adanya pemahaman bersama dari para anggotanya. Sebagai contoh, demo buruh yang bertujuan untuk menaikkan upah minimum tidak akan lahir tanpa adanya pemahaman bersama bahwa upah yang mereka terima terlampau sedikit.

Serta pengetahuan jika eksploitasi yang dilakukan oleh para pemilik modal merupakan bentuk ketidakadilan yang harus diberantas. Teori ini juga menyatakan bahwa seiring berkembangnya sebuah gerakan sosial, gerakan tersebut akan melahirkan simbol-simbol seperti bendera serikat buruh, bendera pelangi, pita AIDS, dan sebagainya.

4. Resource Mobilization Theory

Menurut teori ini, kesuksesan sebuah gerakan sosial sangat tergantung pada sumber daya yang dikeluarkan untuk gerakan sosial tersebut. Agar berhasil, sebuah gerakan sosial membutuhkan uang, sumber daya manusia, peralatan komunikasi, hingga akses ke media massa.

Menarik orang dari luar daerah, membayar pendemo, menyewa mobil dan bus, hingga memberitakan “keberhasilan” sebuah demo di media massa merupakan kunci dari keberhasilan sebuah gerakan sosial.

5. Structural Strain Theory

Menurut teori ini, gerakan sosial diawali oleh kekhawatiran sekelompok orang yang merasa bahwa masyarakat sedang berada dalam masalah besar. Sebagai contoh, mereka yang merasa bahwa kelompok minoritas mulai menindas mayoritas, atau kelompok-kelompok yang merasa kebebasan berpendapatnya dikekang oleh pemerintah. Faktor tersebut, didukung oleh faktor-faktor lain seperti lambatnya respon pemerintah dan kehadiran aktor akademis akan melahirkan sebuah gerakan sosial.

6. Political-economy Theory

Menurut teori ini, gerakan sosial lahir sebagai respon dari kegagalan sistem ekonomi kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Amerika Serikat misalnya, masih terus berkutat dengan isu pengangguran dan kemiskinan terlepas dari perkembangan ekonominya yang relatif baik. Gerakan sosial di Amerika muncul sebagai respon atas kebutuhan rakyat yang tidak dapat dipenuhi oleh sistem ekonomi kapitalisme yang mereka anut.

7. New Social Movement Theory

Menurut teori ini, gerakan sosial khususnya yang lahir di masyarakat pasca-industri, tidak lagi bergerak karena tuntutan ekonomi semata. Sebagai contoh, gerakan sosial yang lahir belakangan ini umumnya fokus terhadap isu-isu non-ekonomi seperti lingkungan, kesetaraan gender, hak-hak hewan, serta kebebasan berekspresi.

Teori ini juga menyatakan bahwa para penggagas gerakan sosial baru umumnya adalah mereka yang berasal dari kelas menengah. Selain itu, isu yang dibawa oleh new social movement umumnya disebarluaskan dengan bantuan teknologi informasi, seperti internet.

Tahapan dalam Gerakan Sosial

Selain teori-teori di atas, sosiolog juga membahas tahapan lahirnya sebuah gerakan sosial. Tahap pertama, emergence, mengacu pada lahirnya sebuah kelompok yang diikat oleh kekecewaan, atau kekhawatiran terhadap kondisi publik.

Tahap kedua, coalescence, mengacu pada upaya-upaya yang dilakukan gerakan tersebut untuk mendapatkan perhatian, seperti melakukan demonstrasi, atau bergabung dengan gerakan lain.

Tahap ketiga, bureaucratization, mengacu pada berubahnya gerakan sosial tersebut menjadi organisasi formal. Tahap terakhir, decline, mengacu pada bubarnya sebuah gerakan sosial yang dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu gerakan tersebut berhasil, gagal, dibubarkan secara paksa oleh pemerintah, atau mundurnya sang ketua akibat tawaran uang serta jabatan.

Kesimpulan

Gerakan sosial merupakan bentuk perilaku kolektif yang paling berpengaruh di masyarakat. Gerakan sosial dikelompokkan berdasarkan dua indikator utama, yaitu besar perubahan yang diinginkan (perubahan sebagian atau radikal), dan target dari perubahan tersebut (kelompok masyarakat atau seluruh masyarakat).

Teori-teori yang membahas gerakan sosial umumnya menyatakan bahwa gerakan sosial lahir sebagai respon dari kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk. Namun demikian, kajian-kajian gerakan sosial baru menyatakan bahwa isu-isu sosial budaya, seperti kesetaraan, lingkungan, dan kebebasan berpendapat juga bisa memicu lahirnya sebuah gerakan.

Sekian uraian penjelasan tentang gerakan sosial yang menjadi bagian dari kajian ilmu sosiologi. Gerakan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam bermasyarakat mengingat dampaknya yang bisa mencegah suatu kebijakan maupun membawa pada kebijakan baru yang lebih baik.


Sumber:

Griffiths, H., Keirns, N., Strayer, E., Sadler, T., Cody-Rydzewski, S., Scaramuzzo, G., & Jones, F. (2012). Introduction to Sociology. Houston: OpenStax College.

Macionis, J. (2012). Sociology (14th ed.). New York: Pearson

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *