Sudah bukan hal baru lagi jika Yogyakarta dikenal menjadi provinsi yang kental akan nilai-nilai kesenian dan kebudayaan. Bukan hanya tempat wisatanya saja yang terkenal luas, kebudayaan yang dimiliki Yogyakarta juga selalu jadi sorotan misalnya saja pakaian adatnya.
Jenis pakaian adat Yogyakarta tidak hanya terbatas untuk upacara adat saja, melainkan juga dikenakan dalam kegiatan sehari-hari serta acara pernikahan. Untuk mengetahui pembagian semua pakaian adat Yogyakarta, mari simak penjelasannya berikut.
Daftar Isi
Pakaian Adat Tradisional Sehari-hari Yogyakarta
Dalam aktivitas sehari-hari, masyarakat Yogyakarta juga kerap mengenakan pakaian adat tradisionalnya. Nah, berikut ini ada 3 macam pakaian adat Yogyakarta yang khusus dipakai untuk kegiatan sehari-hari.
Baca juga: 15 Alat Musik Yogyakarta
Dari gambar pakaian adat Yogyakarta yang tercantum, pastinya banyak masyarakat yang sudah tak asing lagi dengan pakaian tersebut. Surjan, nama pakaian adat Yogyakarta ini telah lama dikaitkan dengan pakaian khas masyarakat Jawa Tengah. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, surjan berasal dari Yogyakarta.
Dalam penggunaannya, surjan lebih banyak dipakai oleh pria, tetapi sebenarnya juga bisa dipakai oleh wanita dalam bentuk kebaya. Ada beberapa macam surjan yang dibedakan dari motifnya yaitu surjan lurik, surjan jaguar, dan surjan ontokusumo.
Surjan lurik menjadi jenis surjan yang paling populer dan dikenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai simbol kesederhanaan masyarakat Jawa. Sebagai pelengkap, pemakaian surjan terkadang dilengkapi dengan kain jarik sebagai bawahan dan blangkon sebagai penutup kepala.
Kebaya Yogyakarta
Bagi para wanita Yogyakarta, untuk kegiatan sehari-hari mereka juga mengenakan kebaya sama seperti wilayah Jawa pada umumnya. Mengenai ciri-cirinya, kebaya Yogya berupa blus tipis yang pemakaiannya dikenakan setelah kemben.
Lalu, dalam hal simbol, pakaian adat Yogyakarta ini melambangkan perilaku para wanita yang lemah lembut. Untuk melengkapi penampilannya, para wanita Yogyakarta biasanya akan menggunakan konde sebagai tata rambutnya.
Pakaian Upacara Adat Yogyakarta
Di samping pakaian adat tradisional untuk kepentingan sehari-hari, Yogyakarta juga punya pakaian adat yang dikhususkan untuk pemakaian saat upacara adat. Terdapat banyak macam dari pakaian untuk upacara adat Yogyakarta dan beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Sabukwala
Dalam budaya Yogyakarta, terdapat upacara adat tetesan yaitu upacara sunat untuk anak perempuan. Dalam upacara adat ini, anak perempuan akan mengenakan pakaian adat yang disebut dengan sabukwala.
Komponen dari sabukwala ini terdiri dari kain cindhe, lonthong atau sabuk, ikat pinggang yang disebut kamus bludiran, dan slepe. Selanjutnya, dilengkapi juga dengan pemakaian aksesori di antaranya subang, gelang kana, dan kalung susun.
Pinjung
Di Yogyakarta, terdapat pula upacara adat tarapan yaitu upacara adat unuk remaja putri yang baru mengalami haid pertama mereka. Nama pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan dalam upacara ini dijuluki dengan pinjung. Komponen pakaian adat pinjung ini hampir sama dengan sabukwala yaitu terdiri dari kain cindhe, lhontong atau sabuk, ikat pinggang atau kamus bludiran, slepe, serta selendang tritik.
Kemudian, dari segi aksesorinya, para remaja putri Yogyakarta ini akan memakai kalung, gelang kana, dan giwang (anting-anting). Namun, perlu diketahui jika pinjung tak hanya digunakan pada saat upacara tarapan saja, melainkan juga dikenakan pada upacara ageng dan alit.
Semekan
Semekan merupakan nama pakaian adat Yogyakarta yang berupa kain panjang dengan ukuran 250 cm x 60 cm. Kain ini biasanya dikenakan oleh para abdi dalem keparak. Semekan dikenakan dengan cara dililitkan ke badan di bawah ketiak sampai ke atas pinggul, dari arah kiri ke kanan.
Sebelum semekan ini dikenakan ubet-ubet, salah satu komponen dalam semekan dilipat ke arah dalam supaya tidak nampak dari luar. Lantas, untuk mengikat bagian luar semekan, dikenakanlah udet atau tali yang dipakai melingkar di bawah dada seperti gambar pakaian adat Yogyakarta semekan yang tercantum.
Tirakatan
Baju tirakatan sesuai dengan namanya adalah baju yang dikenakan dalam upacara tirakatan atau upacara tuguran oleh para pria. Komponen dari pakaian adat Yogyakarta ini terdiri dari sikepan, kendhit, kain batik yang bemotifkan parang barong, kamus timang (ikat pinggang), keris branggah, dan kuluk polos (penutup kepala).
Pranakan
Nama pakaian adat Yogyakarta pranakan difungsikan untuk dipakai oleh para abdi dalem keraton pria. Bisa dikatakan jika pakaian ini termasuk pakaian kedinasan para abdi dalem dalam menjalankan tugas di keraton maupun di luar keraton.
Komponen pakaian adat pranakan terdiri dari kain lurik dengan warna hitam atau biru tua dengan motif garis telupat. Untuk penutup kepala, para abdi dalem pria diharuskan mengenakan blangkon atau dhestar atau udheng sesuai dengan gaya Yogyakarta. Kemudian, untuk bagian bawahannya, pakaian adat pranakan menggunakan kain jarik, bebed, sinjang, atau nyamping.
Basahan
Upacara adat lainnya yang ada di Yogyakarta yaitu upacara adat siraman. Pada upacara adat ini, para wanita akan mengenakan pakaian adat Yogyakarta yang bernama baju basahan. Pakaian basahan terdiri dari kain batik yang hanya menutup dada, kemben, dan stagen.
Pakaian Adat Pengantin Yogyakarta
Bukan hanya untuk aktivitas sehari-hari maupun upacara adat, masih ada jenis lain dari pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan untuk acara pernikahan. Untuk mengetahui apa saja nama pakaian adat Yogyakarta pengantin, simak pembagiannya berikut ini.
Kasatrian
Menurut sejarahnya, pakaian adat pengantin kasatrian dulu dipakai oleh para putri dan putra sultan dalam menghadiri suatu acara perjamuan. Namun, setelah berkembangnya zaman, pakaian kasatrian dipakai pada upacara adat midodareni atau upacara menjelang hari pernikahan. Serta, dikenakan saat upacara panggih atau pertemuan kedua mempelai pengantin.
Bagi para pria, pakaian kasatrian yang dikenakan berupa kain batik (bukan prada) dengan motif sidoasih, sidomukti, sidoluhur, parangkusuma, semen rama, udan riris atau truntum. Kemudian, dilengkapi dengan pemakaian lhontong atau sabuk, kamus atau ikat pinggang, serta timag kreteb atau pengencang kamus, keris, blangkon, dan surjan dari sutera dengan motif polos atau bunga kembang batu. Untuk alas kakinya, para pria akan menggunakan selop polos.
Sementara itu, untuk para wanita, jenis kain yang dikenakan sama dengan pria, lalu menggunakan kebaya pendek warna biru tua, hijau tua, merah tua, atau hitam yang berbahan sutra. Warna kebaya yang dikenakan akan menyesuaikan dengan pakaian yang dipakai oleh para pria.
Lantas, para pengantin wanita juga akan menggunakan baju tanpa kuthu baru atau penutup dada. Untuk aksesorisnya terdiri bros bunga sebanyak 3 buah, kalung, giwang, gelang, dan cincin. Pemakaian selengkapnya dari baju kasatrian bisa kamu lihat lewat gambar pakaian adat Yogyakarta kasatrian di atas.
Kasatrian Ageng
Sebelum dikenakan sebagai pakaian adat pengantin, kasatrian ageng dipergunakan dalam upacara adat malam selikuran. Komponen dari pakaian ini untuk para pria meliputi kain batik prada berbagai motif seperti sidoluhur dan sidoasih.
Kemudian, dilengkapi dengan surjan sutra motif daun atau bunga, sabuk, ikat pinggang, timang kreteb, keris, dan kuluk kanigara hitam. Untuk aksesoris yang dikenakan berupa bros, karset, rantai, oncen, dan kolang keris.
Sementara itu, para pengantin wanita mengenakan kain batik prada dengan motif sama seperti pengantin pria, lalu kebaya panjang bahan sutra, baju tanpa kuthu baru, dan bros sebanyak 3 buah. Untuk perhiasan yang dikenakan berupa giwang, kalung, cincin, dan gelang.
Yogya Putri
Pakaian pengantin Yogya putri dulunya dikenal dengan pakaian agustusan dikarenakan dipakai oleh para putra dan putri Sultan untuk menghadap Gubernur saat bulan Agustus. Lambat laun, penggunaannya pun berganti untuk acara adat pernikahan.
Komponen dari pakaian adat Yogya putri bagi pria terdiri dari kain batik prada dengan berbagai varian motif di antaranya sidoluhur, sidomukti, sidoasih, dan lainnya. Kemudian, memakai sabuk, ikat pinggang bordir, bara, timang kreteb, kuluk kanigara, serta keris. Aksesori pelengkap yang dikenakan meliputi bros, karset, rantai jam, serta cincin.
Bagi para wanita, komponen yang dipakai terdiri dari kain batik prada dengan motif yang sama dengan pengantin pria dan kebaya blenggen atau kebaya yang bersulamkan emas. Untuk aksesorinya, pengantin wanita mengenakan kalung, cincin, dan gelang.
Paes Ageng Jangan Menir
Nama pakaian adat Yogyakarta berikutnya yang dikenakan dalam upacara adat pernikahan adalah paes ageng jangan menir. Sebelumnya, pakaian adat ini dikenakan dalam acara boyong, suatu upacara adat dari kraton menuju ke kediaman pria. Tetapi, sekarang pakaian adat ini dipakai dalam upacara adat panggih.
Pengantin pria yang menggunakan paes ageng jangan menir akan mengenakan kain chinde kembaran, baju blenggen, ikat pinggang, kamus bludiran, timang kreteb, kuluk kanigara, serta keris branggah. Lalu, aksesoris yang dipakai terdiri dari bros 3 buah, oncen, karset, kelat bahu motif ular naga, gelang kana, cincin, dan kalung susun tiga.
Untuk pengantin wanita, pakaian yang dikenakan adalah kain chinde untuk kemben, kain biasa dengan warna senada dengan kemben, baju blenggen beludru panjang, baju blenggen tanpa kuthu baru, udhet, buntal, dan slepe. Perhiasan atau aksesorinya terdiri dari sengkang royok, kalung susun tiga, gelang kana, kelat bahu motif ular naga, serta cincin.
Paes Ageng Kebesaran
Sama seperti pakaian adat pengantin sebelumnya, paes ageng kebesaran juga punya sejarahnya sendiri. Pakaian ini dikenakan pada saat upacara adat panggih di kraton, tetapi sekarang sudah dikenakan dalam upacara adat panggih oleh masyarakat Yogyakarta secara luas.
Bagi para pengantin pria, komponen paes ageng kebesaran yang dipakai meliputi kain kampuh yaitu sebuah batik motif sidomukti dengan panjang 4 meter, celana cindhe, sabuk atau lhontong, ikat pinggang bordir atau kamus bludiran, timang kreteb, buntal, mogo, keris branggah, dan kuluk kanigara polos warna biru. Dilengkapi dengan aksesori seperti subang ronyok, karset, kalung susun tiga, gelang kana, kelat bahu, dan cincin.
Sedangkan, pengantin wanitanya memakai kain kampuh, kain cindhe, slepe, serta udhet cindhe. Dilengkapi dengan pemakaian aksesori di antaranya kalung susun tiga, sengkang ronyok, gelang kana, kelat bahu, dan cincin.
Baca juga: 12 Suku di Jawa Serta Penjelasannya
Pemahaman Akhir
Provinsi Yogyakarta dikenal dengan kekayaan nilai-nilai kesenian dan kebudayaannya yang kental. Pakaian adat Yogyakarta merupakan salah satu aspek penting dari kebudayaan ini. Pakaian adat Yogyakarta tidak hanya digunakan dalam upacara adat, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari dan acara pernikahan.
Untuk kegiatan sehari-hari, terdapat tiga macam pakaian adat Yogyakarta yang umum dipakai. Pertama, surjan yang merupakan pakaian khas masyarakat Jawa Tengah, namun berasal dari Yogyakarta. Surjan biasanya dipakai oleh pria dan bisa juga oleh wanita dalam bentuk kebaya. Kemudian, ada kebaya Yogyakarta yang digunakan oleh wanita dalam aktivitas sehari-hari, melambangkan kesopanan dan kelembutan para wanita Yogyakarta. Terakhir, ada pakaian adat tradisional yang dipakai pada kegiatan sehari-hari oleh abdi dalem keparak keraton, yang terdiri dari berbagai macam pakaian adat dengan beragam motif.
Selain pakaian adat untuk kegiatan sehari-hari, Yogyakarta juga memiliki pakaian adat yang dikhususkan untuk upacara adat. Beberapa jenis pakaian adat ini antara lain sabukwala, pinjung, semekan, tirakatan, dan pranakan. Setiap pakaian adat ini memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam upacara adat yang dilaksanakan.
Pada saat acara pernikahan, Yogyakarta memiliki beberapa jenis pakaian adat pengantin. Beberapa di antaranya adalah kasatrian, kasatrian ageng, Yogya putri, paes ageng jangan menir, dan paes ageng kebesaran. Setiap pakaian adat pengantin ini memiliki karakteristik dan aksesoris yang khas, dan dipakai sesuai dengan tradisi adat dalam upacara pernikahan.
Pakaian adat Yogyakarta bukan hanya sekadar kostum, tetapi juga merupakan lambang dari kebudayaan yang turun-temurun dan menjadi identitas budaya masyarakat Yogyakarta. Keanekaragaman pakaian adat ini mencerminkan nilai-nilai adat dan kearifan lokal yang masih dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pakaian adat Yogyakarta menjadi bagian penting dalam memperkuat dan mempertahankan kebudayaan tradisional yang kaya dan beragam di provinsi ini.
Itulah aneka ragam pakaian adat Yogyakarta dimulai dari pakaian untuk aktivitas sehari-hari sampai acara pernikahan. Meskipun zaman sudah beralih ke modern, namun mengingat Yogyakarta adalah provinsi istimewa yang masih memegang teguh adat istiadatnya, maka pakaian adat tersebut pun tetap terus dikenakan sesuai dengan acara adatnya.