Mengenal Interaksi Sosial: Status dan Peran

Macionis mendefinisikan interaksi sosial sebagai proses bertindak dan membalas tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Para sosiolog melihat dunia sebagai ruang yang dipenuhi simbol, seperti warna, gaya berpakaian, dan bahasa tubuh.

Manusia kemudian membangun realitas dengan cara melekatkan makna pada simbol-simbol yang ada. Dalam artikel kali ini, akan ada penjelasan lebih lanjut mengenai dua hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, yaitu status dan peran. Keduanya bisa disimak lebih lanjut di bawah ini.

Status

Status
Sumber: Freepik.com

Interaksi sosial memainkan peran penting dalam membentuk realitas sosial, karena melalui interaksi sosial, manusia menciptakan, mengakui, dan berunding tentang makna simbol-simbol. Sebagai contoh, melalui interaksi sosial, seorang anak laki-laki dapat memahami bahwa warna pink adalah simbol yang sering dikaitkan dengan perempuan. Di sisi lain, seorang anak perempuan akan belajar bahwa warna biru sering diasosiasikan dengan laki-laki.

Meskipun terlihat sederhana, interaksi sosial memiliki aturan tak tertulis. Perhatikan interaksi antara seorang pemilik perusahaan dengan seorang office boy. Office boy akan memberikan salam ketika bertemu dengan pemilik perusahaan, sementara pemilik perusahaan mungkin akan merespons dengan mengangguk, tersenyum, atau bahkan mengabaikan office boy. Ini menunjukkan bahwa status atau posisi sosial seseorang mempengaruhi bagaimana interaksi sosial mereka berjalan.

Dalam perspektif sosiologi, status merujuk pada posisi sosial yang dimiliki seseorang dalam masyarakat. Biasanya, seorang individu memiliki lebih dari satu status. Sebagai contoh, seorang pria bisa memiliki status sebagai ayah, suami, dan karyawan. Konsep ini dikenal sebagai status set, yang mencakup seluruh status yang dimiliki oleh individu dalam periode tertentu.

Namun, status seseorang dapat berubah seiring waktu. Misalnya, saat sepasang kekasih memutuskan untuk berpisah, status kekasih mereka yang dulu bisa berubah menjadi sahabat atau teman, atau bahkan tidak ada hubungan lagi. Meskipun status bisa berubah, ada jenis status yang lebih stabil, seperti “anak”. Status “anak” melekat pada seseorang sejak lahir dan cenderung tetap ada sepanjang hidupnya.

Status yang diberikan pada seseorang ini disebut sebagai ascribed status, yang diterima oleh individu saat lahir atau diberikan oleh masyarakat secara otomatis. Sebaliknya, achieved status adalah status yang diperoleh melalui usaha dan pencapaian individu, seperti menjadi pemimpin perusahaan, penulis, atau desainer.

Dalam praktiknya, status seseorang adalah hasil gabungan dari ascribed dan achieved status. Seorang pemimpin perusahaan mungkin memiliki ascribed status sebagai anak dari keluarga mapan, sementara seorang office boy mungkin memiliki ascribed status sebagai anak dari keluarga yang kurang mampu.

Selain ascribed dan achieved status, ada juga status yang menjadi karakteristik utama seseorang, yang disebut sebagai master status. Master status adalah status yang paling mempengaruhi identitas sosial seseorang dan seringkali menjadi fokus utama dalam hidup mereka. Sebagai contoh, Presiden Jokowi memiliki master status sebagai presiden, yang mendefinisikan identitas sosialnya. Master status bisa positif atau negatif, seperti status seorang pecandu narkoba atau seorang pemuka agama.

Peran

Peran
Sumber: storyset on Freepik

Sosiolog tidak akan pernah membahas konsep status tanpa menjelaskan konsep peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memegang status tertentu. Sebagai contoh, seorang murid memiliki peran untuk berperilaku sopan, hormat terhadap guru, dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan baik.

Di sisi lain, guru memiliki peran untuk mengajar, berlaku adil pada murid-muridnya, serta taat pada aturan yang berlaku. Perlu diingat bahwa status dan peran bukanlah konsep yang bersifat kaku. Status dan peran seseorang turut dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat.

Sebagai contoh, ibu di daerah pedesaan umumnya berperan mengurus anak dan rumah. Sebaliknya, ibu di daerah perkotaan umumnya menyerahkan peran mengurus anak dan rumah kepada asisten rumah tangga.

Layaknya status yang dikelompokkan ke dalam status set, peran juga dikelompokkan ke dalam sebuah konsep bernama role set. Merton mendefinisikan role set sebagai sejumlah peran yang terikat pada satu status. Seorang guru akan berperan sebagai pengajar bagi murid-muridnya, rekan kerja bagi sesama guru, dan pegawai negeri di hadapan birokrasi.

Meskipun terdengar ideal, terkadang pembagian peran ini mengundang masalah. Misalnya, seorang guru yang berperan sebagai teman bagi murid-muridnya akan dihadapkan pada dilema ketika tiba waktunya untuk memberikan evaluasi.

Peran sang guru sebagai teman membuat dirinya tidak bisa objektif dalam memberikan penilaian. Hal ini tentu saja bertentangan dengan perannya yang lain, yaitu sebagai pengajar. Fenomena inilah yang disebut sebagai role strain, atau ketegangan antar peran yang terikat pada satu status.

Selain role strain, terdapat konsep lain yang disebut dengan role conflict. Jika role strain mengacu pada ketegangan antar peran dalam satu status, role conflict didefinisikan sebagai ketegangan antar peran dari status yang berbeda. Sebagai contoh, seorang ayah yang bekerja sebagai agen pemerintah harus memilih antara melayani negara, atau menghabiskan waktu bersama anak-anaknya.

Role strain dapat berujung pada role exit, atau proses lepasnya seseorang dari peran yang dimilikinya. Jika mengacu pada ilustrasi di atas, sang ayah bisa saja memilih untuk melepaskan perannya sebagai pelayan negara, dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama putri tercintanya.

Kesimpulan

Realitas dibangun melalui sebuah proses bernama interaksi sosial. Lewat interaksi sosial, masyarakat memaknai dunia yang ada di sekitarnya. Interaksi sosial melibatkan dua elemen utama yaitu status dan peran.

Status mengacu pada posisi sosial seseorang, sedangkan peran mengacu pada perilaku yang melekat pada posisi sosial tersebut. Memahami dinamika interaksi sosial melalui konsep status dan peran akan membantu sosiolog untuk memahami proses konstruksi realitas.

Demikianlah penjelasan tentang dua elemen utama dalam interaksi sosial, yaitu status dan peran. Kedua elemen itu tak bisa dilepaskan satu sama lain, sehingga menjadi pembahasan konsep dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam interaksi sosial.


Sumber:

Little, W., Vyain, S., Scaramuzzo, G., Cody-Rydzewski, S., Griffiths, H., Strayer, E., & Keirns, N. (2012). Introduction to Sociology. Houston: OpenStax College.

Macionis, J. (2012). Sociology (14th ed.). New York: Pearson.

Merton, R. (1968). Social Theory and Social Structure. Chicago: Free Press.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *