Yogyakarta atau sering disingkat disingkat dengan sebutan Jogja ini adalah kota yang terkenal dengan makanan khasnya yaitu, Gudeg. Makanan satu itu merupakan ikon Yogyakarta yang menjadi salah satu makanan khas daerah tersebut. Tak hanya itu, kota ini juga memipunyai variasi tempat wisata yang keindahan tak kalah dengan kota lainnya. Salah satunya yang paling terkenal adalah Malioboro.
Selain tempat wisata, Yogyakarta juga mempunyai kelebihan dalam bidang kesenian lokalnya. Terutama pada alat musik tradisional khas Yogyakarta. Sama halnya dengan tombak Kyai Wijoyo Mukti yang merupakan pusaka pemberian Raja Keraton Yogyakarta, alat musik tradisional juga wajib kita lestarika di era perubahan teknologi yang semakin canggih ini. Tujuan tersebut agar keberadaannya tidak tergantikan oleh alat musik modern lain yang semakin maju.
Untuk membahasnya lebih lanjut, berikut adalah alat musik Yogyakarta dan cara memainkannya:
Daftar Isi
1. Krumpyung
Alat musik tradisional ini asalnya dari Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Biasanya lagu yang dibawakan oleh Krumpyunng adalah Langgam Jawa, Uyon-uyon, dan Campursari. Selain itu, Krumpyung juga dimainkann pada hari kemerdekaan Indonesia, sebagai penyambutan tamu-tamu yang berkunjung dari Istana Negara. Untuk memainkan Krumpyung adalah dengan ditiup.
2. Gejong Lesung
Alat musik yang dimainkan oleh 4 hingga 5 orang ini atau lebih diperdengarkan sebagai instrument musik perkusi yang mengandalkan alat penumbuk padi tradisional. Alat tersebut dinamakan lesung dan alu/antan. Untuk memainkannya, Lesung dipukul dengan alu atau antan pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan. Sehingga alat musik tersebut akan menghasilkan suara “thok thek thok thek” yang saling berahut-sahutan dengan irama indah.
3. Peking
Alat musik tradisional ini termasuk kedalam golongan jenis saron, atau dalam Gamelan Jawa Peking disebut dengan Saron Panerun. Peking menghasilkan nada suara yang paling tinggi. Dengan bentuk fisik Peking yang mempunyai 6 hingga 7 bilah yang disusun pada bingkai kayu sebagai resonatornya.
Untuk memainkan Peking adalah dengan cara dipukul pada lempengan-lempengan yang akan menghasilkan nada berbeda sesuai pada ukuran serta ketebalan bilah logam tersebut.
4. Gong Kecil (Kempul)
Kempul yang merupakan gong ukuran kecil ini merupakan salah satu komponen gamelan yang dimainkan dengan cara di tabuh menggunakan alat pemukul khusus alat musik Gong. Umumnya, Kempul digantung menjadi satu dengan alat musik Gong lainnya. Ia juga termasuk golongan instrumen keras dari gamelan.
Alat musik tradisional ini berhubungan dengan lagu atau gendhing, yang berfungsi sebagai menandai aksen-aksen penting dalam lagu kalimat tersebut.
5. Gambang
Alat musik dengan 18 bilah bambu ternyata juga populer di Yogyakarta. Biasanya Gambang dimainkan dalam kesenian Gambang Kromo. Untuk memainkan Gambang adalah dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul khusus yang pada bagian ujungnya dibalut kain agar menghasilkan suara indah tanpa merusak kepingan logam. Tangga nada yang dihasilkan berbeda yaitu mayor, minor, dan Gregorian.
6. Slenthem
Alat musik tradisional ini juga termasuk instrument gamelan dengan bentuknya dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali, kemudian di rentangkan pada atas tabung-tabung.
Slenthem dimainkan dengan cara ditabuh. Sama halnya dengan saron, ricik, dan balungan saat ditabuh, suara yang dihasilkan Slenthem merupakan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada alat musik tersebut.
7. Gender
Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul ini juga menjadi komponen gamelan Jawa. Gender mempunyai 10 hingga 14 bilah logam kuningan, dengan nada yang berbeda-beda sesuai dengan nada yang dimainkan.
Untuk gamelan Jawa mempunyai tiga gender yakni slendro, pelog pathet nem, dan lima, serta pelog pathet barang.
8. Gong Sebul
Gong Sebul merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu. Walau diberi nama Gong, namun bentuk fisik alat musik ini tidak seperti Gong pada umumnya. Namun berupa sepotong bambu petung atau bambu raksasa dengan panjangnya sesuai dengan nada yang akan dihasilkannya. Gong sebul dimainkan dengan cara di tiup.
9. Gendang
Tidak hanya ada di Jawa Tengah dan Jawa Barat, Gendang juga terkenal di Yogyakarta. Gendang dipermainkan sebagai pengatur irama yang dimainkan dengan cara ditabuh. Untuk ukuran Gendang kecil disebut Ketipug, ukuran Gendang sedang disebut kebar atau kendang ciblon. Gendang bisa juga dimainkan dengan cepat untuk pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.
Baca juga: Alat Musik Jawa Tengah
10. Demung
Alat musik tradisional ini juga termasuk kedalam instrumen gamelan. Demung mempunyai wilahan saron yang menghasilkan nada lebih rendah. Umumnnya, tabuh Demung dibuat dari kayu dengan bentuk seperti palu namun lebih besar dan lebih berat ketimbang tabuh saron. Demung dimainkan dengan cara ditabuh yang sesuai nada secara bergantian antara demung 1 dan demung 2.
11. Rinding Gumbeng
Alat musik tradisional ini aslinya berasal dari Gunung Kidul. Kesenian ini menjadi identitas pada kehidupan masyarakat Gunung Kidul yang terkenal sederhana, ulet, hingga dekat dengan alam. Rinding Gumbeng juga merupakan sebuah tradisi rakyat setempat yang tidak terpisahkan dengan sistem bertani masyarakatnya.
Untuk memainkan dengan Rinding Gumbeng adalah dengan cara diletakkan dibibir mulut dan sedikit merenggang.
12. Gong Kumodhog
Istilah nama alat musik tradisional ini berasal dari bahasa Jawa yang terdiri dari kata gong dan kumodhog. Gong Kumodhog dimainkan dalam kesenian Siteran dari dukuh Penggok, Kelurahan Tri Mulyo, Kecamatan Jetis, Bantul. Gong Kumodhog dibuat dari 2 bilah besi atau perunggu dengan panjang sekitar 45 cm dan lebar 25 cm.
Untuk memainkan Gong Kumodhog adalah dengan cara memukul gong yang dimainkan oleh satu orang dewasa atau remaja.
13. Dhodhog
Alat musik tradisional ini dimainkan pada kesenian Barzanzi dan Angguk di Kopen WOnokerto, Turi Sleman. Suara yang dihasilkan oleh Dhodhog terdengar suara “dug-dug” sehingga dinamakan ‘dhodhog’ atau ‘bedhug’. Dhodhog dibuat dari beragam jenis kayu seperti jati, kayu nangka, atau kayu kelapa. Untuk memainkan Dhodhog dengan cara ditabuh.
14. Terbang
Nama alat musik tradisional ini berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai kesamaan dengan arti rebana. Terbang biasanya dimainkan dalam kesenian Slawatan Katolik di Demangan, Kelurahan Argodadi, Kecamatan Sedayu, Bantul.
Terbang dibuat dari bahan kayu nangka dan kulit sapi dengan bentuk menyerupai mangkok atau setengah bulat. Untuk memainkan Terbang adalah dengan cara dipukul.
15. Thunthung
Thunthung biasanya dimainkan dalam kesenian musik pek bung di Klindon Mantren, Sukaharjo, Ngaglik, Sleman. Namanya diambil dari suara yang dihasilkan oleh Thunthung yang terdengar bunyi ‘thung-thung’.
Baca juga: Alat Musik Jawa Barat
Alat musik tradisional ini dibuat dari bambu petug, dan diutamakan yang mempunyai kualitas keras. Dengan bentuknya yang sama seperti kenthongan bambu, pada bagian atas thunthung dipasang sebilah bambu yang kemudian dipaku. Sementara itu, di masyarakat thunthung dipergunakan sebagai pengiring tarian anak-anak. Dimainkannya dengan cara ditabuh.
Penutup
Kesenian tradisional Yogyakarta memiliki keunikan dan kekayaan yang patut diapresiasi. Dalam pembahasan ini, telah dijelaskan berbagai alat musik tradisional khas Yogyakarta beserta cara memainkannya. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Yogyakarta memiliki beragam alat musik tradisional yang menjadi bagian dari warisan budaya dan seni daerah tersebut. Alat-alat musik ini memainkan peran penting dalam mempertahankan dan memperkaya tradisi musik lokal.
Beberapa alat musik tradisional yang disebutkan, seperti Krumpyung, Gejong Lesung, Peking, Gong Kecil (Kempul), Gambang, Slenthem, Gender, Gong Sebul, Gendang, Demung, Rinding Gumbeng, Gong Kumodhog, Dhodhog, Terbang, dan Thunthung, memiliki keunikan masing-masing baik dalam bentuk, cara memainkan, maupun fungsi dalam kesenian tradisional.
Alat musik tradisional Yogyakarta tersebut digunakan dalam berbagai kesenian lokal, seperti gamelan Jawa, Langgam Jawa, Uyon-uyon, Campursari, dan kesenian daerah lainnya. Mereka memberikan kekayaan dan keindahan dalam ekspresi musik tradisional.
Pentingnya melestarikan alat musik tradisional ini di era teknologi yang semakin canggih adalah untuk menjaga keberadaan dan keaslian musik tradisional Yogyakarta. Dalam perkembangan zaman, alat musik modern semakin maju, namun alat musik tradisional tetap memiliki nilai seni dan keunikan tersendiri yang perlu dilestarikan.
Dengan memahami dan menghargai keberadaan alat musik tradisional ini, kita dapat turut serta dalam menjaga dan menghidupkan warisan budaya Yogyakarta. Melalui kesenian tradisional, kita dapat mempelajari sejarah, kearifan lokal, dan keindahan yang dimiliki oleh daerah ini.