12 Alat Musik Tradisional Aceh Serta Penjelasannya

Aceh merupakan provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Kota ini juga menjadi salah satu provinsi yang diberi kewenangan otonomi khusus. Letaknya tepat di ujung pulau Sumatera dan provinsi paling barat di Indonesia.

Aceh memiliki tempat wisata yang lengkap, seperti wisata alam daratan tingi, wisata Museum, Keluarga, wisata anak, hingga pantai. Tak hanya itu, Aceh juga mempunyai kesenian dan kebudayaan leluhur yang wajib dijaga dan dilestarikan.

Beberapa alat musik tradisional Aceh memiliki kemiripan dengan alat musik tradisional daerah lain, tetapi bila kita lihat secara detail, ada perbedaan yang cukup jelas antara satu dan lainnya.

Alat musik tradisional ini juga mempunyai ragam jenis yang lumayan banyak. Setiap jenisnya memiliki keunikan masing-masing. Apa saja alat musik tradisional Aceh? Simak sebagai berikut:

1. Arbab

arbab
Sumber Foto: macamalatmusik.blogspot.com

Alat musik tradisional ini pernah terkenal di daerah Pidie, Aceh Besar hingga Aceh Barat. Arbab juga termasuk alat musik tradisional yang hampir punah. Sebab, kini Arbab sulit ditemukan dan mulai tergeser dengan alat musik modern seperti biola.

Arbab digunakan pada saat acara pertunjukan rakyat, hiburan rakyat, pasar malam, dan sebagainya. Arbab memiliki 2 bagian instrumen induk atau badan Arbab dan penggesek.

Alat musik yang terbuat dari batok kelapa, kayu, kulit kambing, dan senar ini dimainkan dengan cara digesek.

2. Bereguh

bereguh
Sumber Foto: tahleela1salarzai.blogspot.com

Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara ditiup pada ujung instrumen yang meruncing dan melengkung. Bereguh terbuat dari tanduk kerbau.

Umumnya, bereguh tidak digunakan sebagai bermain musik, tetapi dimainkan sebagai alat komunikasi antara dua atau beberapa orang yang berada diposisi jauh atau tepatnya di hutan. Dengan meniupnya, kelompok lain akan tahu perkiraan jarak orang yang meniup instrumen tersebut.

Penggunaan alat musik tradisional ini tersebar ke seluruh wilayah Aceh, khususnya Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara.

3. Calempong

calempong
Sumber Foto: mantabz.com

Alat musik tradisional ini dapat kita temukan di daerah Kabupaten Tamiang. Calempong terdiri dari beberapa potongan kayu yang dimainkannya dengan cara disusun antara kedua kaki pemainnya.

Calempong dimainkan oleh kaum wanita yang khususnya masih gadis, tetapi sekarang alat musik tradisional ini hanya dimainkan orang tua (wanita). Kesenian ini biasanya dimainkan sebagai pengiring tarian Inai.

4. Rapai

rapai
Sumber Foto: menatap-aceh.blogspot.com

Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh ini berasal dari Aceh. Masyrakat Aceh mempercayai bahwa alat musik ini diciptakan oleh Syekh Ahmad bin Rifa’i yang merupakan seorang pendiri tarikat Rifa’iyyah.

Alat musik tabuh ini dimainkan dengan tangan kosong atau tidak menggunakan stik. Fungsi Rapai biasanya untuk mengatur ritme, tempo, gemerincing ketika lantunan syair-syair Islami sedang dinyanyikan. Tak hanya itu, Rapai juga dimainkan hampir pada setiap seni tarik suara tradisional di Aceh.

5. Taktok Trieng

taktok trieng
Sumber Foto: kalimat.id

Mirip dengan Rapai, alat musik tradisional yang terbuat dari bahan dasar bambu ini dimainkan dengan cara dipukul. Taktok Trieng bisa kita temukan di daerah Kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya.

Menurut masyarakat, Taktok Trieng dikenal dengan 2 jenis, yaitu di pergunakan di Meunasah, di balai-balai pertemhan dan ditempat lain yang terlihat wajar untuk ditempatkan alat ini. Dan yang kedua dipergunakan di sawah-sawah untuk mengusir hewan seperti burung atau serangga lainnya yang merusak hasil panen.

6. Tambo

tambo
Sumber Foto: macamalatmusik.blogspot.com

Alat musik tradisional ini dibuat dari Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi, dan rotan yang berfungsi sebagai alat peregang kulit. Bentuk Tambo sejenis dengan alat kesenian Tambur yang dimainkan dengan cara dipukul.

Dulunya, Tambo dipergunakan sebagai alat komunikasi untuk menandakan waktu shalat wajib 5 waktu dan mengumpulkan warga ke Meunasah guna membicarakan masalah yang ada dalam suatu kampung.

Namun, saat ini Tambo mulai jarang digunakan, sebab adanya alat musik modern seperti mikrofon.

7. Bansi / Bangsi Alas

bansi
Sumber Foto: wikipedia.org

Alat musik tradisional yang ditiup ini berkembang di Lembah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Bangsi Alas memiliki ukuran dengan panjang 41 cm dengan diameter 2,8 cm, dan 7 buah lubang pada bagian atas bansi. Setiap lubang Bangsi Alas memiliki lebar yang berbeda, semakin ke ujung lubangnya akan semakin lebar.

Dahulu, Bangsi Alas dimainkan sebagai pengiring Tarian Landok Alun. Tarian tersebut merupakan tarian khas dari Desa Telangat Pangan dengan kisah kegembiraan petani yang mendapatkan lahan baru dan kondisi tanah baik.

Lagu-lagu yang dimainkan alat Bangsi Alas ini antaranya adalah: Canang Ngaro, Canang Ngarak, Canang Patam-patam, dan lain-lain.

8. Canang Trieng

canang trieng
Sumber Foto: senibudayasia.com

Alat musik tradisional ini bisa kita temukan pada kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan tempatnya. Seperti Aceh disebut “Canang Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di Tamiang disebut “Kecapi”, dan di Alas disebut “Kecapi Olah”.

Canang dibuat dari kuningan dengan bentuk yang mirip seperti Gong. Hampir setiap daerah Aceh terdapat alat musik ini dengan pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.

Umumnya, Canang digunakan sebagai pengiring tarian tradisional. Dan bisa difungsikan sebagai hiburan anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan saat mengisi waktu senggang atau sesudah menyelesaikan pekerjaan di sawah.

9. Geundrang

geundrang
Sumber Foto: wikipedia.org

Alat musik tradisional ini umumnya kita temukan di daerah Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Utara. Bentuk dari Geundrang adalah bersilinder dengan panjang 40 hingga 50 cm dengan diametet 18 hingga 20 cm.

Geundrang dibuat dari bahan kulit nangka, kulit kambing, kulit sapi yang tipis, atau rotan. Pada bagian ujung Geundrang diberi kerincing, sehingga saat di talu Geundrang akan menghasilkan suara kerincingan.

Alat musik ini juga bisa kita dengar dengan kejauhan jarak 3 hingga 4 km. Geundrang berperan sebagai alat pelengkap tempo dalam musik tradisional.

10. Serune Kalee

serune kalee
Sumber Foto: atjehliterature.blogspot.com

Alat musik tradisional yang mirip dengan terompet ini masih satu klasifikasi dengan aerofon. Serune Kalee digunakan sebagai instrumen utama pada pertunjukan musik tradisi di Aceh, yang juga diikuti iringan Geundrang, Rapai, dan sejumlah instrumen tradisional lainnya.

Sampai saat ini, Serune Kalee masih dilestarikan oleh masyarakat Aceh dan berperan penting dalam ritus-ritus sosial warga Aceh.

Selain di Aceh, Serune Kalee juga bisa temukan di daerah Sumatera lainnya, seperti Minangkabau dan Agam.

11. Kecapi Aceh

kecapi aceh
Sumber Foto: silontong.com

Kecapi Aceh ini berasal dari daerah Tamiang, Kabupaten Aceh Timur. Bahan yang dipilih juga dari bahan bambu yang sudah cukup tua, dengan jenis bambu olog reglu dan oloh untungnya.

Alat musik tradisional ini dimainkan dengan permainan tunggal di teras sebagai hiburan seusai bekerja. Biasanya, para pemain Kecapi ini terdiri dari wanita.

Kecapi Aceh ini masih tergolong alat ideopon, sebab talinya yang terbuat dari bambu.

12. Genggong

genggong
Sumber Foto: mantabz.com

Alat musik tradisional ini termasuk salah satu jenis musik instrumen Pakpak yang menyerupai instrumen Saga-saga. Genggong dibuat dari bahan paku besi atau rusuk payung. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa Genggong adalah perubahaan dari Saga-saga.

Genggong menghasilkan suafa yang lembut, tetapi dengan nada lebih kuat dibandingkan Saga-saga. Nada yang dihasilkan pun tergantung dari nafas pemainnya. Maka dari itu, nada Genggong tidak dapat diubah-ubah, dan hanya ditentukan oleh sang pemain.

Pemahaman Akhir

Aceh, sebagai provinsi di Indonesia, memiliki kekayaan budaya dan kesenian yang unik. Provinsi ini tidak hanya terkenal dengan tempat wisata alamnya yang menakjubkan, tetapi juga dengan warisan musik dan budaya tradisionalnya.

Alat musik tradisional Aceh mencerminkan keberagaman budaya dan sejarah daerah tersebut. Beberapa alat musik tradisional Aceh yang terkenal antara lain Arbab, Bereguh, Calempong, Rapai, Taktok Trieng, Tambo, Bansi/Bangsi Alas, Canang Trieng, Geundrang, Serune Kalee, Kecapi Aceh, dan Genggong. Setiap alat musik tersebut memiliki karakteristik dan peran yang berbeda dalam budaya dan kesenian Aceh.

Alat musik tradisional Aceh digunakan dalam berbagai acara dan pertunjukan, seperti upacara adat, perayaan keagamaan, dan acara kesenian. Mereka tidak hanya menghasilkan musik yang indah, tetapi juga menjadi bagian integral dari identitas budaya Aceh.

Pelestarian alat musik tradisional Aceh sangat penting untuk menjaga warisan budaya dan kekayaan seni daerah ini. Masyarakat Aceh, pemerintah, dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk melestarikan dan mengenalkan alat musik tradisional Aceh kepada generasi muda. Dengan cara ini, nilai-nilai budaya, sejarah, dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya dapat dijaga dan dilestarikan.

Melalui pengenalan dan apresiasi terhadap alat musik tradisional Aceh, kita dapat memahami lebih dalam tentang budaya, sejarah, dan keunikan daerah ini. Alat musik tradisional menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat identitas budaya dan memperkaya pengalaman seni masyarakat Aceh.

Dengan terus melestarikan dan mengapresiasi alat musik tradisional Aceh, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya dan kekayaan seni ini tetap hidup dan terus diwariskan kepada generasi mendatang.

Demikian uraian alat musik tradisional Aceh yang perlu kita lestarikan dan dijaga agar tidak punah. Semoga artikel ini bermanfaat!

Artikel Terbaru

Avatar photo

Dwi

freshgraduated from Politeknik Negeri Medan.

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *