Indonesia memiliki banyak kota besar, baik kota metopolitan maupun kota provinsi. Bentuk tata keruangan kota dan pertumbuhan tiap-tiap kota berbeda. Pada artikel ini, akan dijelaskan tentang kota, klasifikasi kota, dan menjelaskan juga mengenai pola keruangan kota. Mari kita simak bersama!
Daftar Isi
Pengertian Kota
Kota didefinisikan sebagai sebuah sistem kehidupan manusia yang memiliki ciri jumlah penduduk tinggi dan strata sosial yang beragam. Ciri utama sebuah kota adalah keanekaragaman penduduk baik itu mata pencaharian, etnis, dan tingkat pendapatan.
Kota berbeda dengan desa. Kota memiliki ciri fisik seperti sarana prasarana dan jaringan komunikasi yang kompleks, sektor jasa dan industri dominan, dan keadaan lebih modern.
Baca juga: Batuan Metamorf: Proses Pembentukan dan Contohnya
Adapun pengertian kota dari beberapa ahli sebagai berikut:
- Menurut UU No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kota merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
- Menurut Bintarto, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur alami dan sosial dengan gejala pemusatan penduduk dengan keragaman corak kehidupan.
- Louis Wirth, kota merupakan pemukiman yang besar, permanen dan padat serta dihuni oleh orang yang beranekaragam kehidupan sosialnya.
- Max Weber, kota merupakan suatu tempat yang penduduknya dapat memenuhi kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adanya pasar yang bertugas sebagai pasar induk dan memiliki hukum sendiri serta bersifat kosmopolitan.
Ciri-ciri Kota
Kota memiliki ciri-ciri yang berbeda dan desa, baik secara fisik maupun sosialnya. Berikut penjabaran ciri fisik maupun sosialnya:
Ciri-ciri Fisik
Ciri-ciri fisik kota diantaranya sebagai berikut:
- Adanya sarana perekonomian seperti swalayan, supermarket, dan pasar
- Memiliki kompleks gedung pemerintahan
- Adanya alun-alun kota
- Memiliki tempat parkir yang memadai
- Memiliki tempat rekreasi yang memadai dan nyaman
- Sarana olahraga lengkap
- Adanya kompleks perumahan
Ciri-ciri Masyarakat Kota
Masyarakat kota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Kepadatan penduduk yang tinggi
- Mata pencaharian penduduk di luar agraris
- Sudah ada spesialisasi pekerjaan warga
- Mobilitas penduduk yang cepat
- Tempat pemukiman yang permanen
- Kehidupan agama tidak terlalu ketat
- Hubungan sosial bersifat gesselshaft (patembayan)
- Kurang mempunyai solidaritas sosial
- Pandangan hidup lebih rasional
Klasifikasi Kota
Menurut Jumlah Penduduk
Menurut jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai berikut:
- Kota kecil, jika penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
- Kota sedang, jika kota tersebut memiliki penduduk antara 50.000-100.000 jiwa.
- Kota besar, dengan jumlah penduduk antara 100.000-1.000.000 jiwa
- Kota metropolitan, penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
- Kota megapolitan, penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa
Menurut Tingkat Perkembangan
Menurut tingkat perkembangannya, kota dikelompokkan menjadi:
- Tahap eopolis, yaitu perkembangan desa dengan masyarakat yang sudah teratur dan merupakan peralihan dari kehidupan desa ke arah kehidupan kota.
- Tahap polis, yaitu suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih bersifat agraris.
- Tahap metropolis, yaitu suatu wilayah kota yang kehidupan ekonomi mengarah ke sektor industri.
- Tahap megalopolis, yaitu suatu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis yang saling berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang besar.
- Tahap tiry anopolis, suatu kota yang ditandai dengan adanya penurunan pelayanan umum, kemacetan lalu lintas, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
- Tahap nekropolis (kota mati), adalah kota yang telah ditinggalkan oleh penduduknya.
Menurut Fungsinya
- Kota Budaya, yaitu kota yang berfungsi untuk menjaga kelestarian budaya dan pusat kebudayaan. Contoh: Osaka, Yogyakarta, Surakarta, dan Athena.
- Kota pemerintahan, yaitu kota yang berfungsi sebagai ibu kota negara. Contoh: Jakarta. Kuala Lumpur, dan Bangkok.
- Kota perdagangan, yaitu kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dunia ataupun domestik. Contoh: Singapura, Bremen, New York, Boston, dan Hongkong.
- Kota pusat kesehatan, merupakan kota yang memiliki pusat kesehatan dan rekreasi. Contoh: Cipanas, Florida, dan Buenos Aires.
Baca juga: Penelitian Geografi Beserta Contohnya
Teori Pola Keruangan Kota dan Tata Ruang Kota
Teori Konsentris (Ernest W. Burgess)
Struktur penggunaan lahan kota menurut Ernest, menyatakan bahwa perkembangan kota akan mengikuti pola lingkaran konsentrik. Menurut Ernest, kota dibagi menjadi enam zona yaitu:
- Zona Pusat Daerah Kegiatan (PDK) juga disebut juga (Central Business District) dicirikan dengan adanya pusat pertokoan, kantor, bank, bioskop, mall, dan pasar.
- Zona Peralihan, merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan pemukiman secara terus-menerus. Pada zona ini terjadi pembauran antara industri dan pemukiman penduduk. Selain itu, biasanya kawasan ini ditandai dengan wilayah kumuh.
- Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik daripada wilayah pemukiman masyarakat yang berpendapatan rendah.
- Zona pemukiman kelas menengah (residential zone), ini merupakan kawasan perumahan para karyawan kelas menengah. Pemukiman pada zona ini lebih baik.
- Zona penglaju (commuters), merupakan daerah batas daerah kota-desa. Para penduduknya bekerja di kota dan tinggal di wilayah suburban.
Teori Sektoral (Homer Hoyt)
Struktur penggunaan lahan kota menurut teori sektoral dibagi menjadi lima, yaitu:
- Zona 1 adalah Central Bussines District (CBD) sebagai pusat kota dan bisnis.
- Zona 2 adalah daerah industri. Terdiri atas kegiatan industri ringan dan perdagangan. Daerah ini merupakan daerah tempat bekerja para pekerja kelas bawah untuk memproduksi barang kebutuhan kota.
- Zona 3 adalah low class residential atau pemukiman kelas rendah. Berupa pemukiman pekerja kelas bawah yang dekat dengan lokasi industri.
- Zona 4 adalah middle class residential atau pemukiman kelas menengah. Berupa pemukiman yang dihuni oleh pekerja golongan ekonomi menengah. Kondisi lingkungan di daerah ini lebih baik dibandingkan dengan low class residential.
- Zona 5 adalah high class residential atau daerah pemukiman kelas tinggi. Berupa daerah yang dihuni oleh penduduk yang memiliki penghasilan tinggi. Kondisi lingkungan dan sarana transportasi nyaman dan tanpa kemacetan.
Teori Inti Ganda (C.D. Harris dan E. L. Ullman)
Teori inti ganda dibagi ke dalam sembilan zona, penjelasannya sebagai berikut:
- Zona 1, yaitu Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD)
- Zona 2, merupakan daerah grosir dari manufaktur
- Zona 3, merupakan daerah pemukiman kelas rendah
- Zona 4, merupakan daerah pemukiman kelas menengah
- Zona 5, merupakan daerah pemukiman kelas atas
- Zona 6, merupakan zona manufaktur berat
- Zona 7, merupakan daerah di luar DPK
- Zona 8, merupakan pemukiman suburban
- Zona 9, merupakan industri suburban
Tata Ruang Kota
Rencana umum tata ruang kota (RUTK) merupakan rencana pemanfaatan keruangan kota melalui perencanaan yang terstruktur guna pengembangan dan pembangunan kota. Dalam tata ruang kota, terdapat pembagian wilayah-wilayah sebagai berikut:
- Pusat kota, yaitu pusat kegiatan kota, baik politik, bisnis, dan ekonomi.
- Kota satelit, kawasan yang memiliki daya dukung bagi kehidupan masyarakat kota
- Selaput inti kota, merupakan wilayah kegiatan yang berada di luar pusat kota (inti) dan merupakan daerah pemekaran kota
- Wilayah suburban, merupakan wilayah penyangga bagi daerah pusat kota. Berfungsi sebagai daerah pemukiman dan industri.
Pertumbuhan Kota-kota di Indonesia
- Pertumbuhan kota berasal dari administrasi kerajaan. Contoh: Surakarta, Cirebon, Makassar, Serang, Yogyakarta, dan Demak.
- Pertumbuhan kota yang berasal dari pertambangan. Contoh: Pangkal Pinang, Dumai, Bukit Asam, Cepu, Bontang, dan Ombilin.
- Kota yang tumbuh berasal dari perkebunan. Contoh: Bogor, Bandung, Sukabumi, dan Pematang Siantar.
- Kota yang tumbuh dan berasal dari budaya. Contoh: Yogyakarta, Solo, dan Denpasar.
- Kota yang tumbuh dari perkembangan perdagangan. Contoh: Jakarta, Medan, Semarang, Batam, dan Surabaya.
- Kota yang tumbuh dan berasal dari industri. Contoh: Bekasi, Tangerang, Cilegon, dan Surabaya.
Baca juga: Teori Pusat Pertumbuhan
Perkembangan dan Potensi Kota
Potensi Kota
Kota memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk datang ke kota. Potensi-potensi tersebut antara lain:
- Potensi politik. Potensi ini meliputi aparatur kota yang menjalankan tugas dan melayani masyarakat. Selain itu partai politik, lembaga politik, dan kegiatan politik termasuk ke dalam potensi ini.
- Potensi ekonomi. Potensi ekonomi ditandai dengan adanya sarana ekonomi seperti mall, bank, kawasan industri, PT, CV, distributor, dan pasar.
- Potensi sosial. Terdapat fasilitas umum seperti tempat ibadah, rumah sakit, tempat rekreasi, hiburan, organisasi sosial, lembaga pendidikan, dan yayasan sosial
- Potensi budaya. Adanya sarana kesenian seperti sanggar dan gedung pertunjukkan serta sekolah.
Perkembangan Kota
Potensi-potensi di atas bisa dikembangkan guna kemajuan kota. Terdapat enam faktor yang mempengaruhi perkembangan kota sampai ke wilayah pinggiran.
- Faktor Aksesibilitas (Accessibility)
Faktor ini berkaitan dengan kemudahan menjangkau lokasi sehingga berperan dalam perubahan guna lahan. Lokasi yang mudah di akses akan mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan horizontal interaksi antar masyarakat kota ataupun dengan daerah pinggiran.
- Faktor Pelayanan Umum (Public Services)
Pelayanan umum menjadi daya tarik penduduk untuk penduduk melakukan perpindahan ke kota atau sekitarnya. Jika pelayanan umum di wilayah pinggiran kota maka banyak masyarakat yang akan pindah ke tempat tersebut.
- Karakteristik Lahan (Land Characteristics)
Lahan di pinggir kota yang subur, ketersediaan air dangkal, dan kondisi lingkungan yang lebih baik dari pusat kota akan menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mendirikan pemukiman.
- Karakteristik pemilik lahan (land owners characteristic)
Faktor ini berkaitan dengan bagaimana pemilik lahan memanfaatkan asset lahan yang dimilikinya. Perilaku pemilik lahan yang kondisi ekonomi mapan akan berbeda dengan yang memiliki kondisi ekonomi terbatas. Pemilik lahan dengan ekonomi terbatas cenderung menjual lahan yang dimilikinya.
- Peraturan mengenai tata guna lahan (regulatory measures)
Keberadaan peraturan mengenai tata guna lahan akan berpengaruh pada pengembangan ruang ke wilayah pinggiran. Peraturan ini selain mengurangi beban pusat kota juga berpengaruh pada pengembangan wilayah kota.
- Prakarsa Pengembang (developer initiatives)
Prakarsa pengembang akan meningkatkan nilai jual dan ekonomis wilayah pinggiran. Nilai ini jika ditunjang dengan aksesibilitas bisa menjadi wilayah pemukiman baru dengan sarana yang mendukung.
Urbanisasi dan Penanggulangannya
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota yang sifatnya menetap lebih dari enam bulan. Faktor-faktor yang menyebabkan urbanisasi di antaranya adalah:
Faktor Penarik (pull factors)
- Lapangan pekerjaan di kota lebih beragam
- Fasilitas sosial di kota lebih memadai
- Kota berpotensi sebagai tempat pemasaran
- Tingkat upah di kota tinggi
- Kota merupakan tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan kehidupan
Faktor Pendorong (push factors)
- Menyempitnya lapangan pekerjaan di sektor pertanian
- Pemilihan lahan pertanian semakin sulit dan sempit
- Alasan pendidikan
- Kurangnya fasilitas sosial
- Tingkat upah relatif rendah
- Tekanan adat istiadat
Upaya Penanggulangan
Upaya penanggulangan masalah urbanisasi dapat dilakukan sebagai berikut:
- Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di desa maupun di kota.
- Melancarkan program KB di dua wilayah baik desa maupun kota.
- Memperlancar pembangunan sarana umum terutama untuk mempermudah akses, baik transportasi maupun komunikasi.
- Pembangunan perubahan rakyat di pinggir kota.
Baca juga: Konsep Wilayah dan Tata Ruang Geografi
Pemahaman Akhir
Indonesia memiliki banyak kota besar dengan berbagai bentuk tata keruangan dan pertumbuhan yang berbeda. Kota-kota di Indonesia dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah penduduknya, tingkat perkembangannya, dan fungsinya. Kota-kota ini memiliki ciri-ciri fisik dan sosial yang membedakannya dari desa-desa.
Pola keruangan kota di Indonesia dapat dianalisis melalui beberapa teori, seperti teori konsentris yang menjelaskan bahwa perkembangan kota mengikuti pola lingkaran konsentrik, teori sektoral yang membagi kota menjadi zona-zona berdasarkan kegiatan ekonomi dan pemukiman, dan teori inti ganda yang membagi kota menjadi sembilan zona.
Tata ruang kota melibatkan rencana penggunaan lahan yang terstruktur untuk pengembangan dan pembangunan kota. Pusat kota, kota satelit, selaput inti kota, dan wilayah suburban adalah bagian dari tata ruang kota.
Pertumbuhan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti administrasi kerajaan, pertambangan, perkebunan, budaya, perdagangan, dan industri. Kota-kota ini memiliki potensi yang berbeda dalam hal politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota, adalah fenomena yang terjadi di Indonesia. Faktor penarik dan pendorong mempengaruhi urbanisasi, dan penanggulangan masalah urbanisasi perlu dilakukan melalui pengembangan industri kecil, program keluarga berencana, pembangunan infrastruktur, dan pembangunan perubahan rakyat di pinggir kota.
Dalam mengelola kota-kota di Indonesia, penting untuk memperhatikan tata ruang yang terencana, pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup penduduk kota. Dengan demikian, kota-kota di Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan kesejahteraan bagi penduduknya.
Demikian penjelasan tentang dinamika keruangan kota, klasifikasi kota, perkembangan kota, dan urbanisasi. Semoga penjelasan di atas mampu memberikan gambaran lebih jelas lagi tentang seluk beluk keruangan kota. Salam Geografi!
Sumber:
Ani Anjani dan Tri Haryanto. (2009). Geografi XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Lili Somantri dan Nurul Huda. (2016). Geografi. Bandung: Grafindo.
Tim Alfa Cendekia, Jaka Firman P, dan M Taupan. (2016). Saat Jelang Ujian Nasional Geografi. Bandung: Srikandi Empat
Yunus, Hadi S. 2005. Megapolitan Konsep, Problematika, dan Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.