Banyak Kerajaan besar yang muncul di wilayah Indonesia. Bahkan wilayah kekuasaan suatu kerajaan bisa menjangkau luar daerah pulaunya, begitu pula sumber daya ekonominya. Seperti yang diketahui, bahwa Indonesia merupakan wilayah yang hampir seluruh wilayahnya dikelilingi oleh lautan. Sehingga banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kehidupan laut. Oleh karena itu disebut sebagai negara maritim.
Pada salah satu sejarah mengenai kerajaan di Indonesia juga terdapat kerajaan yang begitu besar kekuatan lautnya. Sumber daya ekonominya juga banyak bergantung pada laut. Tahukah sejarah kerajaan apa itu? Yup, Kerajaan Sriwijaya. Untuk lebih mengetahui mengenai Sejarah Kerajaan Sriwijaya, ikuti penjelasan berikut ini ya!
Daftar Isi
Awal Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwjaya diketahui muncul pada abad ke-7 SM. Munculnya kerajaan ini berhubungan dengan hubungan internasional, yaitu perdagangan antara India dengan Indonesia. Wilayah Pantai Timur di Sumatera menjadi jalur perdagangan yang banyak dikunjungi (Kemdikbud, 2017:100). Sehingga muncul pusat perdagangan dan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah timur pantai Sumatera pada abad ke-7.
Dari berita Tionghoa, diketahui kerajaan-kerajaan tersebut antara lain To-lang-po-hwang (Tulangbawang), Molo-yeu (Malayu) dan Che-lifo-che (Sriwijaya) (Soekmono, 1973:37). Ketiga kerajaan tersebut yang paling berkembang ialah Kerajaan Sriwijaya. Hingga pada tahun 692 M, Sriwijaya melakukan ekspansi ke Kerajaan Melayu.
Baca juga: 10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Letak Kerajaan Sriwijaya
Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya, merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia pada masanya. Namun, letak dari kerajaan ini masih menjadi perdebatan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya nama sebutan Kerajaan Sriwijaya pada berbagai sumber, membuat sulit untuk menentukan letak yang sesungguhnya dari kerajaan ini. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai letak Kerajaan Sriwijaya.
Sumber Berita I-Ts’ing
Pada sumber ini, dikatakan mengenai Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang terletak di sebelah garis khatulistiwa. Hal tersebut didukung oleh kutipan sumber berdasarkan (Muljana, 2011:69), yaitu:
“Di negeri Shih-li-fo-sih, terlihat bahwa bayang-bayang di Welacakra tidak menjadi panjang atau pendek pada pertengahan bulan delapan. Pada hari tak tampak bayang-bayang orang yang berdiri dibawah matahari. Berbeda jika musim semi. Matahari tepat diatas dua kepala satu tahun. Jika matahari ada disebelah selatan, bayang-bayang mengarah ke utara, panjangnya hingga dua atau tiga kaki. Kalau matahari di sebelah utara, bayang-bayangnya sama tetapi jauh ke selatan.”
Dengan adannya berita tersebut, dapat diketahui bahwa kerajaan sriwijaya letaknya di tepi sungai, disebelah timur pelabuhan melayu (Jambi), yang letaknya disekitar garis khatulistiwa. Wilayah tepi sungai yang memenuhi kriteria tersebut ialah Sungai Musi, yang letaknya di Palembang. Walau pada masa itu belum dikenal nama Palembang. Yang diketahui hanya kerajan bernama Fo-sih yaitu penyebutan untuk Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat R. Soekmono
Berdasarkan pendapat tersebut, letak Kerajaan tersebut ada di Jambi. Hal tersebut didasarkan pada penyelidikan geomorfologi yang dilakukannya. Pada hasil penelitian ini, menyatakan bahwa Jambi merupakan pusat dari Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikarenakan, Jambi disebut sebagai pelabuhan yang ideal serta sanggup menguasai lalu lintas pelayaran kapal di Selat Malaka, pelayarannya jika dari utara menuju Tiongkok dan ke timur menuju wilayah Jawa. Selain itu, pelayaran dari Laut Selatan dan laut Jawa yang menuju India dan negara lainnya di barat akan berlayar melalui Jambi. Sehingga disimpulkan bahwa seharusnya pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Jambi, bukan Palembang (Muljana, 2011:119).
Piagam Telaga Batu
Berdasarkan piagam ini, menjelaskan bahwa letak Kerajaan Sriwijaya adalah di Kota Palembang. Hal tersebut diketahui dari isi piagam ini yang sebagian besar mengenai kutukan pada orang-orang yang melakukan kejahatan di kedatun serta tidak taat pada datu. Sehingga De Casparis memberikan tafsiran, bahwa kedatun itu sama dengan keraton atau istana raja. Pada piagam ini juga memuat nama-nama dari pejabat pemerintah yang cukup lengkap. Sehingga memberikan kesan, seolah wilayah istana raja ada di sekitar tempat piagam telaga batu tersebut ditemukan. Sehingga jika itu benar, maka lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di lokasi tempat penemuan piagam telaga batu tersebut, yakni di Palembang.
Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Dalam sebuah Kerajaan tentunya tidak terlepas dari pemimpin pemerintahannya , yang disebut sebagai raja. Berikut ini adalah raja-raja yang pernah memerintah dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya, sebagai berikut:
- Dapunta Hyang, merupakan raja pertama dari Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut didasarkan pada prasasti Kedudukan Bukit pada 683 M, Talang Tuo pada 684 M, Kota Kapur, Palas Pasemah, dan Karang Brahi.
- Sri Indrawarman, yang juga didasarkan pada Prasasti Ligor di Thailand yang menyebutkan bahwa raja Kerajaan Sriwijaya menyerupai Indra yang telah membangun kuil di Ligor. Selain itu juga dari berita Dinasti Sung yang menyebutkan bahwa pada 724 M pernah ada utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang datang.
- Rudra Wikrama, yang didasarkan pada berita dari Tiongkok yang mengatakan bahwa ada utusan dari kerajaan Sriwijaya yang datang.
- Dhanindra, yang dibuktikan dengan prasasti Ligor dan prasasti Nalanda di India dengan gelarnya yaitu “sailendrawamsatilaka Sri Wirawairimathana”
- Samaragrawira, yang juga disebut juga Rakai Warak dilihat dari Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih.
- Samaratungga, yang disebut juga Rakai Garung yang dibuktikan dengan Prasasti Karang Tengah. Pada masa pemerintahan ini, berhasil menyelesaikan Candi Borobudur.
- Balaputradewa, membangun kembali pemerintahan di Sumatera. Pada masa pemerintahannya berhubungan dengan Raja Dewapaladewa dari India yang juga dijelaskan dalam prasasti Nalanda. Balaputradewa mendukung pendidikan Buddha di Nalanda.
- Sri Udayaditya Warmadewa, dilihat dari berita utusan yang pergi ke Tiongkok.
- Sri Cudamani, pada masa kekuasaanya menjali hubungan dengan Kerajaan Cola India dan kekaisaran Cina.
- Maharaja Vijayottunggawarman yang dibuktikan dari Prasasti Leiden dan utusan ke Tiongkok. Pada masa ini, raja menyerang Jawa yang kemudian meruntuhkan Kerajaan Medang.
- Sangrama-Vijayottunggawarman, berdasarkan Prasasti Tanjore di Candi Raja-raja di Tanjore, India.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya, mencapai puncak dia abad ke-8 dan abad ke-9, kejayaannya terutama pada masa pemerintahan Balaputradewa. Pada masa pemerintahanya ini, dijelaskan melalui prasasti Kota Kapur bahwa Sriwijaya bermaksud untuk menaklukan Bumi Jawa. Sehingga diketahui bahwa pada masa Balaputradewa ini berencana untuk memperluas kekuasanya.
Pada masa Balaputradewa juga memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Benggala yang ketika itu diperintah Raja Dewapala Dewa. Raja tersebut memberikan hadiah sebuah tanah untuk mendirikan sebuah asrama yang digunakan sebagai tempat tinggal para pelajar yang belajar di Nalanda. Para pelajar tersebut diberikan bantuan belajar oleh Raja Balaputradewa.
Sebagai negara maritim, maka Sriwijaya juga mengembangkan pelabuhannya. Kerajaan ini juga menjadi pusat perdagangan, sehingga memberikan kemakmuran untuk rakyatnya. Dengan berkembangnya perdagangan, maka posisi Kerajaan Sriwijaya sebagai negara maritim juga semakin kuat kedudukannya. Selain itu, Sriwijaya juga memperkuat kedudukannya dengan membentuk armada angkatan laut yang bertugas mengawasi perairan Nusantara.
Dalam bidang keagamaan, Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana. Dalam berita I-Tsing dikatakan bahwa di Sriwijaya tinggal banyak pendeta dan pelajar Agama Buddha. Banyak pelajar yang datang untuk mempelajari Bahasa Sansekerta.
Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Setelah melewati masa keemasannya, suatu kerajaan biasanya akan mulai mengalami masa kemundurannya. Hal tersebut terjadi oleh banyak faktor, mulai dari kurang cakapnya pemimpin atau konflik yang terjadi baik didalam atau diluar istana kerajaan, sehingga menimbulkan pemberontakan. Berikut beberapa penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya:
- Keadaan wilayah Sriwijaya yang tidak lagi dekat dengan pantai. Hal tersebut dikarenakan aliran sungai yang membawa banyak lumpur, sehingga Kerajaan Sriwijaya mulai terganggu lalu lintas perdagangannya.
- Banyaknya wilayah kekuasan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal tersebut terutama karena angkatan laut yanng mulai melemah, sehingga kurang adanya pengawasan dari pusat.
- Serangan dari kerajaan lainnya. Pada tahun 1017, Sriwijaya diserang oleh raja dari Colamandala namun masih bisa bertahan. Namun, pada serangan kedua raja Sri Sanggramawijayatunggawarman berhasil ditahan. Pada masa selanjutnya, ekspedisi Pamalayu yang dilakukan Singhasari juga membuat daerah Melayu lepas dari Sriwijaya.
- Serangan armada laut angakatan perang dari Majapahit pada 1377 pada Kerajaan Srwijaya, pada akhirnya menjadi akhir dari Kerajaan Sriwijaya (Kemdikbud, 2017:109)
Bagaimana? Apakah kamu sudah memahami bagaiamana berdirinya Kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhannya?
Baca juga: Kerajaan Islam di Jawa Serta Penjelasannya
Pemahaman Akhir
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia pada masa lalu. Muncul pada abad ke-7 M, kerajaan ini memiliki kekuatan laut yang besar dan mengandalkan sumber daya ekonomi dari perdagangan laut. Wilayah kekuasaannya meliputi bagian timur pantai Sumatera, dan letak pasti kerajaan ini masih diperdebatkan oleh para ahli.
Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-8 dan ke-9 M, terutama pada masa pemerintahan Balaputradewa. Pada masa tersebut, kerajaan ini berencana untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga Bumi Jawa. Selain itu, Sriwijaya juga menjadi pusat perdagangan yang makmur dan memiliki armada angkatan laut untuk mengawasi perairan Nusantara.
Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa faktor menyebabkan kemunduran dan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Wilayahnya semakin jauh dari pantai karena sedimentasi lumpur yang mengganggu perdagangan laut, banyak wilayah kekuasaannya yang melepaskan diri, dan serangan dari kerajaan lain seperti Colamandala dan Majapahit.
Akhirnya, pada tahun 1377 M, serangan dari armada laut Majapahit menjadi pukulan terakhir bagi Kerajaan Sriwijaya, yang menyebabkan runtuhnya kerajaan besar tersebut.
Meskipun Kerajaan Sriwijaya telah runtuh, namun warisan budaya, perdagangan, dan keagamaannya tetap memberikan pengaruh besar bagi sejarah dan perkembangan Indonesia. Sejarah gemilangnya sebagai kerajaan maritim menjadi bagian penting dari warisan bangsa yang patut dihargai dan dipelajari hingga saat ini.
Semoga materi kali ini bisa membuatmu lebih memahami dan mendapatkan wawasan baru mengenai Kerajaan Sriwijaya ya. Jangan lupa untuk terus membaca, dan selamat belajar!
Daftar Rujukan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi Revisi). 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Muljana, S. 2011. Sriwijaya. Yogyakarta: LKIS
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius