Uji Homogenitas: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Secara sederhana, tujuan utama dari uji homogenitas adalah memastikan bahwa sejumlah populasi yang akan diukur adalah homogen. Dengan kata lain, tidak jauh berbeda keragamannya. Uji homogenitas adalah sebuah persyaratan sebelum melakukan pengujian lainnya seperti T Test dan Anova. Lebih lanjutnya, simak pembahasan di bawah ini.

Pengertian Uji Homogenitas

uji homogenitas
Sumber: StockSnap dari Pixabay

Pengujian atau uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa sekumpulan data yang akan diukur memang berasal dari populasi yang homogen (sama). Penghitungan homogenitas dilakukan peneliti saat ingin membandingkan sebuah sikap, intensi, atau perilaku (varians) pada dua kelompok populasi (Widhiarso, 2011). Kelompok populasi tersebut memiliki ciri dan karakteristik sendiri seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lain sebagianya.

Sebagai contoh, peneliti ingin mengukur intensi stres pada karyawan berdasarkan jenis kelaminnya. Maka, terdapat dua kelompok populasi, yaitu kelompok karyawan pria dan kelompok karyawan wanita. Sebelum melakukan perbandingan kelompok tersebut, peneliti perlu melakukan uji homogenitas. Analisis dapat dilakukan jika uji homogenitas terpenuhi, yaitu bahwa seluruh populasi karyawan laki-laki dan perempuan adalah homogen.

Azwar (2010) mengatakan bahwa sebenarnya kita boleh saja tidak melakukan uji homogenitas, dengan syarat jumlah (n) populasi sama di setiap kelompok. Yaitu ada keseimbangan jumlah populasi karyawan pria dan karyawan wanita (misalnya, karyawan pria dan wanita berjumlah masing-masing 50 orang). Jika jumlah (n) populasi di kedua kelompok tidak seimbang, maka perlu dilakukan uji homogenitas untuk memastikan bahwa seluruh populasi homogen.

Contoh Uji Homogenitas

Untuk memperkaya hasil penelitian, kita dapat melakukan uji perbandingan pada dua kelompok populasi yang diukur menggunakan T Test dan Anova. Sebelumnya, kita perlu melakukan uji homogenitas terlebih dahulu untuk meyakinkan dan memastikan bahwa kelompok data bersal dari sampel yang sama. Mari kita simak contoh dan ilustrasi berikut ini:

Variabel

Kelompok Populasi

Jenis Kelamin Karyawan

Pria – Wanita

Jabatan Karyawan

Fungsional – Teknis

Status Perkawinan Karyawan

Belum Menikah – Sudah Menikah

Contohnya, sebuah penelitian bertujuan untuk mengukur tingkat stres karyawan pada sebuah pabrik tekstil. Setelah data terkumpul, ternyata kita dapat mengamati data apa saja yang dapat diteliti lebih lanjut dengan membandingkan dua kelompok populasi.

Dengan melakukan analisis tambahan tersebut, ternyata kita dapat mengetahui perbedaan tingkat stres karyawan jika ditinjau dari jenis kelamin.Kita juga dapat mengetahui perbedaan tingkat stres jika ditinjau dari jabatan dan status perkawinan. Dengan melakukan analisis tambahan ini, skripsi dan penelitianmu akan lebih sempurna di mata dosen pembimbing dan dosen penguji.

Nah, sebelum melakukan uji perbandingan pada dua kelompok populasi di atas, kita harus melakukan uji homogenitas terlebih dahulu. Secara statistika, populasi yang diukur harus homogen agar hasil pengukuran menjadi valid dan akurat. Lalu, bagaimana cara melakukan uji homogenitas? Yuk, simak beberapa cara dan metode yang dapat kamu lakukan di bawah ini.

Levene’s Test

levene test
Sumber: digensia.wordpress.com

Pengertian Levene’s Test

Levene’s Test adalah tes yang paling populer dan sering digunakan untuk melakukan uji homogenitas. Menurut Starkweather (2010), Levene’s Test memiliki tujuan utama untuk mengetahui perbedaan dari dua kelompok data dengan varians yang berbeda. Hasil perhitungan dari tes ini akan menunjukkan nilai signifikansi (p) dari dua kelompok data yang berbeda.

Nilai signifikansi (p) > 0,05 menandakan bahwa kelompok data berasal dari populasi dengan varians yang sama (homogen). Di sisi lain, nilai signifikansi (p) < 0,05 menandakan bahwa kelompok data berasal dari populasi dengan varians yang berbeda (heterogen). Nah, pastikan hasil datamu homogen dengan memiliki nilai signifikansi (p) > 0,05. Setelah data dipastikan homogen, kamu dapat melanjutkan analisis perbandingan menggunakan Anova atau T Test.

Langkah-Langkah Melakukan Levene’s Test

Kabar baiknya, kita dapat dengan mudah melakukan Levene’s Test menggunakan bantuan software SPSS. Namun, kamu juga dapat menghitungnya secara manual. Di bawah ini adalah langkah-langkah melakukan Lavene’s Test menggunakan SPSS menurut Nuryadi dkk (2017).

  1. Masukkan data variabel yang telah disusun dalam satu kolom. Setelah variabel pertama dimasukkan, lanjutkan dengan variabel kedua. Mulai dari baris kosong setelah variabel pertama.
  2. Buatlah pengkodean kelas dengan cara membuat variabel baru yang telah diberi label. Beri “Label 1” untuk variabel pertama lalu beri “Label 2” untuk variabel kedua.
  3. Cara menghitung Levene’s Test menggunakan SPSS adalah sebagai berikut. Klik Analyze, klik Descriptive Statistics, klik Explore.
  4. Masukkan variabel yang akan dihitung pada bagian dependent list. Lalu kode kelas pada bagian factor list. Selanjutnya, pilih tombol Plots sehingga muncul sebuah tampilan. Klik Pilih tombol Continue lalu klik Ok.
  5. Uji homogenitas ini menghasilkan banyak keluaran. Untuk keperluan penelitian ini, hanya perlu fokus pada keluaran Homogenity of Variance Test yaitu keluaran yang terdapat pada menu Options.
  6. Apabila nilai Levene Statistic > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variasi data adalah homogen. Begitu pula sebaliknya.

Sebagai tambahan informasi, Levene’s Test adalah metode pengujian homogenitas varians yang hampir sama dengan tes Bartlett. Perbedaannya adalah, data yang diuji menggunakan Levene’s Test tidak harus terdistribusi secara normal, namun data harus kontinyu atau berkelanjutan. Lalu, bagaimana dengan tes Bartlett? Apa perbedannya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Baca juga: Yuk Ketehui Uji Hipotesis

Tes Bartlett

tes bartlett
Sumber: digensia.wordpress.com

Pengertian Tes Bartlett

Tes Bartlett juga biasa digunakan untuk menguji homogenitas. Karakteristik dari tes Bartlett adalah bahwa tes ini digunakan untuk menguji homogenitas varians lebih dari dua kelompok data. Misal, kita ingin mengukur kemandirian mahasiswa dari tiga kelompok data yang berbeda. Yakni: mahasiswa yang tinggal bersama orang tua, mahasiswa yang tinggal di kos, dengan mahasiswa yang tinggal bersama sanak saudara.

Langkah-Langkah Melakukan Tes Bartlett

Sebenarnya, Tes Barlett dapat dengan mudah dilakukan menggunakan bantuan software SPSS. Namun, jangan khawatir, kamu dapat menghitungnya secara manual. Berikut adalah langkah-langkah penghitungannya, dilansir dari Nuryadi dkk (2017).

  1. Hitung derajat kebabasan (dk) masing-masing kelompok dan varians (s) masing-masing kelompok
  2. Hitunglah besarnya log S2 untuk masing-masing kelompok dan besarnya dk. Log S2 untuk masing-masing kelompok
  3. Setelah itu, hitung nilai varians gabungan semua kelompok, nilai B (nilai Bartlett), dan nilai X2
  4. Setelah nilai Chi-Kuadrat hitung diperoleh, maka nilai Chi-Kuadrat tersebut dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel. Kriteria Homogenitas ditentukan apabila nilai Chi-Kuadrat hitung < Chi-Kuadrat tabel.

Baca juga: Mengenal Uji F Pada Penelitian Kuantitatif

Pemahaman Akhir

Uji homogenitas adalah proses untuk memastikan bahwa dua atau lebih kelompok populasi yang akan diukur memiliki tingkat keragaman yang serupa atau homogen. Tujuan utama dari uji homogenitas adalah untuk memastikan validitas hasil pengukuran dan memenuhi syarat sebelum melakukan pengujian statistik lainnya, seperti T Test dan Anova.

Uji homogenitas penting dalam penelitian untuk membandingkan varians atau perbedaan antara kelompok-kelompok populasi. Misalnya, jika ingin membandingkan tingkat stres antara karyawan pria dan karyawan wanita, perlu dilakukan uji homogenitas untuk memastikan bahwa kedua kelompok tersebut homogen dalam hal variabilitas stres.

Salah satu metode yang sering digunakan untuk uji homogenitas adalah Levene’s Test. Metode ini menguji perbedaan varians antara dua kelompok data dan memberikan nilai signifikansi (p-value). Jika nilai p-value lebih besar dari 0,05, maka kelompok data dapat dianggap homogen. Jika nilai p-value kurang dari 0,05, maka kelompok data dianggap heterogen.

Tes Bartlett juga merupakan metode yang digunakan untuk menguji homogenitas, terutama ketika terdapat lebih dari dua kelompok data yang akan dibandingkan. Tes Bartlett menghitung statistik Chi-Kuadrat untuk menguji perbedaan varians antara kelompok-kelompok tersebut.

Dalam melakukan uji homogenitas, dapat menggunakan perangkat lunak statistik seperti SPSS untuk mempermudah perhitungan. Namun, perhitungan juga dapat dilakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah yang sesuai dengan metode yang digunakan.

Dengan melakukan uji homogenitas sebelum melakukan pengujian statistik lanjutan, kita dapat memastikan bahwa kelompok-kelompok populasi yang dibandingkan memiliki tingkat keragaman yang serupa. Hal ini penting untuk menghasilkan analisis yang valid dan menghindari kesalahan interpretasi.

Yup, itulah penjabaran dan penjelasan mengenai uji homogenitas yang cukup sering digunakan dalam penelitian kuantitatif. Terima kasih sudah membaca artikel ini sampai selesai. Semoga dapat memberikan sedikit pencerahan mengenai uji homogenitas pada saat mengerjakan skripsi dan penelitian. Selamat belajar dan semangat selalu ya.


Sumber:

Azwar, S. (2010). http://azwar.staff.ugm.ac.id/files/2010/04/Asumsi-asumsi-dalam-Inferensi-Statistika1.pdf

Nuryadi., Astuti, T. D., Utami, E. S., dan Budiantara, M. (2017). Dasar-Dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.

Starkweather, J. (2010). https://it.unt.edu/sites/default/files/levene_jds_mar2010.pdf

Widhiarso, W. (2011). http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/sedikit-tentang-uji-homogenitas-data/comment-page-4/

Artikel Terbaru

Avatar photo

Salma

Lulusan Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.Mengerjakan skripsi dengan metode kuantitatif.

Komentar

Tulis Komentar Anda

Your email address will not be published. Required fields are marked *