Mengapa Hasil Pembangunan Selama Orde Baru Sangat Rapuh?

Pada masa Orde Baru, Indonesia mengalami periode pembangunan yang sangat pesat di berbagai sektor. Namun, sayangnya hasil dari pembangunan ini terbukti sangat rapuh. Lalu, apa penyebabnya?

Satu alasan yang mungkin adalah fokus pembangunan yang terlalu terpusat kepada sektor-sektor tertentu, sementara sektor lainnya dibiarkan terabaikan. Dalam upaya mempercepat pembangunan, seringkali pemerintah pada masa itu mengedepankan proyek-proyek besar yang lebih terlihat,dan mengabaikan pembangunan skala kecil yang lebih berkelanjutan dan merata. Hal ini berdampak pada ketidakhomogenan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, proses pembangunan yang terlalu cepat dan tidak terstruktur dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah pada jangka panjang. Ketika konstruksi proyek-proyek besar selesai, sering kali tidak ada perencanaan yang matang untuk pengelolaan dan pemeliharaan. Sehingga, infrastruktur yang baru dibangun tidak mendapatkan perawatan yang cukup, dan akhirnya jatuh ke dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi.

Selanjutnya, korupsi dan nepotisme juga berpengaruh besar terhadap ketahanan hasil pembangunan. Praktik-praktik ini umum terjadi pada masa itu, dan menyebabkan banyak dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk kemajuan masyarakat malah jatuh ke tangan segelintir orang atau kelompok kepentingan. Dampaknya adalah pembangunan yang tidak berpihak pada rakyat serta pemborosan dana publik.

Penting untuk dicatat bahwa hasil pembangunan yang rapuh ini bukan berarti tidak ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Dalam beberapa aspek, pembangunan pada masa Orde Baru berhasil memberikan kemajuan. Namun, ketidaksiapan menghadapi tantangan jangka panjang dan kekurangpihakan pembangunan tersebut membuat hasilnya menjadi lebih rapuh.

Untuk menghindari kondisi serupa di masa depan, penting bagi negara kita untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Pembangunan haruslah berkelanjutan, merata, dan berpihak kepada masyarakat yang membutuhkan. Diperlukan perencanaan matang serta pengawasan yang ketat agar hasil pembangunan yang dicapai dapat bertahan dan bermanfaat bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan Selama Orde Baru dan Kelemahannya

Pembangunan selama masa Orde Baru, yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 di Indonesia, dianggap sebagai salah satu periode pembangunan yang signifikan dalam sejarah negara ini. Pada masa tersebut, pemerintah Orde Baru, yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, menerapkan berbagai kebijakan ekonomi dan politik yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran rakyat.

Tujuan Pembangunan Selama Orde Baru

Tujuan utama pembangunan selama masa Orde Baru adalah untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah Orde Baru mencanangkan berbagai program pembangunan seperti Pembangunan Lima Tahunan, Pembangunan Jangka Menengah, dan Pembangunan Jangka Panjang yang bertujuan untuk mencapai kemajuan dalam berbagai sektor ekonomi.

Keberhasilan Pembangunan Selama Orde Baru

Pada masa Orde Baru, Indonesia mencapai beberapa pencapaian penting dalam pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai sekitar 7% per tahun, yang dianggap cukup tinggi untuk standar negara berkembang pada saat itu. Sektor industri dan pertanian mengalami perkembangan pesat, dan tingkat kemiskinan berhasil dikurangi secara signifikan.

Selain itu, infrastruktur di Indonesia juga mengalami peningkatan yang signifikan selama periode Orde Baru. Pemerintah membangun jaringan jalan raya, pelabuhan, dan bandara yang memudahkan transportasi dan perdagangan. Pembangunan perumahan dan kawasan industri juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan lapangan kerja.

Keterbatasan Pembangunan Selama Orde Baru

Meskipun terdapat berbagai pencapaian positif dalam pembangunan selama masa Orde Baru, terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil pembangunan tersebut menjadi rapuh. Salah satu kelemahannya adalah kesenjangan ekonomi yang semakin melebar antara kota dan pedesaan, serta antara kelompok masyarakat yang berbeda.

Industrialisasi yang pesat di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya meningkatkan kesenjangan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Sebagian besar program pembangunan difokuskan di area perkotaan dengan harapan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Akibatnya, pedesaan mengalami keterbelakangan dan ketertinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

Selain itu, hasil pembangunan selama masa Orde Baru juga tidak merata di semua daerah di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia Timur dan Indonesia bagian tengah masih mengalami keterbelakangan dan ketertinggalan dalam hal pembangunan. Perbedaan dalam alokasi sumber daya dan program pembangunan yang tidak merata berkontribusi pada kesenjangan ekonomi antara daerah yang maju dan daerah yang tertinggal.

Tidak hanya itu, terdapat juga masalah dalam hal pelaksanaan pembangunan yang kurang transparan dan terjadi korupsi. Banyak proyek pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang dan investor, sedangkan manfaatnya tidak sampai ke masyarakat secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah, serta meningkatnya ketegangan sosial dan politik.

FAQ

Apa dampak dari kesenjangan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan?

Kesenjangan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki dampak yang serius bagi pembangunan dan kemakmuran masyarakat. Di wilayah perkotaan, kesenjangan ini dapat menyebabkan urbanisasi yang berlebihan, tekanan pada infrastruktur kota, dan masalah sosial seperti pengangguran dan kemiskinan kota. Sementara itu, di pedesaan, kesenjangan ini dapat menyebabkan ketertinggalan dalam hal akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar.

Bagaimana cara mengatasi masalah korupsi dalam pembangunan?

Untuk mengatasi masalah korupsi dalam pembangunan, diperlukan perubahan yang komprehensif dalam sistem pemerintahan dan penegakan hukum. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan anti-korupsi yang ketat, memperkuat institusi penegak hukum, dan meningkatkan transparansi dalam pembangunan. Selain itu, partisipasi aktif dari masyarakat dan peran media massa juga penting untuk mengawasi pelaksanaan proyek pembangunan dan melaporkan potensi tindak korupsi.

Kesimpulan

Pembangunan selama masa Orde Baru memiliki keberhasilan dan kelemahan. Meskipun berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan infrastruktur negara, pembangunan tersebut tidak merata di semua daerah dan meningkatkan kesenjangan ekonomi antara kota dan pedesaan. Masalah korupsi juga menjadi hambatan dalam pencapaian hasil pembangunan yang merata dan berkelanjutan.

Untuk memastikan hasil pembangunan yang lebih baik di masa mendatang, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Perlu ada upaya untuk meningkatkan transparansi, meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan di daerah yang tertinggal, serta mengurangi kesenjangan ekonomi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Melalui kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua pihak, kita dapat mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan merata untuk kemajuan Indonesia.

Artikel Terbaru

Yudi Nugroho S.Pd.

Peneliti yang mencari inspirasi di dalam buku. Saya adalah guru yang selalu haus akan pengetahuan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *