Mengenal Apa Itu Feminisme

Istilah feminisme merujuk pada sistem gagasan dan praktik politik yang berlandaskan pada prinsip kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Feminisme pun dikelompokkan ke dalam beberapa tipe berbeda dengan prinsip dasar yang beragam pula. Supaya lebih memahami mengenai istilah ini, mari simak penjelasan lengkapnya berikut.

Prinsip Dasar Feminisme

Prinsip Dasar Feminisme
Sumber: Freepik.com

Dalam perspektif feminisme, gender dianggap sebagai elemen tak terpisahkan dari seluruh aspek kehidupan manusia. Gender memengaruhi bagaimana individu mengenali dan menjalani perilaku mereka dalam berbagai konteks, mulai dari tampil di depan umum hingga peran mereka dalam masyarakat.

Karena pentingnya peran gender dalam membentuk realitas sosial, feminisme berargumen bahwa kita harus memandang dan menganalisis realitas sosial melalui lensa gender. Feminisme sendiri memiliki beragam jenis dan aliran, tetapi terdapat lima prinsip dasar yang secara umum diterima oleh berbagai varian feminisme. Prinsip-prinsip ini adalah:

Memperjuangkan Kesetaraan

Feminisme bersifat politis artinya feminisme tidak hanya berkutat dengan ide-ide terkait kesetaraan. Feminisme menghubungkan ide-ide tersebut dengan aksi nyata yang bertujuan untuk mendorong perubahan ke arah kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.

Memperluas Pilihan Individu

Feminisme menolak pandangan gender tradisional yang membatasi kapasitas perempuan dan laki-laki untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Menurut feminisme, seorang perempuan memiliki kapasitas, dan kebebasan untuk melakukan pekerjaan yang identik dengan laki-laki, seperti menjadi politisi dan atlit olahraga.

Sebaliknya, feminisme juga percaya bahwa laki-laki memiliki kapasitas, dan kebebasan untuk melakukan berbagai pekerjaan yang identik dengan perempuan, seperti mengurus rumah tangga dan menjadi guru taman kanak-kanak.

Menghapus Stratifikasi Gender

Feminisme menolak keberadaan undang-undang serta norma budaya yang membatasi kesempatan seorang perempuan untuk mengenyam pendidikan, mendapatkan pekerjaan, dan memperoleh upah yang layak.

Mengakhiri Kekerasan Seksual

Menurut feminisme, ketimpangan antara laki-laki dan perempuan mendorong terjadinya berbagai kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan; mulai dari pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, hingga perkosaan. Mengakhiri kekerasan seksual merupakan salah satu tujuan utama dari gerakan feminisme dalam beberapa tahun terakhir ini.

Mendukung Kebebasan Seksual

Bagi feminisme, perempuan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan seksualitasnya tanpa harus dibayangi oleh rasa takut akan diskriminasi. Feminisme juga mendukung hak reproduksi seorang perempuan.

Artinya, seorang perempuan memiliki kendali penuh untuk menentukan kapan akan hamil, dan apakah ingin mengakhiri kehamilan tersebut atau tidak (selama ini pilihan-pilihan tersebut umumnya ada di tangan laki-laki).

Tipe-Tipe Feminisme

Tipe-Tipe Feminisme
Sumber: Freepik.com

Feminisme merupakan sebuah sistem gagasan yang memungkinkan seorang feminis dapat memaknai gagasan feminisme secara berbeda dari feminis lainnya. Meskipun sama-sama sepakat tentang pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, feminis memiliki perbedaan pandangan terkait cara untuk meraih kesetaraan tersebut.

Perbedaan pandangan inilah yang melahirkan berbagai varian feminisme seperti feminisme liberal, feminisme sosialis, dan feminisme radikal. Inilah penjelasan mengenai tipe-tipe feminisme yang berbeda tersebut.

Feminisme Liberal

Berangkat dari pemikiran liberalisme klasik, feminisme liberal percaya bahwa setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri dan mengejar mimpi-mimpinya.

Namun para praktiknya, masyarakat cenderung membatasi kebebasan perempuan lewat distribusi kesempatan yang tidak merata. Feminisme liberal mencoba memperbaiki kondisi ini dengan memperjuangkan kesetaraan hak (equal rights) antara laki-laki dan perempuan lewat ranah politik; seperti mendorong legislasi Undang-undang Kesetaraan dan Keadilan Gender.

Feminisme Sosialis

Berangkat dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels, feminisme sosialis percaya bahwa kesenjangan antara perempuan dan laki-laki merupakan konsekuensi dari posisi ekonomi perempuan yang lemah. Pandangan patriarkis yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah, dan perempuan sebagai pengurus rumah tangga menjadi penyebab utama lemahnya posisi ekonomi perempuan.

Bagi feminisme sosialis, solusi dari permasalahan ini adalah revolusi sosialis. Revolusi sosialis akan melahirkan sistem ekonomi yang terpusat pada negara, dan menghapus kelas sosial yang ada dalam masyarakat. Hilangnya kelas sosial akan berdampak pada hilangnya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.

Feminisme Radikal

Feminisme radikal menolak solusi yang ditawarkan oleh feminisme liberal dan feminisme sosialis, dengan alasan bahwa kedua solusi tersebut memperjuangkan kesetaraan hak dan revolusi sosialis, serta tidak akan mampu memusnahkan patriarki yang telah mengakar di masyarakat.

Bagi feminisme radikal, satu-satunya cara untuk memusnahkan patriarki (dan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan) adalah dengan menghapuskan gender itu sendiri.

Perkembangan teknologi reproduksi dipandang sebagai salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut. Menurut feminis radikal, dengan memisahkan tubuh wanita dan proses kehamilan lewat teknologi reproduksi, masyarakat dapat terbebas dari belenggu sistem keluarga, gender, serta jenis kelamin.

Tiga Gelombang Feminisme

Sebagai rangkaian praktik-praktik politik, gerakan feminisme dapat dibagi ke dalam beberapa periode yang disebut sebagai “gelombang” (waves). Gelombang pertama dimulai pada tahun 1848, ketika konvensi hak-hak wanita pertama digelar di Seneca Falls, New York. Fokus dari gerakan feminisme gelombang pertama adalah pemberian hak pilih bagi perempuan.

Tuntutan tersebut terwujud pada tahun 1920, lewat amandemen ke-19 dari Konstitusi Amerika Serikat yang berbunyi “hak warga negara Amerika Serikat untuk memilik tidak akan ditolak atau dibatasi oleh Amerika Serikat, atau negara bagian manapun berdasarkan jenis kelamin”.

Gelombang kedua dimulai pada tahun 1962, ketika seorang penulis dan feminis Betty Friedan menerbitkan sebuah buku berjudul “The Feminine Mystique”. Dalam buku tersebut, Friedan bercerita tentang kekecewaan yang dialami oleh perempuan pada masa tersebut, terkait peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.

Pada tahun 1966, Friedan dan aktivis feminis lain mendirikan Organisasi Nasional Perempuan (National Organization for Women; atau NOW) dengan tujuan utama memperluas hak-hak ekonomi perempuan, dan mengentaskan diskriminasi di lingkungan kerja.

Berbeda dengan gelombang pertama yang cenderung fokus pada isu perempuan dan politik (hak pilih), gelombang kedua memiliki fokus yang lebih luas, mulai dari perempuan dalam keluarga, perempuan dan agama, perempuan dan media, hingga perempuan dan kemiskinan.

Gelombang ketiga dimulai pada awal tahun 1990an, dan masih berlangsung hingga detik ini. Gerakan feminisme pada gelombang ini dimanifestikasikan lewat elemen-elemen budaya seperti musik dan seni lukis.

Munculnya seniman, lagu, serta komik-komik yang membawa semangat kesetaraan menjadi contoh gerakan feminisme gelombang ketiga. Pada gelombang ini, gagasan-gagasan yang dibawa oleh gelombang terdahulu terus didiskusikan, dikembangkan, dan dimaknai ulang oleh para feminis.

Kesimpulan

Feminisme merupakan sebuah sistem gagasan, sekaligus rangkaian praktik politik. Sebagai sebuah sistem gagasan, feminisme dapat dibagi ke dalam beberapa tipe, sedangkan sebagai rangkaian praktik politik, gerakan feminisme dapat dipilah ke dalam tiga gelombang yang berbeda.

Namun, perlu diingat bahwa “tipe” dan “gelombang” yang disajikan dalam artikel ini bukanlah penjelasan yang sifatnya final. Dalam beberapa literatur, feminisme memiliki variasi yang lebih kaya, seperti feminisme kultural, feminisme psikoanalisis, hingga feminisme post-modern.

Di sisi lain, pembagian gerakan feminisme ke dalam gelombang menuai kritik dari para ahli, yang menyatakan bahwa gerakan feminisme harus dipandang sebagai gerakan yang cair, saling tumpang tindih, dan tidak dapat dipilah-pilah.

Seperti itulah gambaran mengenai feminisme, sebuah gagasan yang juga menjadi bagian penting untuk dikaji dalam ilmu sosiologi. Feminisme juga termasuk dalam teori yang banyak didiskusikan oleh masyarakat masa kini, sehingga memahami teori ini menjadi hal yang penting.


Sumber:

Macionis, J (2012). Sociology (14th ed.). (2012). New York: Pearson.

Ritzer, G. (2007). The Blackwell Encyclopedia of Sociology. Massachusetts: Blackwell Publishing.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *