Klasifikasi Pteridophyta: Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku atau pteridophyta kerap kali ditemukan di lingkungan yang lembab. Tumbuhan ini juga memiliki ciri khasnya yang unik, seperti memiliki bekas xylem dan floem, mengalami metagenesis, dan berkembang biak dengan spora. Selain itu, pteridophyta juga memiliki perbedaan klasifikasi seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

Pembagian Klasifikasi Pteridophyta

Pembagian Klasifikasi Pteridophyta
Sumber: Pexels.com

Pteridophyta diketahui terdiri dari 400 genera dan 10.500 spesies. Jumlah tersebut sudah termasuk spesies yang masih hidup maupun sudah punah. Terkait dengan klasifikasinya, tumbuhan paku dibedakan menjadi beberapa karakteristik berdasarkan morfologi (bentuk), anatomi tubuh (struktur/susunan), dan sporanya.

Didasarkan dari karakteristik tersebut, tumbuhan paku kemudian dibagi menjadi 4 divisi yaitu paku purba (Psilophyta), paku kawat (Lycophyta), paku ekor kuda (Sphenophyta), dan paku sejati (Filicophyta). Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai klasifikasi pteridophyta.

Klasifikasi Pteridophyta
Klasifikasi Pteridophyta

Paku Purba (Psilophyta)

Morfologi Psilotum nudum
Morfologi Psilotum nudum

Paku purba adalah kelompok paku primitif yang sebagian besar spesiesnya telah punah. Tumbuhan ini memiliki sporofit dengan struktur tubuh yang sederhana dan belum terdiferensiasi secara lengkap. Akarnya berupa rizoid, sedangkan batangnya berupa rimpang yang tegak dan ramping, bercabang dengan pola dikotom (bercabang dua).

Beberapa spesies paku purba tidak memiliki daun seperti pada umumnya. Sporangium, yang biasanya terdapat pada daun, dapat ditemukan pada ujung batang utama atau ujung cabang (ketiak ruas batang). Fase gametofit tumbuhan paku, yang disebut protalium, memiliki ukuran kecil, berbentuk silindris, dan tidak berwarna (tidak memiliki klorofil). Protalium hanya tumbuh di dalam tanah dan membentuk simbiosis dengan mikoriza (sistem perakaran yang berinteraksi dengan fungi) untuk memperoleh zat organik.

Salah satu contoh paku purba yang bersifat homosporus adalah Psilotum nudum, yang masih dapat ditemukan di Pulau Jawa. Psilotum nudum merupakan tumbuhan kecil rendah (antara 30 cm hingga 1 m) yang bercabang-cabang seperti garpu, dan memiliki warna hijau (mengandung klorofil). Tumbuhan ini memiliki daun-daun kecil yang berbentuk sisik tak bertulang dan tumbuh langsung dari batangnya.

Paku Kawat (Lycophyta)

Paku kawat juga dikenal sebagai club moss atau lumut gada. Tumbuhan ini memiliki sporofit yang memiliki daun yang sangat banyak dan berukuran kecil (mikrofil) tersusun secara spiral. Daunnya tidak bertangkai, tapi memiliki satu tulang daun. Batang dan akar-akarnya bercabang-cabang menggarpu.

Gametofit berupa protalium hidup di dalam tanah, berbentuk seperti umbi kecil yang berwarna keputih-putihan dan bersifat saprofit (mengambil zat organik dari makhluk hidup yang sudah mati). Paku ini dapat bersifat homosporus seperti Lycopodium sp. atau heterosporus seperti Selaginella sp.

Struktur Lycopodium
Struktur Lycopodium

Lycopodium clavatum adalah salah satu contoh tumbuhan paku kawat yang ada di Indonesia. Tumbuhan berupa terna berdaun kecil (mikrofil) seperti jarum yang tersusun spiral, memiliki berkas pengangkut sederhana.

Akar bercabang dikotom dengan batang yang tumbuh berbaring atau tegak (seperti kawat) juga memiliki cabang dikotom (bercabang dua sama besar) dan pseudomonopodial (bercabang dua tidak sama besar). Pada ujung cabang-cabang batang terdapat sporofil dengan struktur berbentuk gada (strobilus) berwarna hijau kekuningan yang mengandung sporangium.

Paku Ekor Kuda (Sphenophyta)

Kelompok tumbuhan paku ini berupa terna yang tumbuh subur di tempat-tempat lembab. Sporofitnya memiliki batang bercabang simpodial dengan ruas-ruas yang terlihat jelas dimana terdapat daun kecil (mikrofil) dan bersisik yang tersusun melingkarinya.

Batang memiliki pangkal berupa rimpang dan ujung berupa sporangium dalam bentuk seperti kerucut (strobilus). Gametofitnya berupa protalium berwarna hijau (berklorofil) dan berkembang di luar sporanya.

Struktur Equisetum
Struktur Equisetum

Genus Equisetum memiliki 25 spesies dan menjadi satu-satunya paku ekor kuda yang masih hidup, dimana sebagian besar lainnya telah punah. Salah contoh jenis paku ekor kuda yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Equisetum debile.

Paku ini memiliki tinggi sekitar 30-60 cm pada kondisi kering, tapi dapat tumbuh hingga 5 meter apabila di lingkungan yang basah dan lembab. Paku ini tergolong paku peralihan di mana sporangium menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, tapi berjenis kelamin jantan dan betina.

Paku Sejati (Filicophyta)

Paku Sejati
Sumber: Quang Nguyen Vinh on Pexels

Filicophyta disebut sebagai paku sejati karena merupakan kriptogram vaskuler yang paling sukses hidup di daratan dibanding tumbuhan paku lainnya dan mencapai puncak tertinggi dalam evolusi tumbuhan homosporus. Paku sejati yang masih hidup terdiri dari 305 genera dan 10.000 spesies yang tersebar dari ekuator hingga wilayah artik.

Paku sejati memiliki ukuran tubuh yang bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang tinggi menjulang seperti pohon. Spesies Cyathea sp. bahkan dapat tumbuh dengan tinggi lebih dari lima meter dengan daun mengumpul di ujung, membuat paku ini selintas mirip pohon palem.

Sporofit paku sejati memiliki daun yang besar dengan tulang daun dan daging daun, serta bersifat majemuk (terbagi menjadi beberapa lembaran). Daun yang masih muda menggulung (circinate). Bagian batang, tangkai daun, dan sebagian daunnya tertutup oleh suatu lapisan rambut-rambut berbentuk sisik.

Tumbuhan paku sejati dibedakan menjadi dua macam, yaitu tumbuhan paku tanah dan tumbuhan paku air. Salah satu contoh tumbuhan paku tanah adalah suplir (Adiantum cuneatum) yang biasa digunakan untuk tanaman hias. Sporofit memiliki akar serabut dengan rimpang dan batang kecil berwarna hitam, bercabang-cabang dan bersisik halus.

Daun tumbuhan ini bergerigi dan bergelombang serta mempunyai urat daun yang bentuknya tidak teratur. Daun melipat ke arah dalam sebagai indisium palsu (Adiantum sebenarnya tidak memiliki indusium), melindungi sorus (kumpulan sporangia) yang terletak rapi pada bagian tepi permukaan bawah daun tumbuhan yang sudah dewasa.

Struktur Adiantum
Struktur Adiantum

Contoh tumbuhan paku air adalah Azolla pinnata. Sporofitnya berukuran kecil dan mengapung diatas air, memiliki sporangium terkumpul dalam sporokarp. Akarnya berupa serabut tak bercabang pada pangkal batang. Batang tumbuh secara horizontal dan bercabang-cabang, dipenuhi mikrofil yang saling tumpuk berselingan berwarna hijau saat muda (tidak menggulung), dan berubah kemerahan saat dewasa.

Daun terbagi menjadi dua lobus (helai), daun belakang (dorsal) dan daun depan (ventral). Daun belakang berfungsi untuk mengapung dan bersifat tebal menyimpan banyak udara, sedangkan daun depan terendam, sangat tipis dan hampir tak berwarna, berperan untuk menyerap air.

Tumbuhan ini sering terlihat menutupi sawah-sawah di Asia dan Indonesia karena perannya sebagai pupuk alami. A. pinnata bersimbiosis dengan alga Anabaena di mana alga menyediakan dan merombak nitrogen bagi tumbuhan, sedangkan tumbuhan menyediakan nutrisi dan perlindungan bagi alga. Simbiosis ini terdapat pada daun belakang yang tebal (dorsal).

Struktur Azolla
Struktur Azolla

Demikianlah penjelasan mengenai pembagian klasifikasi pteridophyta. Tumbuhan paku terbagi menjadi empat divisi, yaitu paku purba (Psilophyta), paku kawat (Lycophyta), paku ekor kuda (Sphenophyta), dan paku sejati (Filicophyta). Empat divisi tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada karakteristik morfologi (bentuk) dan anatomi (struktur/susunan) tubuh maupun sporanya.


Sumber:

Ferdinand, F., & Ariebowo, M. (2009). Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pooja. 2004. Pteridophyta. Discovery Publishing House. India.

Reddy, S. M. (2001). University botany I: (algae, fungi, bryophyta and pteridophyta) (Vol. 1). New Age International.

Setiowati, T., & Furqonita, D. (2007). Biologi Interaktif. Jakarta Timur. Azka Press.

Soni, N. K., & Soni, V. (2010). Diversity of Flowering Plants (Angiosperm) as illustrated by members of some families. In Fundamentals of Botany (Vol. 2, pp. 40-44). Tata McGraw Hill Education Private Limited Mc Graw-Hill offices, New Delhi.

Vashishta, P. C. (1997). Botany for degree students: Pteridophyta. S. Chand & Co., New Delhi.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *