Proses dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya fokus pada penguatan materi bidang pelajaran. Lebih dari itu, proses dan penyelenggaraan pendidikan harus berorientasi juga pada penguatan pendidikan karakter pada diri siswa.
Penguatan pendidikan karakter tidak hanya tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran agama atau mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Penguatan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, mulai dari guru, tenaga kependidikan, manajemen sekolah, dan tentunya semua warga sekolah.
Untuk menyelenggarakan penguatan pendidikan karakter di sekolah, semua warga sekolah dan yang terlibat di dalam sistem sekolah harus memiliki satu pemahaman tentang pendidikan karakter ini. Jika ada salah satu yang tidak sejalan, maka dapat dipastikan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tidak akan terlaksana maksimal.
Sebelum lebih jauh membahas tentang pendidikan karakter di sekolah, kita simak dulu beberapa pengertian dari para ahli yang akan menjadi gambaran dan acuan dalam memahami pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
Daftar Isi
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter secara umum diartikan sebagai sebuah tatanan sistem pendidikan yang memiliki tujuan dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Pada tatanan sistem pendidikan ini terdapat beberapa komponen, yaitu pengetahuan tentang karakter, kesadaran atau keinginan untuk menjiwai karakter, dan tentunya aktualisasi dalam nilai-nilai karakter dalam tindakan nyata.
Dari pengertian umum itu setidaknya ada poin penting dalam pelaksanaannya, yaitu siswa harus tahu tentang karakter yang harus terbentuk pada dirinya, siswa harus sadar dan punya keinginan untuk memiliki karakter tersebut, dan siswa harus menampilkan perilaku nyata dalam bentuk tindakan yang mencerminkan karakter tersebut.
Baca juga: Model Pembelajaran Discovery Learning
Sementara itu pendidikan karakter menurut para ahli bisa kita simak pada penjabaran berikut:
Pendidikan Karakter Menurut Thomas Lickona
Pendidikan karakter merupakan upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Dari pengertian, Thomas Lickona menekankan 3 hal, yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.
Penekanan pada pendidikan karakter di sekolah harus di awali dengan mengenalkan siswa dengan kebaikan agar semua siswa mengetahui kebaikan. Selanjutnya siswa dilatih dan diasah agar mencintai kebaikan dengan segala aktivitasnya, dan yang terakhir siswa harus didorong untuk melakukan kebaikan sebagai aktualisasi dari nilai-nilai karakternya.
Pendidikan Karakter Menurut Doni Koesoema
Pendidikan karakter menurut Doni Koesoema menekankan pada pemberian kesempatan kepada individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap baik, luhur, dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi dengan dirinya, sesama manusia dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pada pengertian tersebut penekanannya berkaitan dengan kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang baik dan digunakan untuk keperluan dirinya. Selain itu pengamalan dari nilai-nilai ini pun digunakan untuk berinteraksi dengan sesama dan pastinya digunakan juga untuk berinteraksi dengan sang pencipta.
Pendidikan Karakter Menurut John W. Santrock
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada siswa untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pelajaran kepada siswa mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.
Santrock menekankan pendidikan karakter pada penanaman nilai moral dan memberikan pengetahuan tentang nilai moral. Tujuan dari penanaman dan pemberian pemahaman mengenai nilai moral tersebut agar para siswa bisa menghindari perilaku dan perbuatan yang dilarang oleh hukum agama dan hukum negara.
Pendidikan Karakter Menurut David Elkin
Pendidikan karakter adalah adalah suatu metode pendidikan yang dilakukan oleh guru untuk memengaruhi karakter siswa. Pada konteks pendidikan karakter ini, Elkin menekankan bahwa tugas guru tidak hanya sekedar mengajarkan materi pelajaran. Namun guru harus memberikan pengaruh baik untuk karakter siswa lewat keteladan yang ditunjukan baik ucapan maupun tindakan.
Jadi dari pengertian tersebut, salah satu bentuk yang penting bagi siswa adalah keteladanan dari seorang guru. Keteladanan seorang guru diharapkan memberikan pengaruh baik untuk pembentukan karakter pada siswa.
Pendidikan Karakter Menurut Jamar Ma’mur Asmani
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti dengan penambahan penekanan aspek lain, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pengertian ini pun menekankan bahwa pembentukan dan penguatan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik jika melibatkan pengetahuan, perasaan dan tindakan secara utuh dan tidak terpisah-pisah.
Berbagai pendapat pendidikan karakter yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu metode atau usaha untuk membentuk, mengembangkan, dan menguatkan karakter pada diri siswa melalui berbagai upaya, di antaranya keteladan guru, sistem pendidikan yang terencana, dan pengenalan serta pembiasaan karakter dalam tindakan.
Fungsi Pendidikan Karakter
Secara sederhana fungsi pendidikan karakter adalah sebagai sarana pembentuk karakter baik pada diri siswa pada khususnya, dan pada masyarakat pada umumnya. Selain itu pendidikan karakter pun berfungsi sebagai pendorong dalam mengaktualisasikan karakter baik dalam tindakan nyata pada kehidupan.
Namun jika dispesifikasikan, pendidikan karakter ini memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) sebagai sarana dalam menyiapkan generasi yang menjunjung luhur nilai-nilai peradaban bangsa dalam menyongsong dunia yang kompetitif. 2) sebagai sarana membangun dan memperkuat karakter masyarakat pada era yang multikultural dan sangat terbuka. 3) sebagai sarana mengembangkan potensi dasar dalam jiwa manusia sehingga mampu menjadi individu yang baik dan berbudi pekerti luhur.
Pada konteks lain, pendidikan karakter ini memiliki fungsi juga sebagai benteng bagi individu dan masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat terbuka dan tanpa batas. Pendidikan karakter diharapkan menjadi pertahanan agar individu memilik karakter yang menjunjung tinggi kepribadian bangsa dan tidak terpengaruh dengan budaya yang tidak sesuai dengan karakter bangsa.
Baca juga: 4 Kompetensi GuruMetode Pembelajaran: Pengertian, Fungsi, dan Macamnya
Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan utama pendidikan karakter sebenarnya sudah banyak disinggung pada pengertian yang dikemukakan para ahli. Pendidikan karakter ini bertujuan untuk membangun masyarakat dan generasi bangsa yang memiliki karakter yang diharapkan, seperti berakhlak mulia, tangguh, bermoral, bertoleransi dan bergotong royong.
Karakter-karakter yang menjadi tujuan utama pendidikan karakter ini tentu saja harus sesuai dengan pedoman yang berlaku dan sesuai dengan kepribadian bangsa, baik dari segi agama, norma, pencasila, dan budaya.
Lalu seperti apa pendidikan karakter di Sekolah ini bisa diwujudkan?
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Mengenai implenetasinya di sekolah, pemerintah melalui Peraturan Presiden No 87 tahun 2017 menekankan pada penguatan pendidikan karakter (PPK). Pada perpres tersebut disebutkan ada 5 nilai utama karakter prioritas PPK, yaitu Religius, Integritas, Nasionalis, Mandiri, dan Gotong Royong.
Pada Perpres itu juga disebutkan bahwa penyelenggaraan PPK pada jenjang sekolah formal dapat dilakukan dengan 3 kegiatan, yaitu :
Kegiatan Intrakulikuler
Penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan intrakulikuler ini berkaitan dengan pelaksanaan pemebelajaran setiap mata pelajaran yang dilakukan oleh guru. Pada pelaksanaan penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan ini, guru bisa mengintegrasikan dan mengaitkan karakter-karakter yang menjadi sasaran dalam materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Selain itu, pemilihan model, metode dan strategi pembelajaran pun bisa menjadi cara dalam penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan intrakulikuler. Misalnya pemilihan metode pembelajan diskusi diharapkan mampu mengasah dan menguatkan karakter saling menghargai pendapat, toleran, kerja sama dan lainnya.
Kegiatan Kokulikuler
Kegiatan kokulikuler merupakan kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan intrakulikuler. Kegiatan kokulikuler ini di antaranya masa pengenalan lingkungan sekolah atau kegiatan latihan dasar kepemimpinan siswa. Melalui kegiatan tersebut, bisa dilakukan penguatan karakter di antaranya disiplin, tanggung jawab, jujur dan lainnya.
Kegiatan kokulikuler lain yang bisa dilakukan sekolah dalam rangka penguatan pendidikan karakter, yaitu bakti sosial yang bertujuan menguatkan karakter suka menolong, peduli sesama, dan peka terhadap sekitar.
Sekolah juga bisa melaksanakan pembiasaan harian sebagai bentuk penguatan karakter pada kegiatan kokuliker seperti mengadakan kegiatan keagamaan harian secara rutin, membiasakan berpakaian rapi, membiasakan berperilaku yang memperhatikan salam sopan santun senyum dan sapa, serta membiasakan disiplin waktu belajar dan istirahat.
Kegiatan Ekstrakulikuler
Kegiatan lain yang bisa dilakukan sekolah dalam upaya penguatan pendidikan karakter adalah kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler lebih menekankan pada pengembangan minat dan bakat siswa yang tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan intrakulikuler.
Melalui kegiatan ekstrakulikuler ini, penguatan karakter pada diri siswa di antaranya mengasah siswa bertanggung jawab dalam kegaiatan di luar jam pelajaran, mengasah jiwa kompetitif dalam pertandingan ekskul antar sekolah, dan mengasah jiwa disiplin, tangguh, percaya diri dalam kompetisi baik internal sekolah maupun ekternal sekolah yang berkaitan dengan eskulnya.
Penjabaran kegiatan-kegiatan tersebut memberi gambaran bahwa penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah dan penguatan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab yang bersifat kooperatif dan integratif. Pelaksanaanya harus mengedepankan kerja sama antara semua pihak, seperti manajemen sekolah, guru, orang tua, siswa dan warga sekolah lainnya.
Selain itu pelaksanaanya pun harus bersifat integratif, penguatan karakter pada satu kegiatan harus terintegrasi dengan penguatan pada kegiatan lain. Jangan sampai masing-masing kegiatan tidak sinkron dan tidak sejalan dalam penguatan pendidikan karakter pada diri siswa.
Pengintegrasian penguatan pendidikan karakter di sekolah antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya akan menjadikan penguatan pendidikan karakter yang berkesinambungan. Selain itu dapat juga memaksimalkan proses penguatan karakter pada siswa sehingga bisa berjalan efektif dan membekas pada diri siswa.
Pada konteks yang lebih luas, penguatan pendidikan karakter di Sekolah pun harus terintegrasi dengan yang dilakukan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap siswa dalam kesehariannya tidak hanya menghabiskan waktu di lingkungan sekolah, justru sebagian besar waktunya dihabiskan di luar sekolah.
Oleh karena itu, pada lingkungan keluarga pun perlu adanya penguatan dari orang tua sebagai role model anak-anaknya selama berada di rumah. Usahakan penguatan karakter yang dilakukan di rumah sejalan dengan apa yang dilakukan di Sekolah. Bahkan idealnya menjadi sarana pertama membentuk karakter siswa.
Begitu pun di lingkungan masyarakat, siswa perlu mendapatkan lingkungan yang mengarahkan pada penguatan karakter baik. Jangan sampai apa yang dibangun di sekolah atau rumah diruntuhkan begitu saja lewat pergaulan yang tidak mendukung pada penguatan karakter.
Oleh karena itu, pemilihan dan pengkondisian lingkungan menjadi kunci dalam pelaksanaan pendidikan dan penguatan karakter di masyarakat. Selain itu keteladanan dari tokoh masyarakat dan kesadaran masyarakat pun menjadi poin penting dalam keberhasilan penguatan karakter di lingkungan masyarakat.
Baca juga: Macam-macam Metode Pembelajaran
Pemahaman Akhir
Proses dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah haruslah melampaui fokus hanya pada penguatan materi bidang pelajaran. Lebih dari itu, pendidikan harus berorientasi pada penguatan karakter pada diri siswa. Penguatan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, mulai dari guru, tenaga kependidikan, manajemen sekolah, hingga seluruh warga sekolah.
Pendidikan karakter diartikan sebagai sebuah tatanan sistem pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Hal ini mencakup pengetahuan tentang karakter yang harus terbentuk pada diri siswa, kesadaran dan keinginan untuk memiliki karakter tersebut, serta aktualisasi nilai-nilai karakter dalam tindakan nyata. Para ahli telah memberikan berbagai pendekatan dalam pendidikan karakter, termasuk Thomas Lickona yang menekankan pengetahuan, cinta, dan tindakan baik, serta Doni Koesoema yang menekankan kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai karakter.
Penguatan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, termasuk kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Guru dapat mengintegrasikan karakter dalam setiap mata pelajaran, mengadakan kegiatan yang mendukung karakter di luar jam pelajaran, dan mengasah keterampilan sosial dan kompetitif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Penyelenggaraan pendidikan karakter haruslah bersifat kooperatif dan integratif, melibatkan semua pihak, termasuk keluarga dan masyarakat, serta menjaga konsistensi dan keselarasan dalam penguatan karakter.
Dalam rangka menyelaraskan proses pendidikan karakter di sekolah dengan lingkungan keluarga dan masyarakat, peran orang tua, tokoh masyarakat, dan lingkungan sekitar sangat penting. Keteladanan, kesadaran, dan lingkungan yang mendukung menjadi kunci dalam keberhasilan penguatan karakter pada siswa. Melalui pendidikan karakter yang terintegrasi dan konsisten, sekolah dapat membentuk generasi bangsa yang berakhlak mulia, tangguh, berbudi pekerti luhur, dan siap menghadapi dunia yang kompetitif serta plural.
Berdasarkan uraian tersebut, pendidikan karakter merupakan sistem tatanan pendidikan yang penting bagi generasi muda dan masyarakat. Dalam mewujudkannya perlu kerja sama dan kolaborasi yang baik antara semua pihak, baik dil lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.