Tahukah kamu bagaimana suatu senyawa bisa terbentuk? Misalnya senyawa asam klorida yang berasal dari unsur H dan Cl, serta senyawa NaCl yang berasal dari unsur Na dan Cl. Jawabannya adalah melalui ikatan kimia.
Ikatan kimia merupakan dasar yang menjelaskan konsep dari molekul dan reaksi. Tanpa ikatan kimia sulit menjelaskan bagaimana atom berinteraksi satu sama lain serta bagaimana produk reaksi dihasilkan. Untuk lebih jelasnya agar kamu bisa mengerti tentang ikatan kimia, kamu bisa membaca penjelasan berikut ini.
Daftar Isi
Kaidah Oktet
Kaidah oktet merujuk pada kecenderungan suatu atom yang stabil dengan memiliki 8 buah elektron valensi. Ketika suatu atom memiliki jumlah elektron valensi kurang dari 8, maka atom tersebut akan bereaksi untuk memenuhi kaidah oktet dan membentuk senyawa yang stabil. Kaidah oktet ini tidak berlaku untuk logam transisi, lantanida, serta aktinida karena bisa memiliki jumlah elektron lebih dari 8.
Semua unsur golongan utama dapat memenuhi kaidah oktet terkecuali hidrogen, helium, dan litium. Khusus untuk unsur hidrogen, helium dan litium stabil dengan memiliki dua buah elektron valensi yang disebut dengan istilah duplet.
Walaupun semua unsur golongan utama dapat memenuhi kaidah oktet, tetapi terdapat beberapa unsur yang membentuk senyawa dan ternyata menyimpang dari kaidah oktet. Contoh: Dalam senyawa PCl5 terdapat 10 elektron valensi pada atom P, dalam senyawa BH3 terdapat 6 elektron valensi pada atom B, dan dalam senyawa SF6 terdapat 12 elektron valensi pada atom S.
Baca juga: Mengenal Tata Nama Senyawa
Simbol Dot Lewis
Simbol dot Lewis sesuai namanya memang dicetuskan oleh Gilbert N.Lewis. Simbol ini merepresentasikan atom yang disertai dengan elektron valensi yang terlibat dalam pembentukan ikatan kimia. Cara menuliskan simbol Lewis yaitu dengan menuliskan simbol unsur dan dikelilingi oleh dot (titik). Dot ini melambangkan elektron valensi. Untuk pasangan elektron bebas disimbolkan dengan dua titik, sedangkan untuk elektron bebas yang tidak berpasangan disimbolkan dengan satu titik.
Contoh simbol Lewis untuk beberapa unsur:
Penulisan simbol dot Lewis ini memiliki keterbatasan dalam jumlah elektron. Jumlah maksimal elektron valensi pada simbol dot Lewis ini hanya 8, sehingga simbol dot Lewis tidak bisa digunakan untuk logam transisi, lantanida, dan aktinida.
Selain untuk unsur, simbol dot Lewis juga bisa digunakan untuk menggambarkan molekul. Contoh penggambaran molekul H2SO4 dengan simbol dot Lewis:
Selain dengan gambar di atas, ikatan antara atom O dengan atom S, serta ikatan antara atom H dengan atom S yang disimbolkan dengan titik dapat juga diganti dengan garis seperti gambar berikut.
Pembentukan Senyawa Ionik
Senyawa ionik terbentuk melalui ikatan ion. Ikatan ion adalah ikatan yang terbentuk melalui interaksi dua muatan yang berbeda antara kation dengan anion. Ketika dua buah unsur memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar, seperti logam dan nonlogam, maka unusr-unsur tersebut mudah untuk membentuk ikatan ion. Contoh senyawa ionik: NaCl, KI, MgBr2.
Pada reaksi pembentukan NaCl, atom Na kehilangan satu elektron untuk membentuk ion Na+ (jumlah elektron valensi 8 memenuhi oktet), sedangkan atom Cl menerima satu elektron untuk membentuk ion Cl– (jumlah elektron valensi 8 memenuhi oktet)
Na Na+ + e
Cl2 + 2e 2Cl–
Adanya perbedaan muatan antara ion Na+ dengan Cl–, menyebabkan terjadinya gaya tarik menarik antara ion Na+ dan Cl– sehingga terbentuklah NaCl.
Pembentukan Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen terbentuk melalui ikatan kovalen. Ikatan kovalen adalah ikatan kimia yang terbentuk melalui penggunaan pasangan elektron secara bersama. Ikatan kovalen biasanya terdiri dari unsur nonlogam dengan nonlogam. Cara atom berikatan dalam senyawa kovalen dapat digambarkan dengan simbol dot Lewis. Contoh senyawa kovalen H2:
Pada pembentukan H2, masing – masing atom H akan saling berbagi satu elektron,sehingga terbentuklah H2, di mana setelah pembentukan ini, masing – masing atom H jadi memiliki dua buah elektron.
Dalam pembentukan senyawa kovalen, dua atom dapat membentuk satu pasang elektron, dua pasang elektron, atau tiga pasang elektron yang bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Ikatan kovalen yang melibatkan satu pasang elektron disebut ikatan kovalen tunggal, sedangkan ikatan kovalen yang melibatkan dua pasang dan tiga pasang elektron disebut ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap tiga.
Contoh senyawa dengan ikatan kovalen rangkap dua:
Contoh senyawa dengan ikatan kovalen rangkap tiga:
Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana hanya salah satu atom saja yang menyumbangkan pasangan elektron untuk dipakai secara bersama. Contoh ikatan kovalen kordinasi pada senyawa HNO3.
Ikatan Kovalen Polar dan Nonpolar
Dalam ikatan kovalen, kedudukan pasangan elektron ikatan tidak selalu sama rata. Hal ini bergantung pada keelektronegatifan unsur yang berbeda. Salah satu akibat dari adanya perbedaan keelektronegatifan adalah polarisasi pada ikatan kovalen.
Jika muatan elektron lebih cenderung pada salah satu unsur atau tidak tersebar secara merata, maka ikatan dalam senyawa tersebut disebut ikatan kovalen polar. Sebaliknya jika muatan elektron tersebar secara homogen (merata) maka ikatan kovalen tersebut nonpolar.
Contoh ikatan kovalen polar pada HCl:
Pada HCl, elektron lebih cenderung tertarik ke arah Cl, sehingga ikatan pada HCl merupakan ikatan kovalen polar
Contoh ikatan kovalen nonpolar pada CCl4:
Pada CCl4 pembagian muatan elektron sama rata, tertarik pada keempat atom Cl sehingga ikatan pada CCl4 merupakan ikatan kovalen nonpolar.
Ikatan Logam
Ikatan yang melibatkan elektron valensi dalam atom logam berbeda dengan ikatan ion ataupun ikatan kovalen. Logam terdiri dari ion – ion positif yang di sekitarnya terdapat lautan elektron valensi. Elektron valensi dalam atom logam ini mudah untuk terdelokalisasi (berpindah). Jika diberikan energi, elektron – elektron tersebut mudah berpindah dari satu atom ke atom lain. Sistem ikatan ini dikenal sebagai ikatan logam.
Adanya ikatan logam ini, mengakibatkan logam memiliki sifat – sifat yang khas di antaranya dapat menghantarkan listrik, memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi, serta mudah untuk ditempa.
Baca juga: Yuk Ketahui Sistem Periodik Unsur
Pemahaman Akhir
Ikatan kimia adalah ikatan kimia merupakan dasar yang menjelaskan konsep dari molekul dan reaksi dalam kimia. Ikatan kimia terjadi karena adanya interaksi antara atom-atom dalam suatu senyawa, yang dapat terjadi melalui berbagai mekanisme ikatan seperti ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
Kaidah oktet menjadi dasar bagi banyak senyawa untuk mencapai kestabilan dengan memiliki delapan elektron valensi. Namun, terdapat beberapa pengecualian di mana senyawa dapat memiliki elektron valensi lebih dari delapan, seperti pada senyawa PCl5, BH3, dan SF6.
Simbol dot Lewis digunakan untuk menggambarkan atom dan molekul dalam ikatan kimia dengan menuliskan simbol unsur dikelilingi oleh titik-titik yang melambangkan elektron valensi. Simbol ini membantu dalam memahami struktur ikatan dan distribusi elektron dalam senyawa.
Pembentukan senyawa ionik terjadi melalui ikatan ion, di mana kation dan anion berinteraksi karena adanya perbedaan muatan. Senyawa kovalen terbentuk melalui ikatan kovalen, di mana atom nonlogam berbagi pasangan elektron secara bersama untuk mencapai kestabilan. Ikatan kovalen dapat menjadi ikatan tunggal, rangkap dua, atau rangkap tiga, tergantung pada jumlah pasangan elektron yang berbagi.
Ikatan kovalen koordinasi terjadi ketika hanya satu atom yang menyumbangkan pasangan elektron untuk membentuk ikatan. Ikatan kovalen dapat bersifat polar atau nonpolar, tergantung pada distribusi muatan elektron dalam ikatan. Ikatan logam melibatkan delokalisasi elektron valensi dalam logam, yang memberikan sifat khas pada logam seperti kemampuan menghantarkan listrik dan keuletan.
Demikianlah penjelasan mengenai ikatan kimia. Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dan membantu kamu dalam memahami ikatan kimia ya.
Selamat belajar.