English School dan Frankfurt School dalam Hubungan Internasional

Ilmu hubungan internasional diketahui memiliki sifat yang dinamis sehingga membuat perkembangan teori yang tidak statis. Dengan fenomena global yang terus berkembang, perlu pendekatan yang disesuaikan dengan zaman. Dalam hal ini, ada dua pendekatan penting yang ada dalam ilmu hubungan internasional, yaitu English school dan Frankfurt school. Apa maksud dari kedua pendekatan tersebut? Yuk simak uraian penjelasannya berikut.

English School

English School
Sumber: Freepik.com

Aliran atau pendekatan english school pertama kali dikenalkan oleh CAW Manning yang kemudian diikuti oleh Hedley Bull, F. S. Nothledge, dan Alan James. Akan tetapi, ada pula pendapat yang mengatakan jika British Committee on the Theory of International Politics adalah komite yang mengawali English school.

Komite tersebut dipimpin oleh Herbert Butterfield dan tokoh-tokoh penting seperti Adam Watson, Hedley Bull, dan Martin Wright. Penamaan english school ini juga berkaitan dengan tokoh-tokoh pemikir Inggris yang melahirkan aliran tersebut. Terdapat tiga konsep yang menjadi fokus dari aliran english school, yaitu:

Sistem Internasional (International System)

Dalam hal ini, aliran english school akan condong ke arah realisme dan neo-realisme. Aliran ini mengaggap setiap negara memiliki kekuatan politik dan pusat dari teori hubungan internasional adalah proses anarki internasional.

  • Masyarakat Internasional (International Society)

Dalam hal ini, english school dianggap condong pada rasionalisme. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat internasional, terdapat penjelasan mengenai institusionalisme yang menunjukkan jika di dalam sebuah institusi, masing-masing anggota akan saling berbagi identitas dan kepentingan  negara, serta memelihara aturan, norma, dan institusi bersama yang menjadi pusat dari hubungan internasional.

  • Masyarakat Dunia (World Society)

Dalam hal ini, aliran english school dianggap condong pada revolusionalisme. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia menekankan pada populasi global, NGO (organisasi non-pemerintah), dan individu menjadi fokus utama dari pengaturan dan identitas masyarakat dunia. Selain itu, masyarakat dunia juga menempatkan hal-hal utama dari sistem negara masuk ke dalam teori hubungan internasional.

Dari penjabaran di atas, ketiga konsep tersebut menjadi landasan teori dari english school dan ketiga konsep tersebut hadir secara bersamaan. Kemudian, salah satu tokoh english school Martin Wight menyatakan bahwa di antara realisme dan liberalisme, terdapat rasionalisme yang  menjadi via media atau biasa disebut dengan revolusionisme.

Kemudian, english school dianggap berada ditengah realisme dan liberalisme, meskipun begitu aliran ini tidak bermaksud untuk menyatukan kedua teori tersebut. Namun, poin-poin utama yang terdapat di kedua teori tersebut diambil sehingga terhindar dari pilihan yang rumit seperti konflik dan sifat egois negara, serta kerjasama dan sifat manusia yang menjadi perdebatan antara kaum realis dan liberalis.

Frankfurt School

Frankfurt School
Sumber: pch.vector on Freepik

Frankfurt school merupakan suatu aliran yang muncul dari sekelompok ilmuan di Jerman, salah satu nya adalah Jurgen Habermas. Aliran ini juga biasa disebut dengan teori kritis. Teori kritis memiliki hubungan dengan ajaran marxisme, namun lebih menekankan pada birokrasi, kebudayaan, struktur keluarga, dasar sosial otoriterianisme, rasionalitas, dan pengetahuan.

Berbeda dengan kaum marxis yang lebih menekankan pada masyarakat ekonomi. Bagi teori aliran ini, dalam ilmu sosial tidak dapat dipisahkan antara objek penelitian dengan si peneliti, karena peneliti juga merupakan bagian dari objek tersebut. Oleh sebab itu, kaum ini menolak ajaran kaum positivis yang menyatakan bahwa ilmu sosial adalah objektif dan adanya perbedaan antara objek penelitian dengan si peneliti.

Selain itu, aliran ini juga memiliki asumsi-asumsi diantaranya, pertama, sifat alamiah atau yang biasa disebut dengan human nature, yakni sifat individualisme yang terdapat pada manusia ditentukan dengan cara kolektif.

Kedua, ketiadaan fakta mengenai dunia dan sistem yang ada didalamnya, hal ini dikarenakan dalam melakukan penilaian, manusia itu sendiri yang akan  memberi pengaruh pada pandangan dan penjelasan mengenai dunia.

Ketiga, sudah seharusnya terdapat hubungan yang baik antara kepentingan manusia dan emansipasi dalam suatu pengetahuan. Keempat, semua manusia memiliki kepentingan untuk dapat mencapai emansipasi terlepas dari perbedaan etnis, gender, kelas, dan ras yang dimiliki.

Menurut aliran ini, pengetahuan dibentuk oleh pandangan dari masyarakat sehingga menjadi bias. Mereka berupaya untuk mendapatkan pengetahuan yang bertujuan politik. Aliran ini ingin agar manusia terbebas dari struktur politik dunia yang menindas dan kekuatan hegemoni (pengaruh kepemimpinan) yang menguasai perekonomian di dunia.

Aliran teori kritis merumuskan teori-teori yang bersifat emansipatoris atau teori yang berisi mengenai perubahan yang lebih baik untuk semua orang. Namun sayangnya, aliran ini menuai kritik yang menyatakan bahwa metodologi teori kritis memiliki kelemahan, terutama terkait kemandirian akademik. Selain itu, teori yang bersifat emansipatoris dianggap ambigu dan tidak ada kejelasan lebih lanjut.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, masing-masing pendekatan, baik english school maupun  frankfurt school memiliki kesamaan nama yang dibuat berdasarkan nama daerah dari tokoh-tokoh pemikir.

Pendekatan english school memiliki tiga konsep yang menjadi fokusnya, yaitu sistem internasional, masyarakat internasional, dan masyarakat dunia. Sedangkan, frankfurt School memiliki fokus terhadap birokrasi, kebudayaan, struktur keluarga, dasar sosial otoriterianisme, rasionalitas, dan pengetahuan.

Jadi, itulah dua teori atau pendekatan yang ada dalam ilmu hubungan internasional, yaitu English school dan Frankfurt school. Kedua teori ini cukup unik karena namanya diambil dari asal tokoh-tokoh yang mengusung masing-masing pemikiran tersebut.


Sumber:

Baylis, J. (2008). The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations. Oxford: Oxford University Press.

Sørensen, G., Møller, J., & Jackson, R. H.  (1999). Introduction to International Relations. Oxford University Press.

Steans, J., & Pettiford, L. (2009). Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Artikel Terbaru

Avatar photo

Wasila

Lulusan Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya yang saat ini berkecimpung di dunia penerjemahan. Disela-sela kesibukan menerjemah, juga menulis artikel dengan berbagai topik terutama berhubungan dengan kebudayaan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *